27. intimate

6.8K 248 10
                                        

"Zhar..Kalau Satu waktu nanti kamu merasa tidak bisa adil, tolong secepatnya kamu memilih, jangan Biarkan 2 wanita itu, membuat kamu bertemu ALLAH dengan bahu miring. "







Hampir Jam 8 malam ketika aku memutuskan untuk pulang. Dirumah Yang ku tempati begitu Ramai Orang. Keluarga besar kami berkumpul kembali, pasca meninggalnya althaf. Aku di sambut Riang oleh mbak zahra dan Mbak irin, dua orang itu kini sudah lebih lengket, terlebih lagi mbak Zahra yang saat ini jauh lebih membaik.

"kok baru pulang Kai?. "tanya mbak irin yang juga menyodorkan Kue brownis kearah ku. Kami sedang berkumpul di ruang keluarga, sambil di temani Gelak tawa yang ayah ku ciptakan. Hari ini semua terlihat bahagia, alhamdulillah. Aku bersyukur, biar pun sebenarnya aku sendiri sedang tidak baik-baik saja.

"tadi ada Pasien kecelakaan mbak, terus dokter UGD juga pas Banget lagi Cuti, jadi mau enggak mau aku turun tangan langsung. " balas ku, tentunya dengan nada bahagia yang dibuat-buat, guna menutupi luka hatiku yang disebabkan oleh Lelaki Di sebrang ku itu.

"jangan terlalu di forsir kai, disiplin memang bagus, tapi kamu jugaharus ingat, kamu sudah menikah sekarang, bukan satu tubuh saja yang akan kamu pikirkan. "sela Mas Alif agak ketus. Jujur saja, dari awal memang mas Alif selalu menentang ku untuk kuliah di fakultas kedokteran. Alasan nya pun macam-macam, dari yang kelak aku yang ceroboh, juga suami ku nanti yang harus siap jika nanti Rumah pertama ku sebelumnya ialah Rumah sakit.

"iya mas.. " jawab ku pendek.
Tidak ada lagi yang bercakap, hanya deru nafas lelah juga Suara televisi yang mendominasi. Hingga Lima menit berikutnya, mas Ezhar mulai angkat bicara.

"mas alif, ayah, mama, papa, dan semua yang ada diruangan ini, saya mau bicara sesuatu yang penting, tapi sebelumnya saya mohon maaf, jikalau Ucapan saya nantinya akan menyakiti hati kalian.. "

Aku hanya diam tertegun,tidak ada lagi kekuatan dari dalam jiwa ku untuk menengok sedikit pun. Secepat itukah?, secepat itu mas ezhar memutuskan untuk menikahi wanita itu. Apakah kelak hati ini akan benar-benar baik, apakah hati ini benar siap menjadi Setengah bagian hati lelaki itu, atau apakah hati ini sudah siap koyak, sebab Memendam lara. Entah seperti apa Surga yang mas Ezhar janjikan itu, aku tidak mengerti, kenapa Harus diberi jalan Yang begitu menyakitkan, apa Kelak aku bisa bertahan, padahal kedua kaki ku sudah Patah Menjadi Kepingan, apakah masih bisa Tertawa setelah ini, sedangkan Banyak Luka Yang harus di tutupi.

".. Terutama untuk mas Alif dan Ayah, maaf kalau saya belum bisa sesungguhnya menggantikan peran kalian selama 25 tahun terakhir ini untuk kaira. Juga maaf, saya masih belum bisa membuat Kaira bahagia seutuhnya." katanya, mata Mas Ezhar melirik kearah ku. Tapi cepat-cepat aku melengos.

"ma, pa.. Saya.. Saya Sudah bicarakan Ini pada kaira, dan keputusan saya sudah bulat, saya ingin menikahi kana. "

Gelas yang sedang Di Genggam Oleh Mama langsung terjun ke lantai marmer yang seperti kaca itu. Dan detik selanjutnya Gelas itu sudah hancur, tak berbenyuk lagi.

"apa maksud kamu nak, jangan Bercanda kamu! "hardik mama Keras, telunjuk pun mengarah kearah mas Ezhar.

  "saya sudah mantap ma, saya ingin meminta Ijin sama Kalian semua untuk menikahi Kana. " kali ini mas ezhar bicara dengan lantang, sampai-sampai Telingaku menolak mendengarnya.

"brengsek Kamu Zhar... "maki mas Alif.
Mas Alif berdiri dari duduknya, lalu beranjak Kearah mas Ezhar, dan tanpa Di Duga, mas Alif langsung meninju Wajah mas Ezhar, pria itu hendak melawan, tapi belum sempat ia melakukan nya, mas Alif Sudah maju Lebih dulu dan menghantam Hidung mancung Mas Ezhar.

"yang tadi itu dari Saya,yang bisa-bisa Menyerahkan kaira kepada Laki-laki Brengsek Seperti ini, dan ini Dari kaira. " mas alif kembali, meninju ulu hati mas Ezhar, dia yang mendapati Serangan mendadak begini, hanya bisa meringis sakit.

"ya allah mas udah, istighar mas.. "lerai mbak Irin, yang langsung cepat merangkul lengan Mas Alif.

Amarah mas Alif masih menggebu-gebu, tapi Tertahan kala melihat mbak Irin yang sudah memeluknya dengan hangat. Sedangkan Ayah, hanya diam, mungkin masih syok.

"kamu boleh nikah sama Perempuan itu, tapi jangan harap kamu bisa ketemu kaira lagi, Dan Surat perceraian kalian saya pastikan akan ada di depan Kamu seceoatnya. "

Mas Ezhar masih dalam keadaan meringis, perutnya ia pegangi dengan Tangan Kanannya, aku menatapnya iba. Tapi tidak juga ada keinginan ku mendekatinya, atau mengobati luka Lebamnya itu, semua gerakanku seperti mati.

"mas.. Saya punya alasan kenapa saya mau menikahi kana! " tukas Mas Ezhar dibawah Ringisan Kesakitannya.

".. Suami kana, berwasiat kepada saya untuk menikahi istrinya, ketika di akhir usianya, saya hanya Tidak ingin Di Akhirat kelak, bertemu ALLAH dengan keadaan munafik, karena tidak menjalankan amant beliau. " jelas Mas Ezhar.

Mas Alif diam, tidak merespon dengan pukulan lagi. Aku tau, mas alif paham soal agama, dan yaang ku harapkan, keluarga ku bisa bertindak bijak dalam masalah ini, walau sebenarnya aku malah tidak ingin keluarga ku turut campur dalam Urusan Rumah tangga ku.

Mama Menangis, meratapi Wajah lebam anaknya. Sedangkan mbak Zahra, jauh lebih kalem, beliau malah Terus-terusan mengelus Punggung ku.

"papa kecewa sama keputusan kamu Zhar, tapi sekarang ini kamu seorang imam, pondasi bagi Rumah tangga mu, Jadi apa yang Kamu Lakukan, papa harap jangan sampai Meruntuhkan Rumah Yang sudah kamu bangun susah payah.."

"Ayah, mas Alif.. "panggil ku lembut ,air mataku turut mendayu, menghiasi dua belah pipi ku.

Ku dekati keduanya, lalu tangan ku menggenggam tangan Besar Ayah, tapi beliau hanya tersenyum ke arah ku,dan merontokkan pertahanan ku yang tak ingin dilihat lemah oleh mereka.

"Kaira ingat Apa yang Dari kecil ayah ajarin ke aku, yaitu sabar. Bahkan ketika Ibu dan Althaf pergi, ayah terus mengatakan untuk memperbesar Rasa Sabar dan ikhlas Aku... "

"nah.. Sekarang kai mulai terbiasa bersabar, walaupun Kaira belum bisa ikhlas, tapi Kita Bareng-bareng belajar ya yah, bantu kai untuk jadi istri solehah"

Ayah Yang kusayangi, langsung memeluk ku erat,menyadurkan kekuatan untuk ku. Energinya begitu kuat, meskipun tidak selemah kemarin.

" dan Sekarang Kai ngerti, kenapa Ayah selalu nyuruh kai Sabar, saat Aku yang enggak pernah di jemput sama Ibu, seperti temen-temen aku, atau Aku yang enggak pernah Tau gimana Rasanya Di Peluk ibu waktu nangis,karena Sabar itu luas bentuknya, tapi Ayah Bilang kalau Kita Benar-benar Tulus, ALLAH akan kasih aku tabungan pahala kan yah!"

Ayah mengangguk, di usapnya kepala ku yang masih berbalut Pashmina. Aku kembali bangkit, seperti menemukan Oase di Tengah-tengah Sahara. Lalu dia beralih menatap Mas Ezhar.

"zhar, kalau Satu waktu nanti kamu Merasa tidak bisa adil, tolong Secepatnya Memilih, jangan biarkan Dua wanita itu membuat kamu bertemu ALLAH dengan Bahu miring. " pesan Ayah, tidak ada kalimat sarkas seperti mas Alif tadi, justru Ayah tetap memamerkan senyum terhangat nya,dan mas Alif membalasnya dengan Anggukan Takzim.

"dan kalau Nanti kamu memang tidak bisa Menjadi Sebelah Sayap Untuk kaira lagi, saya minta kamu kembalikan Kaira dengan baik-baik ke Rumah kami!." seloroh mas Alif dengan muka masam.

Alhamdulillah, aku tersenyum samar. Meskipun kedepannya akan terasa Berat, tapi Sedikit perasaan lega pun menjalar di hatiku. Melihat ayah yang baik-baik saja begini, aku pun bersyukur. Ayah yang juga bijaksana, seakan memberi warnabaru, ketika hidupku sedikit lagi mulai memudar, Ayah dengan Senyum nya saja, mampu membuat perasaan Ku bersorak.

Aku hanya perlu menyiapkan masa depan yang bahagia, tidak perlu memikirkan seperti apa Keadaan Aku danmas Ezhar kelak, Dan mulai sekarang ku pasrahkan segala Keresahan Hatiku kepada ALLAH sang maha Pengasih, aku percaya Tidak ada satupun Makhluk nya yang tak dijamin hidupnya oleh allah, selama kita Masih berada di hati kita, ALLAH maha baik,buktinya aku masih di ijinkan Bersama Mas Ezhar, meskipun Status yang sedikit berbeda.

B e r s a m b u n g



Kaira ( She's Mine) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang