Tap tap tap
"Sebelah sini! Mereka lari masuk kedalam terowongan."
"Semuanya masuk! Tangkap dan kita bunuh mereka!"
Derap langkah kaki para warga menggema didalam terowongan gelap gulita dan berair itu. Obor dinyalakan, senjata siap siaga dengan mata menatap penuh kebencian.
Pencarian dilakukan disetiap sudut terowongan tidak menyisakan sedikitpun sela bagi para penghisap darah untuk lari.
"Ibu..." suara rintihan penuh rasa takut, sang ibu menggengam jemari Taeyong memberikan ketenangan sedangkan sang ayah memantau keadaan disekitar.
"Mustahil bagi kita untuk kabur." Ayah berucap dengan nada bergetar, ibu memeluk Taeyong memberi perlindungan.
Kilatan mata Taeyong berubah merah menyala ketika melihat ayahnya menyerah akan kehidupan.
"Kita bunuh saja mereka." Taeyong berucap dengan taring dan cakar yang siap sedia menyerang siapapun. Ibu tetap tenang memeluk anaknya berharap amarahnya mereda.
Ayah tampak berpikir lalu membisikkan sesuatu kepada istrinya sebelum berbicara kepada anak lelakinya.
"Kita tidak bisa membunuh mereka, bagaimanapun mereka berjasa telah menampung kita disini."
"Hanya karena gadis itu mati kehabisan darah, mereka langsung menuduh kita!" Taeyong meluapkan emosinya, ibu mengerti dan hanya tersenyum sembari menghusap rambut keemasan milik anaknya.
"Ketahuilah nak, manusia lebih kejam dari yang kita duga."
Cahaya obor menerangi tempat persembunyian mereka.
"Mereka disini!!"
Ayah terkejut hingga taring tajamnya tanpa sengaja menyerang warga yang menemukan mereka.
"Lari!" Pekik ayahnya, ibu melesat membawa Taeyong dalam gendongannya.
Ayahnya mencoba bertarung sendiri melawan para warga. Tidak, ayahnya memilih untuk menyerah, membiarkan para warna menancapkan pasak perak pada jantung ayahnya.
"Ayah!!" Pekiknya memanggil, ibunya yang tahu tidak menoleh kebelakang meskipun air mata menetes membasahi pipi pucatnya.
Para warga belum puas, mereka mengejar Taeyong dan ibunya yang berusaha lari dari kejaran. Ibunya sadar lalu semakin mempercepat langkahnya. Malang nasib, gaun era victoria milik ibunya tersangkut hingga membuat mereka terjatuh. Taeyong terguling cukup jauh dari ibunya hingga terperosok kedalam saluran air yang begitu deras.
"Ibu!!" Panggilnya dengan segenap tenaga tersisa, sebelum dia tenggelam ibunya sudah terpasak perak dan berubah menjadi debu.
Taeyong membuka matanya perlahan, suara ketukan pintu membangunkannya dari mimpi buruk. Taeyong menghela napasnya, mengelap keringat dinginnya.
"Masuk."
Yeri dengan seragam pelayannya masuk kedalam ruangan Taeyong dengan sopan.
"Master, Nona Jisoo sudah sadar."
"Bagaimana keadaannya?."
"Lukanya sudah saya sembuhkan, tapi Nona Jisoo pikirannya tampak kacau. Beliau tidak merespon ketika saya memanggilnya dan juga merasa ketakutan saat Tuan Shin mendekatinya." Jelas Yeri.
"Baiklah, aku akan segera melihatnya."
Yeri membungkuk hormat lalu meninggalkan ruangan Taeyong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Rose | Taeyong ft Jisoo ✔
Fanfiction[ Warned! Mature content, Harap para pembaca bijak menyikapinya ] "Mawar Hitam dia akan menjadi pengganti diriku untuk menemanimu." "Taeyong apa maksudmu?." "Tinggalkan dia, maka aku akan memberikanmu kebahagiaan." ucapnya lembut dan mencium punggu...