Sing For You 13

237 38 0
                                    

°°°°

Happy Reading

°°°°

Ternyata benar, Mark sudah mengetahui semuanya. Wendy sungguh menyesal atas perbuatannya. Tidak pernah ia melihat Mark semarah ini kepadanya. Bahkan ini lebih dari Wendy bernyanyi untuk nya. Mark tidak sengaja mendengar obrolan Irene dan teman-temannya.

Kini, Wendy hanya bisa menangis di bangku taman. Tangisannya mereda, ia memikirkan sesuatu. "Untuk apa aku menangis? Lagi pula, aku kan tidak menyukainya. Tapi, kenapa aku merasa tidak tega memperlakukan dia seperti ini?" batin Wendy. Dadanya sungguh sakit. Bahkan untuk bernafas pun sulit.

Wendy memang benar-benar orang yang kejam. Baginya ia paling kejam di dunia ini. Mengelabui orang yang tidak pernah punya dendam kepadanya.

°°°

Hari terus menerus berputar, bahkan ini sudah hari ke-lima Wendy tidak bertatap muka dengan Mark. Dan ini hari ke-lima untuk menepatkan janji bahwa Mark akan bernyanyi untuk nya. Masih ada dua hari lagi untuk itu. Tapi, Wendy sama sekali belum bisa menepatinya. Apa ia harus memulangkan gitar itu dan mengaku menyerah? Tapi, bagaimana dengan lombanya? Ini adalah lomba yang Wendy impi-impikan.

Menyanyi di depan orang ramai dan mendapatkan pringkat pertama. Hadiahnya begitu Wendy inginkan. Berlibur ke Amerika adalah hal yang Wendy inginkan. Yah, ia ingin keluar kota.

"Kau wanita yang licik. Memanfaatkan orang lain demi kesenanganmu. Ternyata, aku salah menilaimu."

Kata-kata itu masih terngiang-ngiang di pikiran Wendy. Ia tidak sadar kalau Suga sudah duduk memperhatikannya. Tiba-tiba air itu kembali mengalir membasahi pipi Wendy. Tanpa aba-aba Suga mengusap air mata itu engan ibu jarinya. Wendy terkejut, lalu menatap ke arah Suga.

"Kenapa?" tanya Suga pelan dan lembut. Wendy menatap Suga diam, dan ia membiarkan air matanya mengalir deras. Wendy menutup wajahnya dengan tangannya menenggelamkan tangisannya di sana.

"Apa semua baik-baik saja?" tanya Suga lagi. Wendy menggeleng tanpa bersuara yang ada hanya isak tangis nya. "Cerita lah, aku akan memberi solusi sebisaku," kata Suga mengelus kepala Wendy. Gadis itu menggelengkan kepalanya.

Suga mengerutkan keningnya. "Kenapa?" Wendy mengelap air matanya asal. Tidak peduli seberapa buruk wajahnya saat menangis. "Aku tidak bisa mengatakannya," lirih Wendy masih disertai isakan.

"Ada hubungannya dengan Mark?" tanya Suga lagi. Wendy terdiam, enggan untuk menjawab pertanyaan Suga. Sebenernya yang dipertanyakan Suga memang ada sangkut pautnya dengan Mark. Tapi Wendy merasa belum saatnya Suga tahu atau mungkin ia akan tetap merahasiakan semua ini.

"Jika menangis membuatmu tenang, maka menangislah sekuat-kuatnya."

°°°

Wendy dan Suga sama-sama berjalan menuju kelas. Saat itu mereka tidak sengaja berpapasan dengan Mark yang ingin ke toilet. Wendy menunduk agar Mark tidak melihat matanya yang sembab karena menangis. Suga yang melihat hal itu sudah mulai paham. Ia yakin penyebab Wendy menangis adalah Mark.

"Wendy...," panggil Irene dan yang lainnya menghampiri Wendy yang duduk menenggelamkan kepalanya di atas meja. Wendy mendongak. "Ada apa?" tanyanya. "Ada waktu dua hari lagi agar kami bisa mendengarkan suara merdu Mark." Entahlah pernyataan itu terlihat jelas dari rauk wajah Irene kalau dia bahagia.

"Ah, soal itu ..., aku ingat kok. Dan, bersabarlah menunggu lagi." Wendy gugup saat mengatakan kalimat itu. Kini ia harus memikirkan bagaimanapun caranya agar Mark ingin bicara lagi kepadanya.

Siapa sangka, pelajaran Matematika berlalu begitu cepat. Dan kini mereka sudah pulang. Wendy akan menjalankan rencananya. Membuntuti Mark. Konyol, tapi, ia harus melakukannya agar misi konyol ini pun terselesaikan.

Untungnya Wendy membawa mobil sendiri. Ia menunggu Mark diparkiran. Sudah belasan menit Wendy menunggu bahkan sekolah sudah mulai sepi. Yang ia lihat hanya ada mobilnya, Suga, dan Mark. Wendy tetap menunggu di dalam mobilnya. Dan pada akhirnya Mark sudah berada di parkiran.

Tapi, langkah Mark terhenti saat Suga datang. Entah apa yang mereka bicarakan sebab, jarak mobil Wendy dan kedua pria itu cukup jauh. Suga mendorong pundak Mark. Awalnya Wendy kira itu hanya biasa saja. Tapi, Suga melemparkan pukulan di pelipis Mark.

Tentu melihat hal itu Wendy dengan cepat keluar dari mobil dan berlari menghampiri keduanya. Kedua saling melemparkan pukulan mereka satu sama lain.

"Hei! Apa yang kalian lakukan?!" Wendy berusaha melerai keduanya. Suga yang berada di bawah tidak bisa apa-apa. Wendy pun menarik Mark agar berhenti memukul Suga. "Apa-apan kalian ini? Seperti anak kecil saja! " pekik Wendy emosi.

Mark berdecih mengelap darah dipinggir bibirnya. "Apa kau tahu, di sini, aku lah sebagai taruhannya. Jadi, bukan salah ku kan berkata kasar kepadanya?" kalimat itu bukan hanya membuat Suga bingung tapi juga Wendy.

"Jadi, ini soal...," batin Wendy. "Maksudmu?" tanya Suga tidak paham. "Dia, menjadikan ku bahan taruhan." Mark menggenggam lengan Wendy erat. Memperlihatkan kepada Suga bahwa Wendy lah yang salah bukan dia.

"Apa itu benar?" tanya Suga. Wendy kempali enggan untuk menjawab. Ia dia, menahan bendungan yang sepertinya akan bocor. "Cih, gadis licik." Genggeman yang di lengan Wendy dilepas sedikit mendorong tubuh gadis itu. Lalu Mark memilih untuk pergi.

"Kau harus menjelaskan semua ini." Suga pun juga sama. Ia tidak menyangka bahwa Wendy selicik ini. Saat kedua lelaki itu benar-benar sudah pergi dari perkarangan sekolah, barulah Wendy menangis sejadi-jadinya.

Ternyata, satu kesalahan bisa membuat semua orang membenci kita. Menyesal? Tentu saja.

°°°

Gagal sudah rencana Wendy untuk memnguntit Mark. Ia memutuskan berkurung diri di kamar. Dan memilih untuk tidak sekolah. Begitulah Wendy, jika suatu masalah terlalu berat baginya, maka ia akan mendemam.

Bahkan ia tidak mengizinkan siapa pun masuk termasuk Ibunya. Tentu perlakuan Wendy membuat sang Ibu khawatir. Wendy hanya mengatakan tidak terjadi hal buruk apa pun kepadanya.

Matahari yang semulanya panas terik bahkan perih saat menusuk kulit, kini telah menjadi kejinggaan. Hal konyol pun kembali terlintas dipikiran Wendy. Ia akan menunggu Mark di simpang perumahan. Alasannya kepada Ibu ingin jalan-jalan sore.

Tapi nyatanya tidak. Wendy sudah memprediksikan jam berapa Mark akan pulang. Dan lebih parahnya, Wendy sengaja menghafal plat mobil milik Mark.

TBC

Ahak sengaja rajin nulis
Soalnya mau namatin cerita ini :')



mwah kyososate

Sing For You || Markdy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang