Part ini 2500 kata.
Jangan bosen:)......
Playlist: Alffy Rev feat Feby Putri - Rindu Tak Bersuara
•¤•¤•¤•
Puluhan kali menghubungi hanya suara operator yang setia menyapanya. Hazel dilingkupi kegelisahan saat di mana dia tak menemukan Guiza di dalam kelasnya dan Hazel menghindar untuk bertanya langsung pada salah satu teman sekelasnya. Pikirnya, mungkin lebih baik menemui para sahabat Guiza. Akan sangat aman selain menjaga agar tidak menimbulkan gosip baru.
Mengambil langkah lebar menuju ke tempat yang dapat membawanya ke anak Drakkar, Hazel menyusuri koridor lantai satu menuju area kantin. Berhubung jam istirahat sedang berlangsung, otomatis kantin lagi ramai-ramainya. Menulikan telinga mungkin pilihan terbaik daripada harus menahan gelisah mati-matian sebab itu hal yang sia-sia menurutnya. Kepalanya dipenuhi sosok Guiza membuatnya nyaris ingin berteriak, meluapkan kerinduannya.
Disela itupun, nama mantan temannya terlintas begitu saja. Menghadirkan ketakutan tersendiri karena hari ini Guiza tidak sekolah juga Alana absen tanpa surat keterangan.
Wajar, kan?
Sesampainya di sana, Hazel mendekat ke meja di mana sudah ada kelima cowok yang tampak serius dengan kesibukan masing-masing. Hazel menarik dan membuang napasnya sebelum dirinya semakin dekat pada mereka. Daven lebih dulu menyadarinya.
"Hai, gue ganggu gak?"
"Eh, Hazel, gimana kabar lo?" Daven menerima baik dirinya, "Sini-sini duduk," titahnya seraya menggeser bokongnya ke sebelah kiri.
Hazel tersenyum canggung, "Gak usah, Ven. Gue berdiri aja deh."
"Pasti lo mau nanya soal temen gue, kan? Gapapa sini, duduk aja. Cewek cantik kayak lo dilarang berdiri lama-lama. Ntar bahaya kalo sampe kena parises."
Paksaan lembut cowok bertindik itu mau tidak mau Hazel turuti. Hazel duduk di samping Daven dan berhadapan dengan Gathan. Gugup pun menyerangnya. Pertama sebelum dirinya memulai inti bahasan, Hazel mengedarkan pandangannya ke sekeliling di mana ada beberapa siswi yang menatapnya tidak suka bercampur penasaran. Hazel merasa tidak nyaman yang mana dirasakan oleh Gathan.
"Lo udah makan, Zel? Mau gue pesenin?" tanya Gathan.
"Belum sih, tapi nanti aja deh. Ada yang pingin gue tanyain ke kalian."
"Tanya aja kita pasti jawab kok." Gathan mengusung senyum tipis.
"Gue rasa kalian udah tau apa masalahnya sampe-sampe Guiza mutusin gue. Bahkan pesan dan telpon dari gue aja gak direspon sama sekali. Guiza juga gak masuk. Dia gak lagi sakit, kan?" tanya Hazel pelan.
"Guiza baik-baik aja kalo itu yang lo khawatirkan. Malah diantara kita berenam yang paling kuat ya cuma Guiza. Kena jotos sana-sini gak buat dia limbung. Lo tenang aja, Zel, sekarang Guiza lagi istirahat di apartemen gue. Biasa, semua butuh waktu. Guiza lagi nenangin dirinya terlebih masalah orang tuanya yang buat dia jadi berubah terutama ke lo sih. Gue memang kecewa sama dia tapi sesalah-salahnya Guiza, Guiza tetap sahabat gue, Zel. Marah berkepanjangan gak ada dalam kamus persahabatan kami. Sebagai sahabatnya, gue minta maaf sama lo. Gak perlu gue paksa anaknya buat minta maaf juga nanti dia nyesel sendiri. Lo pegang aja cakap gue. Untuk sementara ini lo sabar-sabar aja dulu, kalo ada berita lagi gue bakal kabarin lo secepatnya." Gathan berujar panjang kali lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cool Boy
Teen FictionBermula dari sambungan video call di ponsel temannya, untuk pertama kalinya seorang Guiza Abel Roqu tahu keberadaan gadis berparas cantik yang dia ketahui bernama Hazel Luvena. Entah bagian permainan takdir atau hanya kebetulan semata, sehari setel...