42. Permintaan Alana

4.1K 345 45
                                    

Playlist: Justin Bieber - Never Say Never

Playlist: Justin Bieber - Never Say Never

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•¤•¤•¤•

Hazel meringis pelan ketika pandangannya bertubrukan dengan Bagas yang siang ini tengah mengoleskan salep ke tiap titik lebam di permukaan wajahnya.

Beruntung insiden di mana Bagas dipukulin, besoknya jatuh pada hari minggu. Jadi, abangnya itu bisa istirahat total di kamarnya sebab keadaannya belum pulih benar. Luka-luka yang dia dapatkan saja masih memerah disertai bercak darah meski sudah dibersihkan. Hazel tidak tahu manusia mana yang tega memukuli Bagas dengan membabi buta dan kalaupun dia tahu, dia berniat mencercah habis-habisan manusia itu. Hazel sempat heran kenapa orang-orang di rumah ini hanya tersenyum sekilas ketika dia menanyakan siapa pelakunya.

Nampan berisi sepiring pisang coklat serta segelas susu putih diletakkan di atas meja nakas sementara si pembawanya mendaratkan bokongnya di tepi ranjang dengan Bagas yang tampak serius mengobati luka-lukanya dibantu sebuah kaca kecil di genggamannya.

"Aw!!" Bagas mendesis ngilu saat ujung cotton bud menyentuh luka di sudut bibirnya. Menghantarkan refleks pada Hazel yang ikut-ikutan berdenyut ngeri.

"Sakit ya, bang?"

"Iyalah goblok! Lo pikir rasanya enak apa?!"

Hazel mendengus sebal. Di saat kondisi babak belur begini saja Bagas bisa-bisanya mengumpatinya, "Siapa suruh sok jagoan. Kena getahnya kan lo. Muka lo yang biasanya ganteng udah gak keliatan lagi bentukannya. Pasti para penggemar lo auto nyari cogan baru, sukurin!"

"Bodo, gak peduli gue. Udah lah lo gak usah ngejekin gue, mending lo bantu gue ngolesin salep ini. Pegel tangan gue lama-lama megangin nih kaca," keluh Bagas, memberikan salepnya untuk Hazel melanjutkan kegiatannya sejak setengah jam lalu. Itupun masih sekitaran bibirnya, belum lagi di tempat lain.

Kalau saja cowok di hadapannya ini adalah Guiza, wah, tidak perlu disuruh pun Hazel akan dengan senang hati dan lapang jiwa mengobatinya sampai sembuh. Namun seberkas bayangan manis di kepalanya mendadak buyar saat Bagas menempeleng dahinya membuat Hazel memberengut kesal.

"Napa sih lo senyam-senyum gak jelas sambil termenung gitu? Kerasukan jin tomang apa gimana? Keluar lo sana! Merinding gue!" Bagas menolak-nolak bahu Hazel agar pergi tapi adiknya itu semakin tersenyum lebar kemudian geleng-geleng. Entah apa maksudnya Bagas nggak ngerti. Bulu kuduknya sempat meremang tadi. Dua benda yang dipegang oleh Bagas sudah berpindah tangan. Hazel tidak lagi membalas perkataan Bagas dan sibuk pada wajah abangnya.

"Bisa gak jangan bikin bunda khawatir sekali aja?" Hazel berujar sembari meneruskan apa yang Bagas lakukan. Jarak yang terlampau tipis, memperjelas ekspresi Bagas saat pertanyaan itu meluncur dari mulutnya, "Bunda udah capek banget sama kerjaannya di rumah sakit. Bolak-balik masuk ruang operasi dan malamnya harus ngecek semua pasiennya sampe gak tidur semalaman dan di saat bunda dapat jatah libur, bukannya istirahat malah harus ngurusin kelakuan abang. Pernah mikirin bunda gak sih?"

The Cool BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang