9-Manipulasi

3.3K 421 59
                                    

CHAPTER 9

MANIPULASI

Aku mengabaikan presepsi mereka tentangmu. Membantah sekuat yang ku mampu. Keyakinanku, mereka hanya belum tahu siapa dirimu. Namun sekarang aku menyesal. Ketika mengetahui kau lebih memilih lain hati. Nyatanya aku bertahan hanya untuk tersakiti.

*Señora*

Jika ini sebuah liburan sepasang pengantin baru, dia bersumpah pulau Palea Kameni menyuguhkan keromantisan abadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika ini sebuah liburan sepasang pengantin baru, dia bersumpah pulau Palea Kameni menyuguhkan keromantisan abadi. Pulau vulkanis yang terbentuk akibat sisa-sisa kaldera letusan gunung berapi enam belas abad masehi itu benar menakjubkan luar biasa. Terlepas sejarah kelam yang melempar kita pada masa lalu perihal erupsi, bencana dan malapetaka dunia dahulu kala yang menjadi gambaran terciptanya Palea Kameni tidak menghilangkan madu di tengah empedu.

Siapa sangka historis mengerikan itu alih-alih menjadi keindahan dunia tiada dua. Bangunan-bangunan putih menjulang ditemani kepulan asap menyembul dari dasar laut sungguh menawan mematikan maut di masa lalu. Sementara air biru bersulfur temperatur lebih dari tiga puluh tiga derajat celcius menusuk ari memijat tulang dari dalam.

Terdengar menyenangkan. Tapi tidak bagi Brisia sekarang. Tidak ada keromantisan seperti tujuan kedatangannya di Santorini. Ini bahkan tak sampai empat puluh delapan jam dan honeymoon-nya hancur berantakan.

Kehadirannya di pulau vulkanis ini bukan untuk bersenang-senang seperti turis di luar sana. Dia terjebak disebuah bangunan putih indah di tepi laut Aegea. Terisak getir menggigit bibir sementara tubuh basah kuyup menggigil. Kriss datang mengganti jasnya yang menyampir di tubuh si mungil dengan handuk kering.

"Kau akan sakit jika terus seperti ini." Kriss lagi mengingatkan. Melirik segelas coklat panas di atas meja yang tak lagi mengepulkan asap karena diabaikan Brisia sekian lama. "Brisia-kunci dari sebuah hubungan adalah kepercayaan.."

Lantas gadis itu menatap Kriss walau pandangan buram tergenang air mata.

"Seperti yang Loey sumpahkan-dia akan baik-baik saja-"

"Tidak, Kriss. Chanyeol itu idiot. Dia bahkan pernah terluka dan-dan.. hiks.."

"Aku lebih mengenalnya daripadamu." Kriss mengucap dengan tenang. Masih pada pembawaannya sebagai mafioso handal. "Kami berteman cukup lama. Ah-tidak.. kami tidak sedekat itu untuk disebut teman. Maksudku rekan-dalam pekerjaan. Sesekali."

Darah biru tahu apa pekerjaan yang Kriss singgung disini.

"Arogan itu kekeuh pada pendirian. Dia konsisten. Meski pernah satu kali melenceng. Saat mengambilmu lagi di kediamanku malam itu." di akhir kata, hanya gumaman kecil tidak dimaksudkan untuk Brisia dengar. "Jadi-sesuai sumpahnya, Loey akan kembali baik-baik saja."

Kriss bangkit kemudian. Meremas bahu Brisia yang mulai mengendur -tidak bergetar seperti menit lalu. "Well, kau juga harus beri aku kepercayaan dalam hubungan kita."

SeñoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang