Sing For You 11

242 39 6
                                    

°°°

Happy Reading

°°°

Satu tahun lebih, Suga menyimpan perasaan sukanya kepada Wendy. Sejujurnya ia menunggu waktu yang tepat untuk mengutarakannya tapi, siapa sangka dia kalah cepat. Ya, begitu lah jika perasaanmu selalu kau pendam tanpa kau utarakan maka kau akan selalu berada di belakang.

Kini Suga bisa apa? Ia akan tetap menjadi teman bagi Wendy. Andai Suga tau semua ini hanya permainan, mungkin ia akan santai saja. Tapi, Suga tidak tahu kebenarannya.

Karena kemarin malam adalah hari terakhir latihan, maka Sabtu yang akan datang pensi pun di mulai. Siapa sangka hari berjalan begitu cepat tanpa disadari.

Wendy begitu gugup. Begitu banyak penonton ternyata. Kini pikirannya kacau, bagaimana jika penampilannya tidak bagus?  Dan, bagaimana jika ada sebuah kesalahan?

Di sela-sela ketakutan dan kegugupan,  Mark menyelipkan jari-jemarinya di jari Wendy. Wendy tersentak, dan menatap Mark lega. Dan begitu pula Mark, memberi senyum nya kepada Wendy.

°°°

"Bibbidi-Bobbidi-boo!" ibu peri melambaikan tongkatnya memberi sihir kepada Cinderella. Kini gadis itu telah menjadi gadis cantik bagaikan Putri kerajaan. "Sihir ini hanya sampai pukul 24.00." Cinderella paham, lalu ia pergi ke pesta dansa si Pangeran. 

Sesampainya di sana, Pangeran tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk berdansa dengan Cinderella. Dan bagi Cinderella, malam itu mimpinya menjadi kenyataan. Waktu berlalu, jam mulai mendekati waktu tengah malam. "Selamat tinggal!" ucap Cinderella dan kemudian bergegas pergi.

"Tunggu!" panggil Pangeran. "Saya bahkan tidak tahu nama Anda!"

Cinderella berlari terburu-buru. Dia khawatir matra ibu perni sirna ketika dia masih berada di pesta. Ketika berlari salah satu sepatu kacanya tertinggal.

Pangeran mengirim utusan untuk mencari si pemilik sepatu tersebut. Hingga pada akhirnya sepatu itu mendarat di kaki Cinderella. Para pengawal membawa Cinderella untuk bertemu dengan Pangerannya.

"Kau adalah gadis yang aku tunggu-tunggu, Cinderella." Pangeran mengulas senyum dan begitu pula Cinderella yang sangat bahagia.

"Kini, kau telah menjadi bagian dari keluarga kerajaan."

"Terimakasih, Pangeran, aku sangat bahagia."

The End

°°°

"Kerja yang bagus. Kalian luar biasa, bagaimana jika setelah ini kita makan-makan bersama?" guru Bahasa itu begitu riang dan senang. Tentu ajakannya mendapat persetujuan oleh anak muridnya. Tapi tidak dengan Mark.

"Kenapa kau tidak ikut?" tanya Wendy menghampiri Mark di bangku luar. "Malas." Jawaban singkat dari Mark. "Tapi, aku ikut dengan mereka, kenapa kau tidak?" bibir Wendy mengerucut sebal. "Kau ikut saja, jangan jadikan aku oenghalangmu." Jelas Mark menyelipkan rambut Wendy ke telinganya.

Perlakuan Mark tadi membuat Wensy menegang. Gugup tentu saja. "Wendy, " pangil Mark. Wendy hanya membahasnya dengan deheman. "Aku mencintaimu. Berjanjilah untuk menjaga hati." Perkataan itu membuat hati Wendy teriris. Ingin menangis saat itu juga. "Apa kau bisa?" tanya Mark lagi memastikan. Wendy memejamkan matanya lalu menatap Mark sendu.

Perkataan Mark tadi masih terngiang-ngiang di pikiran Wendy. Bagaimana tidak, jelas sekali Mark sangat mencintainya. Tapi dia, menganggap perasaan orang lain sebagai permainan. Wendy memilih diam saat seisi kelasnya berkumpul untuk makan-makan. Bahkan ia hanya mengulas senyum saat Suga bercerita tidak jelas. Enggan untuk berbicara.

"Wendy, ada apa denganmu?" tanya Irene yang tidak tahan lagi melihat sikap anehnya Wendy. "Tidak apa-apa, aku baik-baik saja." Balas Wendy meminum air putih. Irene hanya mengangguk dan lanjut memakan daging bakarnya. Mereka sengaja memilih tempat makan yang lesehan agar semua tidak pisah meja.

"Irene, boleh aku meminta hadiahku lebih cepat?" tanya Wendy tiba-tiba. "Tentu tapi, kau tahu kan, kau harus membuatnya bernyanyi?" Wendy mengangguk. Ia tidak ingin lebih lama bersama Mark sebab, rasa ahen mulai timbul dalah hatinya. Mungkin, menjauh adalah jalan terbaik.

Tiba-tiba ponsel Wendy bergetar.

Mark

Apa kau sudah pulang?

Belum

Baiklah, jangan pulang
terlalu malam. Pulanglah
lebih awal. Atau, kau ingin
aku jemput?

Oke Taun Bos.
Jangan menjemputku,
kau istirahat saja.

Tapi, aku akan cemburu
jika kau pulang dengan
pria lain selain ayahmu.

Hahaa
Kau ini.
Baiklah, aku akan
menyuruh ayah menjemputku.

Jangan, ayahmu lebih
membutuhkan istirahat dari
pada aku.

Langsu intinya saja.
Bilang jika memang kau
ingin menjemputku.

Iya.
Beri kabar jika sudah
pulang.

Baik, Taun Bos.

Mark hanya meread pesan itu. Hanya bertukar pesan saja Wendy sudah merasakan kenyamanan. Bagaimana pula jika mereka selalu bersama, bisa-bisa Wendy terlarut akan cinta manisnya Mark. Wendy tidak ingin itu semua terjadi. Ini hanya sebuah taruhan, yah lebih tepatnya ini taruhan.

Taruhan untuk mendapatkan gitar akustik yang selama ini Wendy inginkan. Harganya mahal dan teman-teman nya akan memberikannya jika Wendy berhasil membuat Mark bernyanyi. Tidak perlu di depan umum.

Wendy sendiri pun tidak tahu kenapa teman-teman sangat bertekat ingin membuat Mark bernyanyi. Intinya, mereka hanya ingin mendengarkan suara nyanyian Mark.

TBC

Au ah gak mau bacot

mwah kyososate

Sing For You || Markdy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang