Playlist: James Bay - Need The Sun To Break
•¤•¤•¤•
Sejak pertama kali mengenal tulisannya Miss Diary, entah itu berupa curahan hati, kesehariannya, perihal apa saja yang telah dia lewati, ataupun karya ciptaannya berupa cerpen dan beragam puisi, Guiza sudah dibuat jatuh cinta pada pandangan pertama.
Bukan jatuh cinta yang berarti menaruh rasa lebih yang biasa disebut cinta. Lebih tepatnya mengagumi. Guiza kagum dengan semua postingannya.
Kalimat-kalimat sederhana yang kerap menyentuh hati kecilnya, cuitan-cuitan penuh kasih teruntuk orang-orang terdekat si penulis, seolah-olah membawanya turut merasakan apa yang tengah penulis rasakan dan seolah-olah Guiza yang mengalaminya.
Menurut penilaian orang lain, mungkin reaksi alamiahnya terlalu berlebihan. Tapi, bagi pribadi Guiza yang tidak pandai merangkai kata atau sekadar menuliskan apa yang tengah dia alami pada hari itu juga di buku diary, si penulis itu pantas dikatakan luar biasa.
Meskipun yang Miss Diary tulis tidak bisa mengubah dunia, setidaknya bisa mengubah pandangan orang-orang. Termasuk dirinya. Tentang beban yang tidak bisa dipikul seorang diri, tentang keluh kesah yang tidak bisa dipendam terlalu lama sampai membeku seakan-akan dia paling tahan banting.
Ada kalanya keluh kesah itu diungkapkan, dibagi kepada orang yang bisa dipercaya yang mana memegang teguh kerahasiaan. Cukup berdua, tidak untuk yang lain. Jangan pula disimpan sendiri yang mana ujung-ujungnya pikiran buntu, tidak mendapat solusi apapun dan pada akhirnya memilih mengakhiri hidup.
Diungkapkan juga tidak harus dengan lisan. Melalui tulisan pun lebih aman dan menenangkan. Identitas bisa disembunyikan. Tidak hanya mendapat satu masukan dan saran, tapi beragam dari banyak orang. Ambil saran positif, buang yang negatifnya.
Keluh kesah yang masih bisa dibagikan kepada orang lain, bagikan. Kalau mengarah ke aib pribadi, bagaimana cara menghadapinya, ada baiknya bicarakan pada yang lebih tahu. Lebih mengerti situasi. Misalnya, orang tua.
Sekiranya pandangan itulah yang Guiza tangkap dari setiap postingannya. Kalimat sederhananya mampu menumbuhkan rasa kagumnya pada seseorang di balik akun Miss Diary itu.
Guiza diserang kekhawatiran. Kalau sampai dia melihat sosoknya secara langsung, tepat di depan matanya, apakah rasa kagumnya bisa berubah menjadi suka dalam artian yang berbeda? Sementara jelas-jelas dia menyukai Hazel. Cewek cantik dengan kulit putih bersihnya yang kali pertama Guiza lihat dari video call singkat di ponsel temannya siang itu.
Dan sekarang adalah waktu kekhawatirannya meluap-luap. Si cewek berhoodie putih yang dia cari-cari, kini ada di hadapannya.
Miss Diary itu Alana? Tidak! Tidak mungkin.
Kenapa harus Alana?
Tiga kata itu yang sedaritadi berseliweran di kepalanya.
"Helooooww?" tangan Alana melambai-lambai di depan mata Guiza, "Lo denger apa yang gue bilang, kan, Za? Guiza, hei?"
Arwahnya seakan berkelana, yang secara tak kasat mata berada dipenghujung jurang ketidaksadaran. Guiza tersentak dan matanya mengerjap beberapa kali saat suara milik Alana menusuk indera pendengarannya.
"Hah? Apa, Na? Lo bilang apa tadi?"
Alana terkekeh melihat ekspresi cengo yang cowok tampan itu tampilkan, "Lucu banget sih lo kalo abis melamun. Lagian kenapa deh, ada masalah ya? Nampak gak konsen gitu."
"Ah, itu, gue emang lagi kepikiran sesuatu," Guiza menggaruk dagunya, kikuk.
"Jangan banyak mikir loh. Ntar timbul kerutan di wajah lo, mau?" ejek Alana membayangkan itu terjadi sembari tertawa kecil, "Kan berabe kalo cowok semuda lo dipanggil kakek Guiza. Penggemar lo pasti pada kabur."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cool Boy
Подростковая литератураBermula dari sambungan video call di ponsel temannya, untuk pertama kalinya seorang Guiza Abel Roqu tahu keberadaan gadis berparas cantik yang dia ketahui bernama Hazel Luvena. Entah bagian permainan takdir atau hanya kebetulan semata, sehari setel...