°°°
Happy Reading
°°°
Wendy masih terus bernyanyi, Mark mengepalkan tangannya kuat sambil memejamkan matanya. Ia menghampiri Wendy. Entah apa yang akan ia lakukan.
Mark memegang kedua bahu Wendy membuat gadis itu terkejut sekaligus membelalakan matanya. Tatapan tajam penuh amarah dari Mark membuat Wendy sedikit takut. Jantungnya berdetak cukup cepat. Mark murka, rahangnya mengeras seperti ingin menerkam Wendy.
"Sa–sakit," ucap Wendy terbata. Cengkraman itu terasa kuat di bahunya. Tapi Mark mengacuhkannya. Suga yang berdiri tepat dikejadian tersebut melangkah maju. Saat tangan Suga ingin melepaskan tangan Mark dari bahu Wendy, maka dengan cepat Mark menepis tangan itu. Lalu melirik Suga tajam.
"Kau tau kenapa aku tidak menyukaimu?" Wendy tak sanggup lagi untuk bicara, Mark begitu mengerikan. Wendy membalasnya dengan gelengan pelan saja. "Karena aku membencimu." Kalimat terakhir dari Mark sebelum dia pergi. Ia sedikit mendorong tubuh Wendy.
Gadis itu mematung memastikan Mark benar-benar pergi. Wendy menarik nafas mengatur detak jantungnya yang ketakutan. Hampir terjatuh, untung Suga menahan tubuh Wendy membawa gadis itu duduk. Irene dan yang lainnya pun menghampiri Wendy yang kini berada dirangkulan Suga.
"Wen, kau tidak apa-apa?" tanya Suga. Wendy yang masih memegang dadanya mengangguk. "Keterlaluan sekali Mark!" ketus Joy kesal.
"Tadi, kenapa Mark begitu marah? Padahal suara Wendy sangat merdu." Yeri ikut bicara. Wendy hanya diam tidak berkomentar.
"Dia aneh dan gila!" tiba-tiba Wendy berteriak berdiri dari pangkuan Suga. "Kalian liat kan tadi? Dia seperti monster."
"Jangan bilang kau ingin menyerah?" Irene melipat tangannya di dada tatapannya begitu songong. Pertanyaan itu membuat Wendy kaku. "Me–menyerah? Tentu saja tidak!"
Suga mulai bingung. Kini berada tidak lagi di dalam kelas melainkan diluar kelas, tepatnya di taman. "Menyerah maksudnya? Aku tidak paham." tanya Suga kepada mereka tapi, para gadis itu malah saling melirik satu sama lain. "Ah, bukan apa-apa, " kata Seulgi melingkarkan tangannya di bahu Suga. Tentu, lelaki itu langsung melepaskan tangan Seulgi dari sana.
°°°
Semenjak Mark memarahi Wendy, gadis itu jadi canggung untuk mendekati Mark. Dan itu membuat misinya tidak terlaksanakan. Ya, walaupun misinya tidak ada batas waktu. Tapi Wendy merasa bersalah atas perlakuannya.
Bahkan ini sudah malam ke tiga mereka latihan untuk pensi dan tidak ada adegan dari mereka berdua yang memuaskan. Membuat Guru Bahasa mereka bingung sekaligus stres.
"Kenapa kalian berdua tampak tidak menikmati peran kalian?" tanya Guru tersebut. Wendy yang menunduk melirik Mark yang duduk di sampingnya sambil cemberut. Mark tetap santai dan memang dia selalu santai.
"Maaf Saem." Gumam Wendy. Guru bahasa itu mendengus. "Sepertinya kalian ada masalah. Saem harap kalian bisa menyelesaikannya secepatnya." Wendy dan Mark hanya mengangguk. Guru Bahasa itu berdiri dari duduknya mengemaskan buku serta kertas yang ia bawa.
"Karna ini sudah waktunya pulang, Saem tutup kelas untuk hari ini. Dan satu lagi, jika kalian memiliki masalah dengan rekan kalian, Saem harap secepatnya diselesaikan."
Semua yang ada di ruangan tersebut berseru mengiyakan permintaan guru Bahasa tersebut. Wendy mendengus kesal menyandang tasnya.
"Hedeh, sia-sia saja kita latihan tiga malam tapi Raja dan Ratunya tidak memperdalam peran," kata Yugyeom. Tentu kalimat itu sangat menyinggung Wendy dan juga Mark.
"Tidak menghargai sekali. Egois." Timpal Jaebum.
Yap, kedua lelaki itu mendapatkan peran sebagai pengawal sang Raja. Dan sejujurnya kedua lelaki itu tidak menyukai peran mereka. Menjadi pengawal seseorang yang tidak mereka sukai, sungguh menyebalkan.
Mark memang tidak memiliki seorang teman yang betul-betul dekat dengannya semenjak menginjakkan kaki menjadi seorang lelaki Sekolah Menengah Atas. Karna sikapnya yang pendiam dan tidak banyak bicaralah membuat orang tidak menyukainya.
Tapi, Mark tidak seburuk itu. Ketampanan menjadi nilai plus dalam dirinya. Di kagumi kaum hawa. Otak Mark juga tidak terlalu buruk.
"Hey! Hati-hati jika berbicara! Jika aku dan Mark tidak memperdalam peran, ya itu terserah pada kami. Tidak ada urusannya dengan kalian!" ketus Wendy karna tidak tahan mendengar lelaki yang bermulut wanita tersebut.
"Tentu itu ada urusannya dengan kami! Kalian membuat latihan kami sia-sia!" Yap Sana juga ikut bicara dalam hal ini. "Siapa suruh kalian latihan terlalu bersemangat? Lagi pula awal Juli kan masih lama." Decih Wendy melipat tangannya di dada.
"Jika kalian tidak menginginkan peran tersebut, berikan saja kepada Jaebum dan Seulgi!"
"Kya! Kenapa aku? Aku tidak mau." Karena nama Seulgi di sebut oleh Sana maka gadis itu juga ikut bicara.
"Sudahlah, lagi pula Mark dan Wendy cocok memerankan ini. Mungkin ada sedikit masalah dengan mereka." Suga si ketua pun berbicara.
"Terus saja membela yang salah!"
Mark tidak berkutit sama sekali, dengan tiba-tiba ia menarik tangan Wendy. "Ikut aku." Tentu tidak ada penolakan dari Wendy. Pipinya memanas saat tangan Mark menggenggam pergelangan tangannya. Tersipu malu di balik punggung Mark.
Akhirnya keduanya berhenti di sebuah teman sekolah yang memiliki lesehan. Wendy masih memerhatikan tangannya yang di genggam oleh Mark. Hingga lelaki itu sadar dan dengan cepat melepaskan genggaman tersebut.
Kedua nya hening, membuat Wendy bosan. "Jadi, ada sesuatu yang ingin kau bicarakan?" tanya Wendy.
"Maaf." Tanpa basa-basi. Wendy sedikit terkejut. "Hm..., aku juga minta maaf." Wendy meremas jari jemarinya tidak jelas sebab gugup. mark hanya berdehem.
"Kemarin, kau begitu menakutkan." Gumama Wendy menatap sepatunya karena takut menatap Mark. "Maaf." Lagi, kalimat itu sudah dua kali terucapkan. "Kenapa kau bisa semarah itu saat aku bernyanyi? Apa suaraku terlalu buruk atau kau tidak menyukai nyanyian ku?" Wendy terus bertanya. "Tidak ada alasan." Selalu saja begitu, Mark selalu membalas kalimat seseorang dengan datar.
Wendy mendengus. "Ah, baiklah. Sangat sulit bebicara dengan orang hemat kata." Mark berdecih. Keduanya kembali hening.
Wendy memainkan sepatunya membuat goresan pada rumput hijau. Suasana taman cukup terang, hanya ada dua lampu taman dan bulan Purnama yang terang.
"Ada lagi yang ingin kau katakan?" tanya Wendy. Mark menggelengkan kepalanya. "Arggh aku kesal dengan mu." Wendy meremas rok yang sepanjang lutut yang ia kenakan.
"Kenapa?"
"Kau ini malas bicara atau menghemat kata? Ayolah kita bebas berkata apapun, gratis."
"..."
"Pasti istrimu akan menyesal menikah dengan mu."
"Kenapa?"
"Kau tuan penghemat kata."
"..."
"Arggh..., aku pergi!" ketus Wendy memutar badannya untuk pergi tapi, ia kembali membalik. Terkekeh geli menatap Mark membuat gelompang di dahi lelaki itu. Sesekali Wendy juga menggoyangkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri.
"Kenapa?" tanya Mark yang mulai merasa Wendy sangat aneh. "Hm..., anu..."
"Ha?"
Wendy kembali terkekeh bahkan ia menutup mulutnya karna kekehannya. "Kau tidak jelas," degus Mark.
"Apa kau sudah mulai menyukaiku?"
TBC
Kita di pertemukan lagi oleh beberapa kalimat serta paragraf :')
/gajenya dirikuSemoga makin suka yah (':
mwah kyososate
KAMU SEDANG MEMBACA
Sing For You || Markdy ✔
Fanfic"Maaf, tapi aku memilih untuk mengakhiri hubungan ini." Terlalu lama bersama, rasa suka pun mulai tumbuh. Bahkan rasa sakit ini datang saat dia pergi meninggalkan. [120619] [150919] #1 - wendy dari 3,94k cerita