Sing For You 18

267 39 0
                                    

°°°°

happy Reading

°°°°

Wendy masih bertanya-tanya kenapa semua orang seperti menutupi sesuatu darinya. Saat ia bertanya kepada guru kenapa Mark tidak masuk, dan jawabannya hanya tidak tahu. Bahkan soal berkas itu pun guru tersebut tidak ingin memberi tahunya. Memilih diam, dan berpura-pura tidak tahu.

Kini, hanya wanita tadi yang dapat menjawab pertanyaan Wendy. Tapi, wanita itu pun enggak untuk memberi tahu Wendy.

Menghubungi Mark, nomornya sudah tidak bisa di gunakan lagi. Teman dekat Mark pun tidak ada. Tapi, Mark pernah bilang kalau Nenek nya sakit. Apa mungkin ,? Aggh tidak, Wendy harus berpikiran positif.

Hidup mya terasa sepi. Terlalu sering bersama membuatnya begitu merasa terpukul saat seseorang yang ia sayangi tiba-tiba pergi tanpa kabar.

Sakit, sedih, kecewa. Itu lah yang ia rasakan.

°°°

"Sudah lah, Wendy, tidak ada yang tahu Mark ada di mana," kata Irene yang duduk di samping Wendy. Ralat, tepatnya mengelilingi Wendy. "Iya, kau harus terbiasa tanpa dia. Ternyata kau benar-benar menyukainya?" tanya Yeri menyipitkan matanya.

"Tidak mungkin tidak ada yang tahu di mana keberadaan Mark. Pasti guru tahu. Dan satu lagi, ya, aku memang menyukai Mark."

"Hiyap, sudah ku duga. Kalian bagaikan perangko."

"Tapi, kenapa Mark menghilang begitu saja?" tanya Wendy mengerutkan keningnya.

"Entahlah, kita tidak akan tahu alasannya."

Seketika mereka kembali diam membahas soal Mark. Wendy menghubungi akun sosial media Mark. Yaitu Instagram. Mark aktif satu hari yang lalu tepat pada saat Wendy menanyakan keberadaan Mark.

Lelaki itu tidak meread atau membalas pesan dari Wendy. Itu tandanya Mark memang tidak mau bertukar pesan lagi.

Hari demi hari berputar begitu cepat. Ujian sudah depan mata, apa lagi kini sudah tingkat akhir. Wendy sedikit demi sedikit sudah bisa lupa akan keberadaan Mark.

Ujian membuatnya kalut dan lupa akan hal-hal yang bisa di katakan spele. Ya,  Wendy tahu Mark begitu berarti baginya. Tapi, ujiannya juga.

Duduk di bangku bagian tengah, Wendy menatap soalnya dan menjawab pertanyaan demi pertanyaan hingga pada akhirnya ujian di hari pertama selesai.

Wendy teringat, Amerika masih menjadi negara yang sangat ingin dia kunjungi. Rencana-nya, Wendy akan kuliah disana jika di beri izin.

°°°

"Wen, apa kau masih ingin tahu rumah Mark?" tanya Suga melalui panggilan tersebut. "Tentu, apa kau tahu di mana?" deheman dari balasan Suga membuat Wendy bahagia. Akhirnya, yang selama ini ia cari pun dapat.

"Aku tidak sengaja menemukan berkas Mark di kantor.  Gang nya berjarak dua gang lagi dari rumahmu. Rumah berwarna abu-abu dengan pagar hitam."

Info dari Suga tersebut membuat Wendy keluar menggunakan syalnya sebab angin malam memang dingin. Wendy berlari mencari rumah yang Suga jelaskan.

Dan, pada akhirnya lelahnya terbayarjan oleh rumah yang ia temukan tersebut. Abu-abu dan lagar hitam. Tapi sayangnya, rumah itu tertutup rapat seperti tidak berpenghuni. Dan, di sudut pagar bertuliskan ' rumah ini di jual '

Tulisan itu membuat Wendy kembali lesu. Sia-sia saja ia mencari kesana kemari tapi nyatanya pemiliknya sudah tidak di sana.

Wendy mengetuk pintu tetangga.

"Permisi, apa anda tahu kemana pemilik rumah depan itu pindah?"

"Ah, Halmeoni itu. Dia sudah lama meninggal, sekitar sebulan yang lalu."

"Sungguh?"

"Iya,"

"Lalu, bagaimana dengan cucunya?"

"Saya dengar, cucunya ikut dengan saudaranya ke Amerika."

"Amerika?"

Sepulang dari sana, yang Wendy pikirkan adalah ternyata Mark orang Amerika. Bahkan Wendy sendiri teman sekelasnya tidak mengetahui hal itu. Dan, Wendy sangat ingin pergi ke Amerika.

Tapi ada satu hal yang membuat Wendy kesal. Kenapa Mark tidak membalas pesannya?  Dan, kenapa Mark tidak bilang kalau dia sudah pindah?

Sekarang Wendy tahu, Mark hanya berpura-pura mencintainya. Memang, membuat seorang wanita terluluh sangat lah mudah bagi lelaki tampan.

Dan, apa Wendy sudah terjerat dalam perangkap bapernya Mark? Mungkin.


°°°

Sebuah mobil melaju dengan kecepatan standar. Tersenyum manis menatap bunga yang terletak di bangku sampingnya. Lelaki itu akan memeberikannya kepada sang kekasih.

Tapi, siapa duga pertengahan jalan musibah menimpanya. Mobil itu berhenti mendadak, jantungnya berdetak begitu cepat. Ia tidak sanggup untuk kehilangan seseorang yang ia cintai lagi.

Matanya berkaca-kaca dan kini pipinya basah karena air mata. Menarik nafas dalam-dalam untuk mengontrol diri.

Di sisi lain ia juga bingung. Memilih kekasih atau orang yang lebih ia cintai dari kekasihnya? Tentu musibah ini membuatnya memilih seseorang yang lebih ia cintai dari kekasihnya.

Mungkin, pilihannya ini akan menimbulkan kesalahpahaman.

TBC

Ngaur yah °-°
2 part lagi mendekati End :')

mwah kyososate

Sing For You || Markdy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang