Sing For You 7

276 54 8
                                    

°°°

Happy Reading

°°°

"Eomma... kenapa aku ada di sini?! Dan..., dan kemana dia?!" Wendy panik saat bangun dari tidurnya. Yang dia ingat dia sedang bersama Mark di dalam mobil dan kenapa sekarang sudah di kamar.

Ibunya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya karena pertanyaan konyol dari Wendy. Suara gadis itu semakin kuat. Ibu nya tidak merespon.

"Eomma, jaw–"

"Tentu saja dia sudah pulang. Kau ini, ada-ada saja. Sudah Eomma katakan, jangan suka tidur di mobil orang. Kemarin dia menggendong mu ke kamar. Merepotkan saja. "

Yap, ocehan Wendy terkalahkan oleh Ibunya. Wendy dibuatnya diam.

"Maaf," ucapnya mencibir lalu menyuap roti lapis yang sudah dihidangkan di meja makan.

°°°

"Hey, my boy!"

Wendy berjalan ke bangku Mark. Lelaki itu tengah sibuk memainkan ponselnya. Merasa terusik ia hanya melirik Wendy sinis. Wendy hanya melemparkan senyum indahnya. Baginya, kemarin adalah hari yang menyenangkan.

Wendy menggeser salah satu bangku, ia duduk di samping Mark. Acuh. Wendy hanya memerhatikan Mark yang sibuk dengan ponselnya. Hanya ada mereka berdua di dalam kelas yang masih pagi ini.

"Terimakasih." Wendy bersuara dengan manis. Mark hanya berdehem, tanpa melirik ke arahnya. Selalu saja seperti itu. Wendy menarik ponsel Mark. "Aku di depanmu, bukan di ponselmu!" ketus Wendy menyembunyikan ponsel Mark di belakangnya.

"Kembalikan." Mark menyodorkan tangannya agar Wendy mengembalikan ponselnya. Gadis itu mencibir dan pada akhirnya ia mengembalikan ponsel milik Mark. Tatapan lelaki itu membuat gadis itu menurut.

"Kau ini kenapa? Kemarin kau sangat manis dan baik kepada ku tapi sekarang, kau kembali seperti biasanya."

"Bukannya aku memang begini?" tanya Mark. Wendy membuang nafas. "Ya tapi, aku suka kau yang kemarin." Masih mencibir. Mark membalingkan matanya kesal. "Kalau begitu, terbiasa lah dengan ku yang seperti biasa," kata Mark menepuk kepala Wendy. Awalnya bahunya merosot lemas tapi saat Mark melakukan hal itu, membuatnya gugup.

"Apa kau menyukaiku?" pertanyaan yang selalu di lontarkan Wendy akhirnya di lontarkan kembali. Mark rasanya tidak nafsu membahas soal 'menyukai'. "Kenapa kau selalu menanyakan hal itu?" kali ini Wendy yang di buat bungkam. "Sekarang, aku yang akan bertanya. Kenapa kau menyukaiku?"

Deg

"Aku kan tidak benar-benar menyukainya. Tapi, kenapa aku bingung untuk menjawabnya? Apa aku menyukainya?"

Wendy jadi bingung untuk menjawabnya. Ia melihat sekeliling sambil memikirkan alasan kenapa dia menyukai Mark. Semua ini kan hanya dusta.

"Kau tidak bisa menjawabnya kan? Begitu pula denganku."

Mar berdiri meninggalkan sebotol air mineral kepada Wendy. Entah apa maksudnya tapi Wendy termemung seperti orang bodoh. Tersadar, ia pun meneguk air mineral yang ditinggalkan Mark.

"Kenapa? Kenapa aku malah diam dan tidak menjawab? Seharusnya aku katakan saja aku menyukainya karena dia berbeda!" pekik Wendy mengacak-acak rambutnya. Ternyata segampang itu alasannya tali, sulit untuk di ungkapkan secara langsung. Gadis itu menjatuhkan kepalanya di meja.

Di tempat lain, Mark memerhatikan Wendy dari luar jendela. Terkekeh geli. "Aku juga menyukaimu karena kau berbeda." Gumam Mark lalu melenggang pergi dengan hati yang berbunga-bunga.

°°°

ooltoong booltoong meotjin
mom-mea-e
bbalgan oseul ibgo
saekom dalkom hyangnae pun-gi-nun
meot-jaeng-ee tomato (tomato)
na-neun-ya joo-seu dwael-geo-ya (ggul-gguk)
na-nun-ya lye-chub dwael-geo-ya (jjik)
na-nun-ya choom-eul chool-geo-ya (hey)
bbom-nae-nun tomato (tomato)

(Tomato song)

"Eomma, Appa, nyanyikan sekali lagi." Lelaki kecil itu tampak bahagia menyanyikan lagu anak-anak yang berjudul Tomato itu. "Baiklah, kita akan bergembira," balas Ayahnya. Tentu sang Ibu bahagia melihat puta kecilnya tak berhenti tersenyum.

"Eomma juga harus ikut bernyanyi." Sang Ibu hanya mengangguk.

"ooltoong booltoong meotjin
mom-mea-e
bbalgan oseul ibgo
saekom dalkom hyangnae pun-gi-nun
meot-jaeng-ee toma—"

Duaar...

Mark terbangun dari tidur singkatnya di ruangan basket. Setetes air mata mengalir membasahi pipinya. Dengan cepat Mark menghapus air mata itu. Memejamkan matanya dalam lalu membukanya perlahan. Lima tahu bukan lah waktu yang mudah untuk melupakan segala kejadian yang ia alami. Kejadian itu membuatnya lebih suka sendiri dan tidak suka keramaian.

Salahkah seorang lelaki menangis? Jika tidak, maka biarkan Mark menangis di kesepian ini. Sekuat apa pun ia menahan tangisnya, maka itu akan semakin menyakiti hatinya. Kini, ia butuh pelukan untuk meredakan rasa sesak di dadanya. Jika di rumah ia akan memeluk neneknya, maka di sekolah siapa? Ia hanya bisa memeluk dirinya sendiri.

Entah angin apa yang membuat gadis itu ingin mencari Mark di jam istirahat. Apa dia ingin mengganggu Mark lagi atau ada perlu lain? Wendy mencari ke setiap sudut sekolah termasuk tempat yang sepi. Di lorong yang memang jarang di lewati orang ini, Wendy berjalan cukup cepat. Langkahnya ingin menuju Ruangan Basket. Ruangan itu sepi jika tidak ada kegiatan.

Dari depan pintu, Wendy mendengar isakan tangis seseorang. Ragu, tapi, ia harus membuka pintu itu. Baginya ini seperti horror, cukup menakutkan. Perlahan, ia membuka pintu itu ingin memergoki siapa di dalam.

Saat pintu terbuka, di sebelah kirinya tepatnya di bangku penonton paling atas ia melihat Mark sedang menangis menunduk. Wendy berjalan dengan hati-hati menghampiri Mark. Ini sebuah fenomena sebab ini pertamakalinya ia melihat sisi lain dari lelaki pendiam ini. Diam, ternyata ia menyimpan banyak masalah. Mungkin.

"Ma–Mark," jari-jemari Wendy memegang kepala Mark yang menunduk. Lelaki itu mendongak dan..., ia menarik Wendy kedalam pelukannya.

"Sebentar, biarkan aku memelukmu."

TBC

Aku gak pernah nge-update lagi, dan sekali nge-update malah sedikit :')
Tapi tenang, hari ini double Update.

mwah kyososate

Sing For You || Markdy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang