18. 120 menit

70 3 0
                                    

Setelah hampir 2 minggu berpacaran, Tara mulai terbiasa dengan perlakuan Leon yang setiap harinya membuat jantungnya tidak karuan, begitupun dengan Leon semakin hari ia terlalu gemas melihat Tara yang polos namun mudah sekali emosi. Dirinya terlalu menyayangkan jika tidak menggoda Tara seharipun. Anak-anak satu sekolah juga mulai terbiasa melihat mereka yang bisa dibilang sering bersama, walau kadang ada hari dimana mereka menghabiskan waktu bersama temannya masing-masing atau mereka bergabung bersama sehingga membuat kantin serasa milik mereka. Ya kelakuan Alvin dan teman lainnya selalu bisa mendominasi.

Sabtu

Leon:
16.40 turun sekarang gue dibawah

Tara kaget sesaat setelah membaca pesan dari Leon, dan tanpa membalas Tara segera turun dan mendapati Leon yang sudah duduk diruang tamu utama rumahnya.

“kok tiba-tiba? ada apa?”, tanya Tara.

“gue udah izin eyang mau ajak lo jalan”

“sekarang?”, Tara sedikit kaget.

“iya sayang sekarang”, jawab Leon yang sebenarnya malas menjawab pertanyaan Tara kali ini.

“eyang dimana sekarang?”

“lagi angkat telepon”

“lo udah sampe dari tadi?”

“sekitar jam 4an”

“udah lama dong! kenapa baru chat gue! kok nggak ada yang bilang juga kalau lo dateng”, protes Tara.

“tadi Leon ngobrol dulu sama eyang”, ucap eyang yang baru datang.

“eyang abis marahan Leon ya?”, bisik Tara saat melihat eyang sudah berdiri dibelakangnya.

“ngawur kamu, buat apa eyang marahin orang sembarangan”

“ya kali aja, eyang kan posesif, semua teman Tara di wawancara dulu kayak mau ngelamar kerja”

“itu kan buat kebaikan kamu juga, eyang nggak mau lihat kamu temanan sama orang yang nggak baik”, jelas eyang.

Pasalnya kakek Tara ini paham benar jika Tara termasuk tipe orang yang bisa berteman dengan siapa tanpa memandang bulu, namun untungnya Tara tetap menyeleksi dan memilih teman terdekatnya. Ia terlalu malas bergaul dengan anak-anak populer yang menurutnya terkadang terlalu palsu circle pertemanannya.

“kamu ganti baju sana, biar eyang lanjutin obrolan sama Leon”, perintah eyang yang diiyakan oleh Tara.

Sepanjang ia berjalan menuju kamar dan berganti pakaian, Tara kepikirin jika eyang nya akan menanyakan Leon berbagai macam pertanyaan yang membuatnya takut, karena Tara tahu benar jika eyang nya termasuk orang yang akan mencari informasi lebih mengenai orang yang sedang dekat dengan dirinya. Meskipun untuk lawan jenis ini pertama kalinya.

Setelah dirasa cukup rapi Tara keluar kamarnya dengan menggunakan t-shirt putih dengan dipadukan skinny jeans blue. Tara dan Leon pamit kepada eyang.

“lo tumben bawa mobil”, ucap Tara saat melihat mobil BMW hitam terparkir didepan halaman rumahnya.

“dimodalin bokap gue, kasian katanya liat anak nya kelamaan galau kemarin”, jawab Leon.

“hah?”, Tara kurang jelas mendengar ucapan Leon yang pelan.

“gue tahu selama ini lo nggak nyaman naik motor”, jawab Leon sambil membuka pintu bagian penumpang untuk Tara. Tara yang bingung langsung masuk ke mobil Leon.

“Leon, gue bukannya nggak nyaman naik motor, tapi gue nggak terbiasa saat pakek rok sekolah, gue nggak suka kalau – eh --”, ucap Tara yang mencoba menjelaskan kenapa selama ini ia sering menolak Leon saat ingin menjemput atau mengantar ia saat sekolah. Namun, ucapan Tara terhenti, ia ragu sambil melirik sedikit ke arah bawah, lebih tepatnya paha nya.

BEST 3NEMIES!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang