48. Hancur

4.4K 393 139
                                    

Udah mau tamat nih guys.
Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komennya ya

•••

Playlist: Mahen - Pura-pura Lupa

Playlist: Mahen - Pura-pura Lupa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hazel Luvena

•¤•¤•¤•

Daven meneliti penampilan Guiza dari atas sampai bawah dengan kening mengerut. Kantung hitam di bawah mata, rambut berantakan, seragam awut-awutannya mencuat keluar. Tidak seperti seorang Guiza Abel Roqu yang kata para kaum hawa begitu keren nan sempurna. Pagi ini pujian itu tidak pantas Guiza dapatkan melainkan lebih cocok untuk dirinya.

Sekali-kali memang Guiza harus mengalah pada cowok seganteng Daven. Gantengnya kebangetan gini ya nggak bakal ada yang nandingin. Kecuali kalau Guiza sudah kembali ke wujud 'aslinya', Daven langsung berubah bagaikan remahan rengginang yang kalau udah melempem di buang ke tong sampah. Miris.

"Muka lo kusut bener, bos? Kayak gembel baru jadi," Daven terlihat berpikir keras, "Ngapa sih, bos? Cerita aja, mumpung belum bel dan ini masih di dalam mobil."

Guiza tak langsung menjawab rasa penasaran Daven. Cowok urakan yang sialnya tetap ganteng maksimal itu memilih membuang napas panjang lalu menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. Maniknya perlahan terpejam. Daven pun membiarkan ketuanya berlaku semaunya. Daripada sibuk melancarkan kekepoannya dan berakhir dilempar dari mobil Guiza, Daven mending diam sambil melirik nakal setiap siswi yang berbondong-bondong melewati gerbang utama.

Di tiap helaan napasnya, di tiap detik itu pula kepalanya terasa ingin meledak. Bagaimana sebuah fakta yang tercetus lugas membuat sekujur tubuhnya bagai di suntik formalin. Tegang.

Tidak tahukah neneknya bahwa sesuatu yang dia sampaikan membawanya pada satu titik di mana Guiza ingin menghilang dari muka bumi. Tidak seharusnya dia bersenang-senang kemudian di waktu tertentu merasa sedih kala membayangkan jika sang ibu berada di sisinya sepanjang hari. Guiza merasa gagal menjadi seorang anak yang tidak tahu menahu perihal orang tuanya. Di satu sisi, Guiza amat sangat kecewa pada kakek dan neneknya. Menyembunyikan fakta sebesar itu padahal mereka tahu seberapa inginnya dia melihat ibunya, menggapai tangannya, merasakan dekapan hangat yang belum pernah dia rasakan, kasih sayang, perhatian, semuanya. Guiza menginginkannya. Guiza hanya bisa mengubur harapan sedalam mungkin agar dia tidak kembali dibuat kecewa karena apa yang diharapkannya tidak akan pernah terwujud meski Guiza memohon-mohon di dalam doanya sekalipun.

Lantas apa Guiza harus mengorek harapan yang sudah dia kubur sejak lama? Mampukah dia bertahan jika harapannya itu berbuah nyata di depan matanya?

Bahkan Guiza tidak yakin dia mampu bertahan mengingat hal itu yang dia tunggu-tunggu walau hanya dalam mimpi. Perkataan Sonya setelahnya membuat Guiza dilanda kebimbangan apakah dia bersedia atau tidak menuruti permintaan neneknya.

The Cool BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang