CHAPTER 3
Unión = penyatuan
Aku ada tapi kau anggap tiada. Hadirku nyata tapi kau anggap fana.
Dimatamu aku adalah mati dan eksistensiku tak kau anggap berarti.
-Señora-
*Señora*
Brisia mencoba terbiasa. Kearogansian Chanyeol malam lalu dan tentang pistol itu-tidak ingin ia pikirkan lebih. Brisia selalu menekankan dalam diri bahwa Chanyeol tidak seburuk pemikiran. Kepulangan suaminya dengan sejuta emosi hari itu ia yakinkan karena lelah atas pekerjaan kantor.
Lagi dia menggeleng berkali-kali jika Desert Eagle kembali menghantui. Pergerakan lincah Chanyeol dalam mengisi peluru. Tehnik memegang pistol sedemikian sempurna-menunjukkan bahwa Chanyeol sudah terbiasa.
"Akh-"
"Madam!"
Keduanya sama-sama memekik. Jaehyun segera membuka kotak P3K diatas pantry tepat di samping Brisia. Belum sepenuhnya, si brunnete mencegah. "Tidak Jaehyun. Tidak papa."
Asisten Loey itu melirik luka melepuh akibat air panas yang tidak sengaja Brisia tumpahkan sebab melamun baru saja. "Biarkan maid yang melakukan ini."
"Tidak-tidak. Aku akan memberikannya pada Chanyeol." Sudah dua hari suaminya tidak keluar dari ruang kerja sejak kejadian hari itu. Malam dimana untuk kedua kalinya Brisia mendapati luka sama pada telapak tangan Chanyeol. Brisia sudah mengambil ancang-ancang berlalu dengan senampan makanan dan sekotak P3K. Luka suaminya tentu harus dia pedulikan.
Dengan lembut Jaehyun menghalang lebih dulu. "Madam, tidak." Sedikit melindungi Brisia agar tidak lagi menjadi korban ketidakwarasan Tuan-nya. Masih Jaehyun khawatirkan bagaimana jika Brisia tahu saat itu dirinya di perjualbelikan pada seorang mafia kelas kakap semacam Kris Wu.
"Maksud saya-jangan khawatirkan apapun tentang Sir Loey. Hanya berikan waktu untuk Sir Loey menyendiri."
"Apa terjadi sesuatu, Jaehyun?" lagi Brisia bertanya untuk kesekian kali.
Perbincangan mereka terhenti dengan ketukan fantofel menggema diikuti puluhan anak buah Loey. Sosok tan berjalan angkuh menyusuri marmer Park seolah dia juga punya kuasa. Langkah panjang itu terhenti begitu menyadari eksistensi Brisia di bibir pantry.
"Wow-lihat, dengan siapa aku bertemu." Siulan panjang menyeru. Dapat Brisia tangkap siluet jangkung dihadapan menaik-turunkan alisnya dibalik kacamata hitam. "Bangsawan itu-right?"
Bangsawan itu. Hanya Chanyeol dan kekurang ajarannya yang memanggilnya demikian.
"Kim Jongin." Pemuda tan mengulurkan tangan.
Ragu, Brisia meraih. "Brisia Park."
Selanjutnya hamburan tawa memenuhi. Kim Jongin terpingkal atas penuturan Brisia baru saja. Gadis itu menanggapi dengan kerjapan mata. Tidak tahu apa lucunya hingga pemuda ini tertawa.
Membuka kacamata hitamnya, Jongin tersenyum tampan. "Aku orang terbodoh karena tidak tahu siapa dirimu di negeri ini, right?" kemudian melirik senampan makanan dan sekotak P3K di genggaman Brisia. Menahan tawa, Jongin bertanya, "Untuk suamimu?"
Brisia mengangguk.
"Biar aku yang memberikan. Kau bisa menyiapkan kopi untukku, mungkin?"
"Eh?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Señora
Fanfiction[Exo pairing] Siapa Brisia pantas mencintai Loey Park? Keagungan pemuda itu mutlak berkibar angkuh pun diatas gelar kebangsawanan. Darah birunya tak berarti disini. Kecerdasan sebagai seorang jaksa bahkan kecantikan luar biasa tidak membuat Chanyeo...