Beberapa tahun kemudian...
"Suga," panggil Wendy menghampiri lelaki itu membawa anak lelaki yang berumur 4 tahun ia genggam erat. Suga yang awalnya menatap senja kini beralih membalikan badan menghampiri Wendy.
"Jangan berlari, nanti kau bisa jatuh," kata Suga menggendong anak 4 tahun itu. "Jio, bilang dengan eomma mu, jaga kandungannya."
"Eomma, jangan nakal, nanti Jio tidak punya adik." Cibir Jio membuat Wendy dan Suga tersenyum geli melihat wajah lucunya Jio.
"USG mu sudah selesai?" tanya Suga mengelus perut Wendy yang kini membuncil. Dan kandungannya sudah beranjak 5 bulan. "Sudah, dan aku lelah."
"Baiklah, ayo pulang."
°°°
Sesampainya di rumah, Suga membantu Wendy untuk berbaring di ranjang kamarnya. Wanita itu memang butuh banyak istirahat. Jio berlari kecil menuju ruangan bermainnya. Ia mulai menggambar ataupun mewarnai.
"Kau tidur, dan saat kau bangun makan malam sudah terhidang." Wendy mengangguk tersenyum tipis. Suga menyelimuti tubuh Wendy. Lalu ia beralih menghampiri Jio sebentar.
"Apa yang Jio gambar?" tanya Suga jongkok di depan meja kecil tersebut. "Jio menggambar eomma dan appa," kata Jio tersenyum gemas. Suga hanya tersenyum getir.
Setelah itu ia beralih menuju dapur. Mungkin sebuah nasi goreng dan bubur sepertinya cukup untuk makan malam ini. Lagi pula ulang tahun Jio juga besok. Nanti Suga akan membelikan kue nanti malam saja saat Jio sudah tidur.
Siang yang panas kini telah berganti menjadi senja yang meninggalkan warna keorenan. Lalu, beberapa menit senja itu berubah menjadi terang bulan yang menghiasi bumi.
Wendy bangun dari tidurnya. Mengelus-elus perutnya yang sedikit nyeri. Walaupun ini sudah pukul tujuh malam, Wendy tetap ingin mandi dan berdandan. Entahlah, hamil anak kedua ini membuatnya ingin terlihat cantik dan bersih.
Setelah selesai merias diri, Wendy keluar dari kamarnya. Ternyata benar, Suga dan anak nya Jio menunggu dirinya di meja makan.
"Selalu tampak rapi," kata Suga mempersilahkan Wendy duduk di dekat Jio. "Kau seperti tidak tahu saja, anak kedua ini membuat ku ingin selalu berdandan."
"Pasti nanti anak perempuan itu akan sangat cantik."
"Oh, tentu, seperti eomma nya, bukan? " gurau Wendy membuat Suga tertawa. Wendy ngaduk-aduk dan meniup buburnya yang masih panas lalu memakannya.
Wendy tersenyum melihat Jio yang lahap makan.
"Jio, besok umur mu berapa tahun?" tanya Wendy mengelus-elus kepala putranya. "Lima...," jawab Jio girang. "Selesai makan nanti, Jio cuci kaki, minum susu, lalu tidur."
Merasa tidak setuju dengan perintah Wendy, Jio mencibir. "Tapi eomma, Jio ingin menunggu appa."
Wendy melirik Suga membuang nafas. "Tidak ada penolakan, Jio." Akhirnya Jio mengangguk paham.
°°°
Seperti yang di inginkan, selesai makan Jio tidur. Sebenarnya ada kejutan yang ingin Wendy berikan kepada Jio. Oleh sebab itulah ia menyuruh Jio untuk tidur lebih awal.
Dan begitu pula dengan Wendy dan Suga, mereka memilih menunggu di ruang nonton untuk menunggu dan menghabiskan malam hingga menuju pukul 12.00.
"Rasanya aku mengantuk," kata Wendy menguap tapi matanya masih fokus pada film drama yang mereka tonton. "Tidur lah, nanti akan aku bangunkan lagi."
"Tidak, aku harus bangun hingga tiba waktunya."
"Tapi, masih ada satu jam lagi. Apa kau bisa menahannya?" tanya Suga. "Tentu, aku akan meminum kopi."
"Jangan, nanti anaknya hitam."
"Kya! Kau ini, ada-ada saja." Refleks Wendy memukul lengan Suga sambil tertawa. Perbincangan konyol itu cukup rasanya untuk menghilangkan ngantuknya.
°°°
"Saeng-il chughahamnida! saeng-il chughahamnida!
jigueseo ujueseo jeil saranghamnida!
kkochboda deo gobge byeolboda deo balg-ge
sajaboda yong-gamhage Happy Birthday to You.""Saeng-il chughahamnida! saeng-il chughahamnida!
kkochdaun nae chinguya gulg-go gilge sar-ayo."Nyanyian yang dibisikan sang ayah keteliga putranya. Jio terbangun dari tidur tenangnya. Senyum indah tercipta saat sang ayah membawa kue ulangtahun beserta lilin yang menyala.
"Appa," Jio memeluk ayahnya dengan senang. Lama rasanya tida bertemu. "Buat permohonan dan tiup lilinmu." Jio mengikuti perintah ayahnya.
Huh...
"Anak yang pintar. Umur mu sudah 5 tahun, Appa harap, Jio menjadi lelaki yang pemberani."
"Ne, Appa, Jio janji." Lelaki kecil itu mengangguk mantap. Sang ibu yang melihatnya pun ikut terharu. Begitu rindunya Jio kepada ayahnya. Hingga pelukan itu sangat erat.
"Appa, kata anak keduamu, jangan terlalu menyibukan diri. Beradalah di rumah selama beberapa hari." Wendy ikut dalam pelukan itu.
Sang ayah hanya tersenyum mengelus perut istrinya. Sudah 2 minggu rasanya ia tidak memeluk ataupun mencium istrinya. Kerinduan merajalelanya.
Suga yang merasa seperti nyamuk pun berdehem.
"Ehem, masih ada orang di sini, " katanya. Mark berdiri lalu menghampiri Suga.
"Terimakasih telah menjaga istri dan anak ku selama aku pergi."
"Hm, tidak masalah."
"Tapi, kau harus bertanggung jawab sebab, calon ku merasa teracuhkan." Sambung Suga menatap Mark sinis.
"Hanya calon? Kapan kau akan menikahinya?" tanya Mark hanya bermaksud bergurau. "Aiisss..."
Mark dan Wendy tertawa tidak tahan melihat wajah dingin Suga yang berubah menjadi memalas.
°°°
"Sebelumnya, aku tidak pernah membayangkan akan menikahi teman sekelas ku saat sekolah." - Mark.
"Semua berlalu seperti mimpi. Aku kira, memiliki keluarga bersamanya hanyalah sebuah halusinasi. Akan tetapi, semua itu menjadi kenyataan." - Wendy.
°°°
_THE END_
Hai guys akhirnya end juga. Hilang satu bebanku :') Berharap sih semoga kalian suka dan ada hikmah yang di petik dari cerita ini. Eh, tapi kayaknya gak ada hikmah nya deh hahah.
Intinya, sampai jumpaaaaa laagi. Mungkin ada bonus :')
mwah kyososate
KAMU SEDANG MEMBACA
Sing For You || Markdy ✔
Fanfic"Maaf, tapi aku memilih untuk mengakhiri hubungan ini." Terlalu lama bersama, rasa suka pun mulai tumbuh. Bahkan rasa sakit ini datang saat dia pergi meninggalkan. [120619] [150919] #1 - wendy dari 3,94k cerita