UNSENTED LETTER

50 1 0
                                    


Selamat malam, Tuan.
Ini aku.

Sedang apa? Sibuk? Pasti sedang lelah sekali.  Tampaknya kau semakin sibuk dan tak memperhatikan kesehatanmu. Sekaligus tak mengabariku. 

Tapi aku merasa hidupmu akan selalu menyenangkan. Kutahu penyemangatmu  ada di sana. Dia, gadis berbehel yang cantik dan manis sekali ketika tersenyum.

Sebenarnya, aku sedikit heran. Apa yang gadis lain rasakan ketika mengenalmu? Kupikir semua akan seketika jatuh cinta padamu sepertiku. Tapi, aku tak sengaja melihat kau sering mengemis perhatiannya. Meski hanya direspon seadanya.

Aku seolah sedang berkaca pada kasus sendiri. Ya, sama. Bernasib sama. Kita sama-sama seorang pengemis. Tapi rasanya aku yang lebih hina. Karena aku mengemis, pada seorang pengemis.

Tuan, begini. Aku bohong kalau aku tak rindu. Tapi, gadis semacam aku, akan melakukan hal yang pantas untuk dilakukan. Aku sungguh tak bisa apa-apa jika ada yang lain yang lebih membahagiakan.

Kuharap, Ia menyukaimu juga. Secepatnya. Aku yakin. Siapa yang tak jatuh cinta dengan matamu itu? Aku saja masih tenggelam di sana.

Menerima kenyataan bahwa kau tak mengingatku lagi, aku hanya bisa membungkus ketegaranku dengan senyum bahagia. Kau tetap akan menjadi alasan bahagiaku, Tuan. Izinkan aku rindu untuk setiap malam.

Salam,
Aku


210917

SEPIHAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang