13-Planning

3.6K 408 87
                                    

CHAPTER 13

PLANNING

Jangan pernah bersedih. Jangan mau di rundung pilu apalagi di bodohi nestapa. Hiduplah penuh cinta. Bertumbuhlah dengan bahagia. Kamu terlalu cantik untuk merasa sakit.

*Señora*

Hipotesanya tentang Loey Park selalu benar. Entah naluriah seorang wanita atau tuntunan janin mereka yang mengatakan Dad-nya sedang berbuat hal salah.

Tungkainya mematung di anak tangga, menatap nanar siluet mengenaskan bersimpuh di kaki Phoenix. Walau tubuh hancur bermandikan darah, Brisia masih dapat mengenali sosoknya dari jarak sejauh ini.

 Walau tubuh hancur bermandikan darah, Brisia masih dapat mengenali sosoknya dari jarak sejauh ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Willis disana dengan moncong pistol mengelilingi setiap sisi kepala. Dan Chanyeol yang menyamakan tinggi dengan tangan bertumpu di atas lutut. Tatapan keduanya saling beradu, menyatu satu sebesar kebencian di hati masing-masing.

"Apa yang kau tunggu untuk membunuhku, Father?" mulai Willis tersenyum susah payah.

Gelak tawa menggelegar sepenuh ruangan. Memantul arogan seiring berat suara Chanyeol terbahak jenaka. "Agresif sekali. Bukankah kita harus berkenalan sebelum itu, Capt?"

"Apa yang tidak ku tahu tentangmu sementara aku mengikutimu lebih dari satu tahun? brengsek bajingan tidakkah?"

"Can be repeated?"

"Motherfucker-cuih." Willis meludah darah tepat disamping kaki Chanyeol. tersenyum angkuh seolah kematiannya bukanlah hari ini.

"Beraninya kau-"

"Hentikan!!!" Jeritan seorang wanita menghentikan pergerakan antek Phoenix yang siap menghantam Willis dengan moncong pistol. Siluet mungil bermandikan air mata bersimpuh di hadapan Chanyeol. Melindungi Willis di belakang punggung dengan merentangkan kedua tangan. "Demi Tuhan jangan menyakitinya, Chanyeol. Jangan-sedikitpun-menyentuhnya. Atau-kau-akan-menyesal." rentetan kalimat itu Brisia lafalkan penuh penekanan.

"Bee.." Willis berbisik dibaliknya, menggeleng kacau. "Pergi dari sini ku mohon."

Brisia membalik tubuh. Menepis tangan-tangan yang menyakiti Willis. Wanita tersebut mengusap darah disepenuh tampannya. Terisak lirih mencari dimana kiranya masih bisa menemukan setitik wajah jenaka pemuda itu. "Maafkan aku Willis.. maaf hiks.. aku-aku.."

"Pergi Bee.." sapuan hangat tangan berlumur darah mengusap air mata. "Pun jika aku mati semua baik-baik saja. Aku menemukan apa yang telah ku cari. Titip Mommy-"

"Maka kita akan mati bersama!" final Brisia mengusap kasar air mata.

"Kau pikir apa yang sedang kau lakukan Brisia?!" cerca Chanyeol marah. Kilat cemburu berkobar mengerikan di onyx itu.

SeñoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang