Sing For You 9

289 49 7
                                    

°°°

Happy Reading

°°°

Kemarin mereka hanya menghabiskan waktu di Mall. Menonton dan makan bersama. Wendy jadi merasa aneh dengan tingkah Mark. Selain susah ditebak dia juga seperti menyimpan sesuatu.

Kemarin dia dingin dan ketus seperti biasanya. Lalu apa gunanya dia membawa Wendy jalan-jalan hanya untuk melihat gadis itu tersenyum? Mark memang membingungkan.

Bahkan hari rasanya begitu cepat. Padahal Wendy rasanya baru saja tadi malam chatingan dengan Mark. Dan pagi ini, ia sudah bertemu dengan Mark. Mark tidak menjemputnya untuk ke sekolah dan itu permintaan Wendy. Sejujurnya, Wendy tidak ingin Suga cemburu atau berprasangka buruk padanya.

Memang, ia tidak ada hubungan dengan Suga tapi, Wendy hanya ingin menjaga perasaan Suga yang menyukainya.

Wendy menghampiri Irene dan temannya yang lain. Mereka tengah bercanda ria di ayunan sekolah.

"Hay, " sapa Wendy menggenggam erat ponselnya. "Kami menunggu kemajuanmu. Kata Yeri dia melihat Mark memeluk mu di loker, apa itu benar?" Wendy gugup seketika. Apa salahnya ia menjawab iya.

"Iya, aku melihat Mark begitu tulus memelukmu. Bahkan aku juga ingin di peluk seperti itu." Yeri mengerucutkan bibirnya tampak iri.

"Ah, soal itu, aku sudah berpacara dengannya." Barusaha santai. Mendengar kalimat Wendy barusan membuat teman-temannya berdiri dengan wajah tidak percaya. "A–apa kau bersungguh-sungguh?" tanya Seulgi menutup mulutnya dengan tangannya. Wendy mengangguk.

"Kau tidak bohongkan?" tanya Joy yang tidak percaya. Wendy menggeleng. "Wah, satu bulan kau selalu bersamanya dan ..., dan akhirnya dia menyukaimu." Irene bertepuk tangan atas ketidak percayaannya ini.

Wendy menyodorkan ponselnya. Saat tombol power itu menghidupkan ponselnya maka, tertujulah mereka ke sebuah rekaman. Irene menekan tombol play direkaman itu.

"Hm, Mark, apa kini kita telah menjadi sepasang kekasih?"

"Jawab Mark jangan hanya berdehem saja."

"Iya, kita sepasang kekasih."

Suara rekaman itu membuat Irene dan yang lainnya tertawa meledek Wendy. Ternyata Wendy tidak selemah yang mereka kira. Wendy bisa bertahan dengan sifat Mark demi sebuah hadiah nya. Sungguh, mereka terkagum.

"Wah, kami tidak menyangka kau akan bisa menaklukan hati seorang Mark yang begitu pendiam." Irene memeluk Wendy.

"Kami kira kau akan menyerah. Tidak sia-sia satu bulanmu."

"Lalu, mana hadiah ku?"

"Tentu saja sudah kami sediakan. Kau tahu, kami mengumpulkan uang itu cukup sulit. Bahkan kami bekerja paruh waktu untuk mengumpulkan uangnya."

"Wah, aku semakin tidak sabar ingin memeluk hadiah ku."

"Tapi, " Seulgi sengaja menggantung kalimatnya agar Wendy penasaran. "kau harus membuatnya bernyanyi."

"Kenapa harus?"

"Karena dia butuh hiburan. Dia selalu saja berkurung di rooftop saat acara di sekolah. Dan dia juga tampak mengurung diri." Seulgi menjelaskan apa yang ia lihat selama ini.

Mark memang benci keributan apa lagi sebuah musik atau lagu. Dia akan berusaha mencari tempat sepi untuk dirinya. Mark bukanlah anak kutu buku. Ini hanya sebuah masa lalu.

"Kau harus membuatnya lebih menyukaimu sehingga dia rela menerima tawaranmu untuk bernyanyi."

°°°

Sebenarnya ini konyol bagi Wendy. Entah apa maksud dari teman-temannya ini. Pertama mereka ingin Wendy menaklukan hati Mark. Lalu, mereka ingin Mark bernyanyi. Mengingat kejadian saat ia menyayikam sebuah lagu pada Mark. Lelaki itu tampak tidak suka dan begitu marah.

Mengingatnya saja sudah membuat Wendy takut, apa lagi menyuruh lelaki itu bernyanyi. Bisa-bisa Wendy di terkam oleh Mark.

Wendy mengerucutkan bibirnya berjalan ke sembarang arah. Pandangannya ke bawah melihat sepatunya yang melekat di kakinya. Entah apa yang ia pikirkan, tampaknya mempertimbangkan misi keduanya.

Duk...

"Kau melamun."

Suara itu membuat Wendy mendongak. Tanganya mengeluk kepalanya yang terbentur dada bidang milik seseorang. "Ah, Suga." Ia terkekeh merasa malu. Suga tersenyum tipis seperti biasa.

"Untung aku yang kau tabrak, bagaimana bila orang lain. Mungkin kau sudah dimarahi."

"Iya, maaf."

"Kau kenapa melamun?"

"Ah, tidak kenapa-napa. Mungkin aku hanya kurang tidur," kata Wendy menggaruk pelipis matanya. Tiba-tiba Suga memajukan wajahnya membuat Wendy sedikit memundurkan wajahnya, gugup. "Ke–kenapa?"

"Mata mu tampak keriput, mungkin kau memang kurang tidur." Suga kembali memundurkan wajahnya. Wendy pun dapat bernafas lega. "Mata mu bisa menjadi panda jika kurang tidur." Suga mengacak rambut Wendy. Perlakuan yang sederhana tapi berhasil membuatnya terkesima.

"Ayo." Suga menarik pergelangan tangan Wendy. "Kita mau kemana?" tanya Wendy yang mengikuti langkah Suga. "UKS."

"Tapi, masih ada dua jam pelajaran."

"Mr tidak datang, kita bebas."

Akhirnya Wendy mengikuti langkah Suga yang membawanya ke UKS. Dia juga bingung kenapa Suga membawanya ke UKS.

"Kau bisa tidur di sini," Suga menunjuk ranjang seblah kiri yang kosong. "dan aku bisa mengawasimu di sini." lanjut Suga menunjuk ranjang sebelah kanan Wendy. Gadis itu hanya mengulas senyum lalu berjalan ke ranjang sebelah kiri.

Untungnya petugas UKS tidak ada.

Dari luar pintu, seseorang memerhatikan keduanya. Orang itu hanya kebetulan lewat saja dan pintu UKS tidak seutuhnya tertutup.

"Apa hubungan ini hanya sebuah permainan saja? Atau, apa hanya aku yang menganggap ini spesial?"

TBC

pendek yah, gpp lah ya kan
Yang penting aku nge-update
See you malming :')



mwah kyososate

Sing For You || Markdy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang