20

1K 131 28
                                    

Cekrek cekrek

Woojin menatap sekeliling dengan bola mata nya yang bergerak,entah kenapa kepalanya sangat sulit hanya untuk sekedar menoleh.
Didepannya puluhan wartawan menghalau penglihatan nya karena lampu-lampu terang itu terus menyerang saling bergantian.

Pemuda bergingsul itu memejamkan matanya saat ia mendengar bahwa sebentar lagi konferensi pers akan dimulai
"Kau siap?"Woojin membuka matanya kemudian menoleh kearah manager nya sesaat sebelum ia mengangguk.

.

Langkah kaki itu beradu dengan cepat,
Berlari menyusuri pinggiran kota Seoul yang sedikit ramai,
Titik peluh sudah membasahi pelipis dan lehernya padahal suhu 9 derajat celcius,namun tubuhnya tetap memanas sejajar dengan kedua kaki nya yang terus bergerak.

Jihoon melupakan fakta bahwa orang-orang terus saja mengumpat kearahnya yang sekarang tak peduli apapun,
Apalagi Hyungseob yang tak bisa menghentikan nya sesaat sebelumnya.

"20 menit lagi,Woojin akan mengadakan konferensi pers. Apa kau tak tau?"

Salahkan Jihoon yang mematikan ponselnya karena keadaan notifikasi di ponselnya sangat tak terkendali,sehingga ia tak tahu-menahu mengenai konferensi pers ini kalau bukan Hyungseob yang memberitahunya.

"Pemuda sialan itu bahkan tak pernah menelponku"umpat Jihoon tertuju pada Woojin.
Sumpah serapahnya terus terucap,
Hingga langkahnya terhenti karena keramaian para wartawan yang menghalangi langkahnya untuk terus maju.

Jihoon berjalan maju berusaha melewati kerumunan,menggeser tubuh orang-orang yang menghalanginya.
Tangan pemuda mungil itu hendak meraih jas lelaki didepannya,namun tangannya mengambang diudara tatkala

"Berita itu bohong,aku tidak berkencan"Woojin berucap demikian.

Seolah tuli,Jihoon tak dapat mendengar apapun lagi dengan apa yang ada disekitarnya,semua terasa buta dan tuli,
Tangannya beku diudara tak bergerak sedikitpun,tubuhnya bergetar karena dingin,namun hatinya sudah mati rasa.

Jihoon terdiam,namun salah seorang wartawan menyadari keberadaanya
"Bukankah kau Park Jihoon???"wartawan itu berteriak,membuat orang-orang menatap kearah Jihoon yang masih tak menyadari apapun.

Lain hal dengan Woojin yang membelalakan matanya terkejut,tatkala ia mengetahui bahwa Jihoon berada disana,mendengarnya.

Tanpa pikir panjang para wartawan tadi langsung menyerbunya, lontaran pertanyaan,puluhan lampu kamera bersahutan tertuju padanya.

Jihoon menyadarinya,membuat nya merasa ketakutan hingga menubruk orang-orang yang menghalanginya dan berlari pergi sekuat tenaganya.

Kaki nya terus berlari,matanya kosong namun ia menangis,bibirnya diam namun ia menangis,semuanya terasa tuli.
Ia tak lagi mendengar apapun seperti sebelumnya,
Ia hancur,ini menyakitkan dan ia merasakannya.

Pemuda mungil itu paham bagaimana permainan dunia hiburan itu dibuat,tapi ini sangat menyakitkan,rasanya seperti terhempas dari ketinggian.
jantung nya berdegup kencang,nafasnya tak beraturan,pinggang nya sudah sakit karena terlalu lama berlari,namun ia meneruskannya langkahnya,
Membiarkan semuanya menyakitinya,
Tak ada yang mengerti keadaanya,
Semuanya hanya ingin menyakitinya.

Langkah Jihoon memelan saat ia sudah berada tepat didepan pintu rumahnya,
Ia menangis sambil mengetuk pintu kayu itu dengan lirih,ia terus menangis

Ceklek

Pintu terbuka,menampilkan sosok sang Kakak yang sedang menatapnya bingung "Jihoon,ada apa-"

Grep

Ucapan Jimin terhenti saat Jihoon memeluknya erat,pemuda itu menangis sesenggukan membasahi dada nya,
Ia membiarkannya,kemudian memeluk tubuh ringkih adiknya itu dan membawanya masuk kedalam.

Jimin mendudukkan Jihoon disofa,
Pemuda itu sudah berhenti menangis,hanya terdengar sedikit isakkan dari belah bibirnya.
Ditatap Jimin kearah kaki sang adik yang lecet karena tak memakai alas kaki
"Tak usah cerita,lebih baik bersihkan dirimu"ucap Jimin kemudian menggendong tubuh Jihoon dipunggungnya

"astaga,ini sangat berat"ucap Jimin pelan hampir berbisik
"Yak hyung huweee kenapa kau membuatku makin kesal huwee"Jihoon medengarnya.

Namun Jimin hanya diam,terus melangkah menaiki tangga membawa tubuh Jihoon menuju kamarnya.
Karena pemuda mungil itu butuh istirahat-












Untuk menyembuhkan rasa sakitnya,
Dan meninggalkan semuanya.











The end

Thankss yang udah baca sampai tamat
Gak kerasa yahh udah tamat aja book ini
Huweee pen nangiss

Sad ending?iya memang bener,konsepnya dari awal memang gitu hehe

Votement juseyo
Kisseu






























Tapi Bo'ong

Tbc dong hehe

Lucky fans (2park)(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang