Selasa
Sudah 2 hari ini Leon yang terlalu malas pergi ke kantin memilih untuk berdiam diri dikelas, dirinya masih kesal dengan Tara yang ternyata selama ini mendekatinya karena ada maksud lain. “cewek licik, nggak sepolos yang gue pikir”, batin Leon.
Sementara dikantin Tara yang tidak menemukan keberadaan Leon memilih untuk bergabung bersama Amel dan teman lainnya. Tidak terlalu memikirkan hal tersebut, karena Tara juga berpikir sudah lumayan lama tidak menghabiskan waktu bersama teman-temannya.
“nggak lama kan?”, tanya Leon pada seorang yang sudah menunggu nya didepan gerbang sekolahnya pada saat jam pulang.
“nggak kok baru aja sampe”
“yaudah naik”
Tara yang masih berdiri menunggu pak Iman tidak sengaja melihat Leon yang memberhentikan motornya didepan seorang siswa perempuan yang tidak mengenakan seragam sekolahnya. Meski tidak mendengar apa yang dibicarakan, namun Tara bisa melihat gadis itu naik motor nya Leon.
“sama siapa tuh anak”, batin Tara saat motor Leon melintas begitu saja didepan Tara. Bahkan Leon sama sekali tidak menegurnya.
Sebenarnya Leon melihat Tara, namun dirinya terlalu malas untuk menyapanya.
Sejak pulang sekolah hingga malam Tara masih kepikiran soal Leon yang pulang bersama dengan siswa sekolah lain. Tara juga mengingat-ingat jika wajah cewek itu sama dengan salah satu foto yang pernah dikirim Amel. Apa mungkin Leon balikan atau, ah mungkin saja mereka hanya janjian karena sudah lama nggak ketemu”, pikir Tara.
***
Rabu
“Eon, kemaren 2 hari nggak ke kantin?”, tanya Tara saat bertemu Leon dikoridor.
“lagi malas”, jawab Leon datar.
“by the way kemaren---”
“bisa nggak sih lo nggak usah dekat-dekat gue lagi, lo nggak tahu apa kalo gue risih”
“lo kenapa sih kok jadi kasar lagi”
“pergi lo! kalau nggak mau dikasarin, jauh-jauh dari gue”
“yaudah gue pergi, gue rasa lo kerasukan”, Tara memilih untuk pergi, walaupun sebenarnya masih bingung dengan sikap Leon yanag tiba-tiba berubah kasar kembali. “padahal kemarin sepertinya sudah jinakan”, batin Tara.
***
Kamis
Tara yang masih belum tahu kenapa Leon tiba-tiba berubah, memilih untuk tidak menemui Leon dulu. Walaupun sebenarnya tidak tahu kenapa dirinya merasa tidak tenang akan hal ini, pikirannya masih bertanya-tanya ada apa sebenarnya?.
Tara merasa mulai aneh dengan dirinya sendiri, kenapa ia dibuat uring-uringan dengan sikap Leon. Meskipun sebenarnya ia ingin bertanya, namun dirinya menahan diri agar tidak membuat Leon semakin bertambah marah.
***
“pak anter Tara ke mall yuk, tadi Tara udah izin eyang kok”, ucap Tara menghampiri pak Iman yang baru saja selesai memberikan makanan ke burung peliharaan kakek Tara.
“iya mba, bapak cuci tangan dulu ya”
“Tara tunggu depan ya pak”
“iya mba”
...
“tunggu ya pak, Tara nggak lama kok cuma mau cari charger”, ucap Tara saat akan turun dari mobil.
Tara memasuki mall melalui lift yang ada di basement dan langsung menuju store gadget untuk membeli charger. Tidak memakan waktu lama Tara keluar store, dan menuju toko roti untuk membelikan beberapa roti buat pak Iman. Namun saat akan pulang Tara memutuskan untuk membeli minuman dan cemilan karena tergoda akan aroma nya saat Tara melewati stan stan makanan.
Saat menunggu pesanannya, tidak sengaja Tara melihat seseorang yang dari belakang nampak tidak asing baginya, Leon bersama gadis yang kemarin dibonceng nya dari sekolah.
“sebenarnya cewek itu siapa nya Leon sih”, tanya Tara dalam hati.
“kak orderannya”, ucap pelayan yang memecah fokus Tara
“makasih”, Tara meraih bungkusan makanan dari pelayan dan langsung berjalan menuju parkiran di basement.
Selama menuju perkiran Tara kepikiran mengenai Leon, ia benar-benar dibuat penasaran siapa wanita bersama Leon tersebut, apalagi Tara melihat wanita itu menggandeng tangan Leon. Dua hari berturut-turut mereka bersama?.
***
Saat baru akan membuka pintu mobil, Leon terdiam sebentar. Ia menoleh sekilas ke arah gadis yang berdiri disamping pintu penumpang, ia berjalan memutar kedepan mobilnya lalu menarik gadis itu dan CUP, Leon menciumnya.
Leon menekan tekuk leher gadis itu untuk menahan dorongan tangan yang diterima di dadanya, Leon menahan agar ciumannya tidak terlepas. Setelah memastikan dirinya puas dan Tara yang berada tidak jauh darinya sudah menyaksikan kejadian ini, Leon melepas ciuman itu dengan menampilkan seringai licik di wajahnya.
“NGAPAIN LO MASIH DISANA?”, Tara yang masih tidak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat, langsung kaget saat Leon membentak nya.
“masih kurang dengan pertunjukan yang baru lo liat”, sambung Leon saat melihat Tara belum bereaksi apapun.
“lo sengaja ciuman depan gue, biar gue liat”, ucap Tara dengan nada yang pelan, namun Leon hanya melengos malas melihat Tara. ”heh”.
“biar lo sadar kalo gue risih ada lo, lo bisa lihat kan nggak cuma lo yang ngedeketin gue”, ucap Leon penuh nada sarkasme.
“maksud lo gu-- ?”
“gue rasa ucapan Sean benar kalo lo nggak beda jauh sama perempuan murahan yang suka nempel sana-sini ke cowok”, ucap Leon yang memotong ucapan Tara.
“jadi jangan pernah harap gue bakal ngelirik lo”
"PAHAM”, bentak Leon.
Tanpa membalas ucapan Leon lagi, Tara yang terdiam mulai berkaca-kaca. Dirinya tidak sanggup untuk berbicara disaat seperti ini, ia tidak mengerti apa yang ia rasakan sebenarnya. Tidak ingin Leon melihat dirinya menangis, dengan langkah yang terburu-buru, Tara pergi menuju mobil nya.
Sementara Leon ia merasa aneh akan reaksi yang ditunjukkan Tara, tidak biasanya dia seperti itu. Tara yang Leon tahu akan memberikan perlawanan meskipun hanya melalui tatapan. Namun kali ini mata Tara tidak terlihat menunjukkan emosi seperti biasanya.
Sementara gadis yang disamping Leon masih bengong tidak percaya dengan adegan drama yang baru saja di saksikan.“Leon lo apa-apaan sih, lo nyium gue sengaja untuk buat cewek tadi marah“, bentak gadis yang baru saja dicium Leon.
“sorry”, ucap Leon dengan santainya.
“bukan ke gue, harusnya lo ucapin itu ke dia”
“biarin aja, gue udah puas kenapa harus minta maaf”
“sakit lo!”, ucap gadis itu lalu masuk mobil, dan diikuti Leon.
Sepanjang jalan Leon merasa sangat puas sudah membuat Tara melihat dirinya yang mencium seorang gadis, “rencana lo nggak akan pernah berhasil Tara”, ucapnya dalam hati.
Selama perjalanan Tara hanya diam, bahkan makanan yang dibeli nya diletakkannya begitu saja di dapur. Tara merasa semakin aneh dengan apa yang dirasakannya saat ini, dada nya sesak, sangat sesak, hati nya sakit, ia ingin menangis namun air matanya tertahan.
Perasaan ini pertama kalinya ia rasakan, bahkan Sean pun belum pernah membuatnya sampai sesakit ini. kata MURAHAN yang keluar dari mulut Leon jauh berkali-kali lipat sakitnya dibandingkan saat Sean mengucapkannya.
“kenapa rasanya sesakit ini?”, batin Tara.
Tara mulai menyadari jika dirinya sudah terjebak oleh rencana nya sendiri, Tara jatuh cinta.11/8/19
KAMU SEDANG MEMBACA
BEST 3NEMIES!
Fiksi PenggemarBuat gue nggak masalah mau cowok atau cewek, kalau lo suka ya lo kejer, deketin dia, jangan cuma diam tanpa ngelakuin apapun, mana ada cinta diam-diam itu bahagia, cuma jadi pengagum itu nggak enak, emang lo bahagia saat ngeliat orang yang kita suka...