Tara POV

104 3 0
                                    

Awalnya aku hanya menyukai sosok nya yang terlalu sering melintas didepan mataku, tertarik untuk mengenalnya sampai akhirnya ada rasa yang besar untuk ingin memilikinya. Sampai rela mengorbankan harga diriku demi untuk bersamanya. Setiap hari aku habiskan waktuku hanya untuk mendapatkan perhatiannya, sampai-sampai aku lupa sekelilingku telah menatap sinis kearahku. Tidak peduli sebesar apapun rasa bencinya kepadaku, aku tetap terus mengejarnya. Aku percaya jika aku berjuang suatu saat Sean akan luluh, terlebih tidak sekalipun aku melihatnya bersama atau mendengarnya menyukai wanita lain. Tentu rasa optimis ku kian hari semakin membesar, meski penolakan yang aku terima juga kian terasa. Sifat angkuh yang selalu Sean berikan, aku anggap sebagai tantangan. Itu yang selama ini aku pikirkan.

Namun, ternyata memang semua nya tidak akan berakhir selamanya, akan selalu ada satu titik dimana hati mulai lelah dan sulit untuk bertahan. Penolakan yang kian membesar didukung oleh kahadiran sosok yang dapat mencuri perhatiannya adalah alasan aku berhenti untuk berjuang. Aku tahu ini terlalu mudah, setelah lamanya aku bertahan mengapa hanya karena kehadiran orang lain aku berhenti, aku menyadari itu karena aku tahu tidak selamanya apa yang kita inginkan harus terpenuhi, karena Tuhan tahu apa yang kita inginkan belum tentu kita butuhkan.

Aku menyadari karena cinta memang tidak dapat dipaksakan, sekeras apapun aku berjuang jika pada akhirnya hanya aku maka berhenti adalah keputusan yang paling tepat. Aku merelakan semuanya, bukan untuk orang lain, melainkan untuk diriku sendiri agar rasa sakit yang aku rasakan tidak bersarang.

Hingga aku menemukan sosok baru yang membuat duniaku jungkir balik. Rasa benci karena sikapnya yang terlalu meremehkanku, adalah awal rasa yang aku tahu. Leon satu-satunya yang mampu membuatku melupakan Sean dalam waktu singkat, bukan karena rasa cinta tapi karena benci. Rasa benci yang aku rasakan semakin membuat diriku selalu mengingat sosok Leon.

Tidak ada ketertarikan sama sekali, karena awalnya aku hanya ingin Leon tahu bahwa aku juga layak disukai. Sampai akhirnya tanpa aku prediksi sebelumnya, rasa lain mulai tumbuh, aku yang pada awalnya hanya ingin bermain dan terlalu asik bermain sampai lupa jika sudah terjebak dalam permainanku sendiri. Aku menyadari itu, dan aku sangat menikmatinya. Hingga semua permainan yang aku buat mengacaukan diriku. Aku menyukainya, bahkan sangat menyukainya. Perasaan ini sebenarnya cukup nyaman namun aku tidak akan membiarkan ini berkembang. Aku cukup tahu diri. Aku bangun dan menerima kenyataan bahwa aku sulit untuk kembali pada perasaan kemarin.

Lagi lagi aku menyerah, aku sadar aku salah dan aku jelas sangat layak menerima sakit kembali. Bahkan sakit yang terlampau lebih dari sebelumnya. Aku sadar jika kali ini aku tidak layak berjuang untuk Leon, karena aku cukup tahu diri. Banyak gadis disekeliling Leon yang lebih baik dariku, tentu saja aku bukan siapa-siapa dimatanya. Toh sejak awal aku sudah menerima penolakan, jadi sampailah aku pada keputusan untuk tidak berjuang dan memilih mundur.

Aku memilih mundur bukan karena tidak ingin berjuang, tapi aku berpikir inilah satu-satunya cara menghindari sakit. Aku tidak siap untuk merasakan sakit kembali, karena tidak ada sakit yang tidak berbekas.

Aku tidak ingin sakit, aku tidak ingin kehilangan kembali orang yang aku sukai untuk kedua kalinya. Biarlah aku tetap diam asal aku berada dalam hubungan yang tetap baik-baik saja. Aku memang egois, karena aku hanya melakukan apapun berdasarkan keinginanku sendiri tanpa peduli apa yang orang lain rasakan.

Dan disinilah aku, aku menemukan kebahagian yang tidak aku duga namun aku harapkan. Aku tidak pernah berharap jika Leon akan membalas perasaan yang aku pikir selama ini hanya ada di aku.

Aku terlalu beruntung, namun aku menikmatinya. Terimakasih karena Leon mampu membuat diriku menjadi wanita yang merasa beruntung dan layak menerima cinta.

BEST 3NEMIES!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang