8-Santorini

4K 378 77
                                    

CHAPTER 8

SANTORINI

Jangan pernah ingin menjadi mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan pernah ingin menjadi mereka. Jadilah dirimu sendiri dengan apa adanya kamu.

Karena silsilah cinta tak pernah salah dalam memilih mate nya.

*Señora*

Fira menjadi destinasi utama honeymoon mereka kali ini. Hotel mewah dengan teras menghadap langsung pemandangan laut Aegea benar mencekam mata tak henti membuat Brisia berjingkat girang layaknya bocah. Sejak kecil dia mengenal Santorini sebagai pulau kaldera di laut para dewa. Pusat semesta Yunani yang sering orang tuanya ceritakan tempat lahirnya para dewa-dewi. Entah mitos atau fakta, nyatanya Brisia menyukai dongeng masa kecilnya dahulu kala.

Brunnete terombang ambing masai sebab angin pantai tidak menghilangkan kecantikan gadis bangsawan ditengah jeritan kecilnya sepanjang edaran mata ke seluruh penjuru kaldera. Tanpa sadar kaki kecil meloncat-loncat sesekali memeluk bicep Chanyeol seraya mengucap terimakasih berkali-kali.

"Oh, maaf." Cicitnya salah tingkah padahal Chanyeol sama sekali tidak terganggu.

Lelaki itu tiada bosan melihat tingkah kekanakan Brisia tanpa sadar mengulas senyum samar. Jika Brisia berbalik menatapnya maka Chanyeol akan membuang muka atau memasang wajah datar seperti biasa. Hei, harga diri setinggi langit Loey tidak mengizinkan itu.

"Chanyeol-terimakasih." Kata Brisia lagi nyaris melompat memeluk sang suami tapi urung begitu menangkap onyx tajam menusuk silvernya. Beralih remaja itu menyelip anak surai di telinga malu-malu. "Chanyeol-terimakasih. Ini indah."

Si tinggi membuang muka ke arah laut belagak acuh. "Kau mengucapkannya lebih dari lima puluh kali."

"Kau menghitungnya?" tanya Brisia mengerjap lucu.

Damn! bisakah Brisia berhenti bersikap seperti itu? Demi Tuhan chanyeol mengeras atas alasan tidak rasional dan itu sungguh memalukan.

"Hanya menebak."

"Chanyeol memperhatikanku, ya?"

"Tingkah menggemaskanmu itu? apa-apaan."

"Menggemaskan?" jawab Brisia semakin berbinar. "Benar aku seperti itu?"

"Huh?" mati kutu Chanyeol menyisir surai merahnya lantas berbalik memasuki kamar. "Kapan aku bilang begitu? Oh-damn! Apa yang kau lakukan?" jelas dia mengumpat begitu siluet Brisia berdiri didepannya memotong langkah.

"Daripada menggemaskan, aku lebih suka dibilang wanita cantik oleh pria dewasa sepertimu."

Chanyeol menganga tak percaya. Dia nyaris lupa si mungil dihadapan hanya remaja usia dua puluhan dibalik seragam jaksa wanita dewasa. Lihat semburat merah dan jari lentik yang memilin ujung dressnya malu-malu. Kekanakan sekali.

SeñoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang