Sebelum baca tekan bintang di pojok kiri bawah dulu ya.
......
Playlist: MindFlow - Break Me Out
•¤•¤•¤•
Derap langkah kaki semakin menyusul di koridor bagai barisan gerak jalan. Suara tapak sepatu yang bersentuhan dengan ubin menjadi musik pengiring di pagi yang cerah ini.
Beberapa murid yang tiba di pelataran, langsung berlari-lari mengikuti banyaknya murid lain yang saat ini mengerubungi mading. Saling berbisik satu sama lain. Sebagian dari mereka menampilkan raut terkejut dan sisanya menatap miris sederet kalimat yang terpampang besar di hadapan mereka.
"Ini seriusan nyokapnya Guiza udah meninggal?" tanya salah satu siswi pada teman sekelasnya tepat di barisan paling belakang.
Informasi menghebohkan yang ada di mading membuat mereka bertanya-tanya. Apa informasi itu benar adanya atau hanya sekedar gosip belaka?
"Gue pribadi gak percaya. Secara lo kan tau sendiri Guiza itu orangnya tertutup banget kalo menyangkut keluarganya. Gue cuma tau dia kaya. Terbukti dari mobilnya yang luar biasa mahal." jawab temannya.
"Menurut gue, mungkin aja karena nyokapnya udah meninggal, Guiza milih tutup mulut soal orang tuanya. Nih ya, setiap kenaikan kelas gak pernah kan lo liat yang ngambil raport nya ibu-ibu sosialita? Malahan neneknya yang datang."
"Iya juga sih," siswi itu manggut-manggut, "Gue jadi kasihan banget sama Guiza. Nasibnya gak seberuntung kita yang orang tuanya masih lengkap. Pangeran tampan gue ternyata dalamnya rapuh. Bawaannya pingin meluk dia deh."
Siswa di barisan depan menyahut meski tatapannya tetap menjurus ke papan mading, "Halu lo ketinggian tuh."
"Gue gak ngomong sama lo, ya!" tuding siswi itu.
Siswa itu berbalik, "Mending lo gak usah sok-sokan merasa kasihan deh. Nyokapnya Guiza itu pelakor. Dia udah merebut suami orang padahal istri pria itu lagi hamil." sembur siswa itu tidak suka lantaran hampir seluruh kaum hawa di sekolah ini menyukai Guiza dan teman-temannya yang kata mereka tampan-tampan macam artis hollywood.
"Lo bertiga gosipin gue?" suara dingin seseorang menyela perbincangan. Mendapati sosok Guiza berdiri di balik punggung mereka dengan tatapan tajam bak belati yang siap ditancapkan ke perut lawan. Auranya mengintimidasi sampai semua manusia yang ada di sana mematung dan tak bisa berkata-kata.
Tadinya Guiza hendak ke kantin, menghampiri kelima temannya. Namun saat melihat kerumunan di depan mading, perhatiannya tertarik dan ingin mencari tahu yang terjadi. Justru malah mendengar namanya disebut-sebut oleh ketiga murid yang tidak dia kenali. Disinilah dia, diantara ketiganya. Perihal apa yang sedang mereka lihat, Guiza tidak peduli.
"A-anu..."
"Ayo lanjut ngegosipnya. Mumpung gue di sini. Kali-kali aja gue punya saran untuk si Guiza-guiza itu." kata Guiza tetap kalem.
"Kita ngebahas apa yang lagi orang-orang bahas. Dan topik terhangatnya itu elo. Liat aja sendiri. Noh," Siswa itu memberanikan diri menyahuti Guiza. Telunjuknya dia arahkan ke mading. Guiza mengikuti arah jarinya. Ekspresi datarnya menghantarkan ketakutan berlebih pada sekitarnya.
"Minggir lo semua." ucapnya tak terbantahkan.
Akses jalan pun dibuka tanpa protesan. Mereka minggir teratur membentuk dua arah. Kiri dan kanan. Sementara Guiza melangkah mendekat. Bisa Guiza baca dengan jelas sederet kalimat di hadapannya. Di atas kertas putih polos yang ditulis tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cool Boy
JugendliteraturBermula dari sambungan video call di ponsel temannya, untuk pertama kalinya seorang Guiza Abel Roqu tahu keberadaan gadis berparas cantik yang dia ketahui bernama Hazel Luvena. Entah bagian permainan takdir atau hanya kebetulan semata, sehari setel...