19. DiA(lthaf)

7K 276 0
                                    


      "Arghhhhhh..." teriak ku sekuat tenaga. Buku-buku Kuku ku memutih Seiring Pegangan erat Ku pada Kedua Sisi Bantal. Namun Perlahan Ketegangan itu berlalu, berganti Dengan Ucapan Hamdalah, lalu di susul Tangis Kencang Seorang Bayi Manusia.

        Mama Yang Berada Di sebelah Kiri ku, langsung menangis Haru. Berkali-kali Beliau Menguatkan Ku, dan Menjanjikan Pertemuan ku Nanti dengan Mas Ezhar. Ah iya Aku baru ingat, lelaki itu entah Sedang Apa dia, Yang ku dengar Dari papa Mertua, pria Itu Sama sekali tak dapat di hubungi, Dari awal Kontraksi ku, sampai Anak Nya keluar Dari perut ku.

    Suster Sudah Membersihkan Diriku, juga Menggantikan Pakaian Yang tadi berlumur darah dengan Pakaian Rumah Sakit Resmi. Dan Tak Lama Kemudian, aku Di pindahkan Ke Ruang Rawat. Wajah-wajah Khawatir keluarga ku Pun berubah Senyum ceria, ketika melihat Keadaan ku yang baik-baik saja.

     "Silahkan Di susui bayinya ibu." Ucap suster Menyerahkan Bayi mungil , hasil Buah Cinta ku dengan Mas Ezhar untuk Aku susui pertama Kali.

      Air mataku jatuh tak tertahan, Perjuangan Menjadi Seorang ibu ternyata luar Biasa, Mengandungnya selama 9 Bulan , Dalam Keadaan Susah Tidur karena Perut Yang Makin Membesar. Rasanya Baru kemarin dia Tumbuh di Rahim ku, permata Hatiku Kini Berada Di dalam Rengkuhan ku.

       "Assalamualaikum Jagoan Bunda, selamat datang di dunia Nak." Ucap Ku , tangan Ku mengelus Pelan Pipi Gembilnya.

     Saat-saat seperti ini Harusnya Mas ezhar Ada disini, menjadi yang pertama Menggendong nya, menjadi yang pertama Menuntun nya Dalam Lantunan Adzan. Tapi tugas itu malah Digantikan Oleh Mas Alif. Yang sabar Ya Nak, Pada waktunya Ayah akan Pulang Ke Pelukan Kita.

     Sejenak keadaan Hening ini berubah jadi Gaduh, Si Jagoan Yang sudah menemukan Puting susu ku, justru Menangis Karena ASI ku yang tak kunjung Keluar. Aku Pun terhanyut Dalam Keadaan Panik, Insting Seorang ibu yang tak Bisa melihat anak nya Bersedih.

      "Sus, kok ASI saya Belum keluar juga Sih." Adu ku pada suster Jaga Yang Sejak tadi belum beranjak.

     "Coba Di pompa Dulu Bu, mungkin Karena Baru Pertama Kali ASI nya Masih Tersendat." Katanya Lalu Duduk disamping ku membawa Alat Pompa ASI .

      Aku meringis Nyeri, Payudaraku rasanya Seperti di Pukul dengan Balok, Makin lama pun, Air nya Belum keluar Juga. Beberapa Kali aku mengeluh, justru di jawab senyum Menyebalkan Suster itu.

     "ASI nya sudah keluar Bu.." kata nya Memberitahu ku. Tidak Terlaku Banyak, tapi Lebih Dari Cukup untuk Menyusui di kecil, segera Ku Tuntun dia Untuk menyusu padaku.

     "Wah Jagoan Nya sudah Lapar Ya." Goda Suster Yang Tadi membantu ku memompa. Suster itu Dengan gemasnya menjawil Pipi Anak Ku .

      "Apa Sudah Ada Nama Nya Bu?." Tanya Suster Tadi.

     Aku menggeleng "belum kepikiran, biar Ayah Nya Saja Yang Cari."

     "Dokter Ezhar Pasti senang sekali pulang Tugas Sudah ada Si kecil Yang Bisa di gendong." Tutur suster Itu.

    Hampir Setiap Perawat Begitu segan dengan Mas Ezhar, jadi saat Seperti inilah Mereka Berani Menyebut Nama Beliau, habisnya Dia kelewat galak sih. Semoga Sifat Ayah Nya Yang satu itu jangan sampai tertular Pada Anak nya.

     Tidak ada Yang bisa ku gambarkan Saat ini, kecuali Rasa puas Dan juga Bangga ku melahirkan Putra Ku dengan Selamat, sehat , sentosa.

     Aku memandang lekat Pada Bayi Kecil yang tengah Asyik menyesap sari kehidupan nya . Wajah Nya Mirip sekali Dengan Mas Ezhar, sepertinya Gen Tampan Dari Ayah Nya Menurun Pada Si Kecil. Tidak Hanya Wajah, Hidung mancung Mas ezhar Lagi-lagi ada Pada Si kecil. Subhanallah, begitu sempurna ALLAH menciptakan Hambanya. Aku seperti mendapati Ezhar Kecil Pada Dirinya.

      "Asslamualaikum..." ucap Mama dan Mba Irin yang Masuk secara Bersamaan.

      "Waalaikumsallam." Balas ku. Mama Langsung Mengambil posisi Di sebelah Ku berhadapan langung dengan si kecil Yang Sedang Serius menyusui. Sesekali Mama Menyolek Gemas Pipi Gembil Anakku, bahkan Mama Tak Canggung Menyampaikan Rasa bangganya, Maklumlah Anak ku ini Cucu pertama Di Keluarga Besr Mas Ezhar, Setelah Mba Zahra yang gagal Melahirkan Anak nya kedunia, Mama Begitu Gencar Menginginkan Cucu dari Benih mas Ezhar.

     "Ya ALLAH kai, anak mu Kok Gendut banget sih." Ujar mba Irin terang-terangan.

      " tau Deh mbak, Padahal aku udah  jaga Berat Badan Ku loh mbak, Si kecil emang cepet banget berkembang nya." Tutur ku , tangan kecil Nya menggenggam erat Jari telunjuk ku.

       "Oh iya, Gimana Sama Mas Ezhar Ma?." Aku beralih pada mama mertua.

        " papa Bilang Sih Tadi Ezhar Udah Di kasih tau, tapi Dia Enggak Bilang Bakal Ambil penerbangan Kapan?." Kata mama sedikit kecewa. Nadanya Berubah Sendu, aku tau Mama Sangat tidak setuju Dengan keputusan Mas Ezhar yang bakal Meninggalkan diriku begini, dan berjuang di tengah Hidup matinya Diriku.

      " tenang aja ma, mas ezhar insyaallah Pasti pulang, meskipun enggak sekarang, setidaknya dia Sudah tau Kalau anaknya Sudah lahir kedunia." Hibur ku pada Mama.

     "Liat aja Nanti Kalau dia Pulang, Bakal Mama Jewer telinga nya, bisa-bisanya Mangkir dari Tugasnya sebagai Suami." Gerutu Mama sudah Kembali lagi Pada Mode Garang nya. Aku terkikik geli membayangkan Mama Menjewer telinga Mas Ezhar sampai Merah.

        "Baby Nya udah Ada Namanya Belum kai?." Tanya Mba Irin.

    Aku menggeleng pelan Seraya Di sambut Senyum Manis ku " biar Mas ezhar Aja Mbak, Dia Pernah Bilang Kalau Dia Udah Punya nama Buat Baby."

      Setidaknya mas Ezhar Ada Gunanya Lah, meski dia Tidak Mendampingi ku semasa melahirkan, Ku kira Dengan itu Mas Ezhar Akan mendapat peran besar Bagi anak kami Nantinya.
  
    

Kaira ( She's Mine) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang