Playlist: Daniel Caesar feat H.E.R - Best Part
•¤•¤•¤•
"Na, gue mau tanya, kalo misalnya ada cowok yang gak suka lihat kita dekat sama cowok lain, itu tandanya dia cemburu gak sih?"
Mendapat pertanyaan secara tiba-tiba dari teman sebangkunya, Alana yang semula menidurkan kepalanya di atas meja lantas menegak dengan alis terangkat. Menyadari bau-bau rahasia terselubung tanpa dirinya ketahui.
Sorot maniknya menilik Hazel intens. Seakan tengah berpikir keras alasan kenapa Hazel menanyakan perihal di luar jalur pembahasan mereka. Biasanya pembahasan mereka berdua seputar Nayaka dan Guiza. Kali ini Hazel membicarakan sesuatu lain. Alana bersiap menuntas rasa penasarannya dan memasang pendengaran sebaik mungkin.
"Sebelum gue jawab, ada baiknya gue tanya dulu sama lo, itu perumpamaan beneran kejadian sama lo?"
Hazel terkaku dan detik berikutnya dia berusaha tetap santai meski gelagatnya mampu tercium Alana lebih dulu.
Bibir merah muda milik Hazel berdecak guna menutupi kegugupannya, "Ish, gue bilang kan misalnya. Lo mah kebiasaan banget kalo ditanya malah nanya balik. Gue butuh jawaban Na, paham?"
Kedua bahu Alana naik, tanda tidak peduli akan reaksi aneh yang Hazel tunjukkan. Alana tampaknya sedang berpikir keras sebelum responnya tersampaikan.
Untung saja guru di jam pelajaran terakhir ini sudah berpamitan sejak sepuluh menit lalu dikarenakan ada urusan mendadak. Seisi kelas tinggal menanti suara bel pulang berbunyi beberapa menit lagi.
"Nih ya, menurut gue, yang tentunya lebih berpengalaman dari lo, cowok itu jelas cemburu," kata Alana mulai melepaskan pendapatnya yang diterima Hazel dengan kerutan samar di dahinya.
"Jangan ngasal deh, Na. Berasa pakar banget lo ngomong gitu," Hazel bernada mengejek, Alana mendengus keras seraya menyerongkan badannya, agar leluasa memokuskan diri kepada Hazel.
"Lo ngeselin ya Zel. Minta pendapat gue, sekali gue jawab, lo nya gak terima. Tau gitu, gue tidur aja tadi." Alana membuang muka ke arah lain.
Melihat kekesalan temannya, Hazel menyengir lebar sembari merangkul bahu Alana bersahabat, "Hehe, sori Na. Lanjut deh, lanjut. Gue pingin denger versi lo."
Alana kembali bersemangat menjelaskannya, "Jadi gini, gue sering mengalaminya. Lebih tepatnya sih bukan gue, tapi Nayaka. Nayaka terlalu sering cemburuan ke gue kalo dia nampak gue ngobrol-ngobrol bareng anak cowok di sini, yang gak sengaja berpapasan sama gue. Dia selalu bilang, aku gak suka kamu dekat-dekat cowok lain. Selain aku, kamu harus jauh-jauh. Minimal jaraknya sepuluh meter lah dari cowok lain."
Penuh khidmat, Hazel mendengarkan dan meresapinya sebab di jam-jam akhir begini otaknya rada lemot menanggapi sesuatu yang bersifat seserius ini. Apapun itu, Hazel enggan mematahkan fokusnya kepada sosok Alana, demi mencari tahu alasan ketidaksukaan Guiza saat dirinya dekat-dekat dengan Sharga.
"Serius? Nayaka langsung to the point saat itu juga?" tanya Hazel lagi.
Alana mengangguk, "Iyalah. Dia mana suka basa-basi. Nayaka kalo menyangkut cowok lain, dia paling males bahas melalui chat. Biasanya emang ngomong langsung."
Ada rasa iri terselip rapi di lubuk hatinya ketika Hazel paham betul bagaimana kisah cinta antara Alana dan Nayaka yang terbilang cukup romantis. Nayaka itu adalah bucin termanis yang dimiliki oleh temannya. Tidak dengan Hazel, yang sampai sekarang masih setia menjadi pengagum rahasia Guiza.
Ya meskipun antara Hazel dan Guiza tidak lagi seperti dulu, dalam artian, saling asing satu sama lain. Namun sekarang, sudah beralih ke tahap mengenal. Mengenal lebih dalam pribadi masing-masing. Pastinya secara sembunyi-sembunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cool Boy
JugendliteraturBermula dari sambungan video call di ponsel temannya, untuk pertama kalinya seorang Guiza Abel Roqu tahu keberadaan gadis berparas cantik yang dia ketahui bernama Hazel Luvena. Entah bagian permainan takdir atau hanya kebetulan semata, sehari setel...