6-La cosa nostra

3.9K 408 43
                                    

CHAPTER 6

La Cosa Nosta

(Sebutan Mafia dari bahasa Italia)

Aku paham kau mengekangku karena sayang. Mengatasnamakan cinta, kau menganggap posesifmu itu wajar.

Tapi tidakkah ini keterlaluan? Disaat aku merasa ruang gerakku seperti tawanan akibat cemburumu yang berlebihan

-Señora-

*Señora*

Berbicara tentang Spanish, tak pernah lepas dari sosok legendaris Francisco Franco Bahamonde; seorang pemimpin de facto Spanyol dahulu kala. Ia dikenal sebagai diktator terkejam sepanjang sejarah. Setelah naik ke tampuk kekuasaan, Francisco menerapkan kebijakan yang menekan lawan dan pembangkan politik, dimana 60.000 sampai 400.000 rakyat tewas melalui penggunaan kerja paksa dan eksekusi kamp - kamp konsentrasi yang di operasikan rezimnya.

Dalam Phoenix Loey Park dikenal lebih kejam dari Francisco di era sekarang. Layaknya beliau, Loey pun demikian. Kiasan tersebut Brisia benarkan. Tidak sekali dua kali Brisia melihat Chanyeol menodong pistol pada bawahannya atau menarik paksa mereka memasuki lift Lotto dimana keesokan hari eksistensinya tak lagi ada jika mereka melakukan kesalahan sedikit saja.

Suaminya mengerikan-juga mematikan. Terlepas siapa Park Chanyeol sebenarnya, gadis itu menutup bibir rapat menyelimuti penasaran. Perihal luka tembak, sebuah pistol hingga ruang bawah tanah menakutkan dengan roullete judi tidak Brisia tanyakan. Chanyeol tidak berlaku seperti hari lalu dan Brisia cukup bersyukur untuk itu. Tidak ingin lagi memancing amarah sang suami, dia berusaha bungkam seolah tidak peduli.

Pun kehadiran Suho Kim di kediaman Loey hari itu juga Brisia tahan agar bibir tidak bertanya macam-macam. Dia hanya tidak mengerti mengapa semua Phoenix membungkuk dalam disaat denting fantofel Suho menggema mengingat pria itu juga bawahan seperti mereka. Si darah biru pun terperangah melihat Suho mengetuk pintu kamar utama dan Chanyeol mempersilahkan masuk pada ketuk kedua.

Brisia mengenal Suho tentu saja; asisten Chanyeol di Park Luminor. Pemuda yang nyaris setiap pertemuan mereka dengan wajah penuh luka, berakhir Brisa selalu menahan untuk bertanya mengapa. Mereka berteman dan Brisia menyukai peringai hangat Suho sejak awal pertemuan.

Hari itu menjadi hari privacy Chanyeol dan Suho dimana semua Phoenix tidak boleh mengganggu. Pun Brisia dilarang mengetuk pintu guna mengantar makanan seperti biasa.

Kabut pekat cerutu membumbung diudara untuk kemudian pecah menabrak langit-langit tidak menghalangi pengelihatan Suho pada siluet angkuh dihadapan. Chanyeol duduk menyilang kaki dengan segelas bening Billionare Vodka digenggaman. Melalui celah terbuka bathrobe mandi, manik hazel menangkap luka jahit di perut kanan atas terabai begitu saja.

"Aku tidak tahu bagaimana kau mendapatkan luka itu."

Chanyeol menyisip senyum tak terbaca di sela sesapan alkohol. "Tidak akan bosan. Toh aku sejati dan tidak akan mati."

Hanya Suho yang mengerti. Pelafalan itu merupakan curahan hati bahwa Chanyeol tidak baik-baik saja. "Maaf baru bisa menjengukmu. Kantor cukup sibuk-"

"Tentu saja. Bajingan itu akan selalu menjadikanmu gundik bodoh dengan tetap bersujud dibawah kakinya berdalih aku sebagai acuan. Luar biasa aku dapat melakukan hal sama pada bangsawan kesayangannya."

Ekspresi terkesiap Suho berhasil membuat Chanyeol menggelak tawa kemudian menepuk sisian sofa. "Kemarilah hyung. Aku rindu menghabiskan waktu denganmu. Alkohol ini sengaja ku pesan jauh-jauh dari Rusia untuk menyambut kedatanganmu."

SeñoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang