24

671 69 10
                                    

Ayoklah gaess kasih banyak vote dan komen biar makin unchhh kitanya :3

"KAU SUDAH GILA?!"pria itu berteriak dengan keras
"K-kami tidak tau darimana media bisa mengetahui hal itu"jawab Manager hyung,mewakili asistennya yang juga berdiri disampingnya.

"aku tidak mau tau, lebih baik hapus saja kontrak dengan Woojin, karena perbuatannya ini sudah mencoreng nama Grup"ucap Direktur itu, membuat sang manager tertegun sejenak, otak nya berusaha memproses segala ucapan pria tua itu.

"T-tapi, bukankah kita bisa-"
"Tidak. Aku sudah muak"sela sang Direktur, membuat manager itu mengangguk pasrah
"Baiklah, kami akan mengurusnya"ucap manager kemudian berjalan keluar ruangan disusul oleh sang asisten.

Grep

"Hyung,kau sungguh akan melakukannya?" Ucap asistennya sesaat ia menahan pergerakan sang Manager, dan yang ia dapat hanyalah anggukan kecil diwajah lirih itu.

Kemudian asistennya hanya terdiam menatap kepergian sang manager.

(Maaf yah, aku gak tau soalnya nama-nama staff WannaOne, hehe)

.

"Jihoon, bangun. Kita sudah sampai"seru Jimin pelan, namun Jihoon masih pada posisinya
"Heiii"seru nya lagi sambil menepuk-nepuk pelan pipi sang adik, membuat Jihoon bergerak gusar karena terganggu, dan tak berselang lama ia mulai bangun.

Pemuda mungil itu menatap pemandangan kota yang berbeda dari Seoul, mereka sudah sampai dan ia dipenuhi dengan teka-teki sekarang.
Beribu pertanyaan rasanya ingin lontarkan kepada sang kakak, namun ia mengurungkan niatnya saat ia melihat Jimin mulai turun lebih dulu.

Jihoon menyusul nya, kemudian berjalan menghampiri Jimin yang masuk kedalam salah satu gedung hotel, tidak terlalu mewah namun terasa nyaman.

"Kita akan menginap?"tanya Jihoon
"Tidak,kita akan bertemu temanku disini"jawab Jimin, namun ia fokus dengan tombol-tombol di lift.

Jihoon terdiam,kemudian kembali bertanya
"kau berniat menjualku,Hyung?"pertanyaan bodoh itu terngiang dikepala Jimin
"Meskipun begitu,tidak akan ada yang mau"jawab Jimin mengejek.

"Sudahlah,ayo ikut aku"ucap Jimin,kemudian meraih pergelangan tangan Jihoon keluar Lift dan menyusuri lorong hotel itu.

Jihoon melangkah menyamakan kakinya dengan Jimin yang sedang memperhatikan nomor kamar
"Ini dia, 29"gumam Jimin, kemudian jarinya menekan bel.

Sesaat kemudian pintu kayu itu terbuka,membuat Jihoon semakin mengeratkan pegangannya pada lengan Jimin.



"W-woojin..."Lirih Jihoon pelan, tangannya lemas hingga terlepas dari lengan Jimin.

Pemuda mungil itu hendak menangis saat melihat wajah seorang yang dirindukannya itu tersenyum bodoh dihadapannya
"sudah kubilang, teruslah percaya padaku" sahut Jimin.

.

Jihoon memegang erat secangkir coklat panas di kedua tangannya, sedangkan disampingnya ada Woojin yang bingung hendak memulai pembicaraan.

Keduanya sedang berdiri berdampingan menatap kearah kota Busan dari balkon hotel, membiarkan hawa dingin menusuk tubuh mereka yang memanas karena pertemuan ini.

"Maafkan aku"satu kalimat keluar dari belah bibir Woojin,membuat Jihoon menoleh kearahnya.

"Ini semua salahku karena sudah menyulitkanmu"lanjut pemuda itu lagi, membuat Jihoon tak kuasa menahan dirinya, membuat pemuda mungil memilih mengalihkan pandangannya kearah gemerlap kota itu lagi.

"K-kau tak harus minta maaf,karena ini juga salahku yang tak mengerti bagaimana lebih sulitnya kau menghadapi hal ini"sanggah Jihoon,
Ia tak menyangkal kalau ini juga salahnya, dan ia tak sanggup terus-menerus melihat wajah yang merasa bersalah itu.

"Kau tau, mengapa aku memutuskan untuk melakukan hal senekat ini?"tanya Woojin pelan
"Apa?"Jawab Jihoon penasaran kearah Woojin yang tersenyum kecil.

Pemuda gingsul itu menoleh kearah Jihoon dengan senyum hangatnya,
Membuat Jihoon semakin rindu dengan pribadi ceria dari kekasihnya itu "alasan ku adalah Kau"ucap Woojin pelan namun tulus.

Jihoon tak berhenti menatap wajah Woojin yang memilih untuk menatap arah depannya
"apa aku menyakitimu Woojin?"tanya Jihoon kearah pemuda gingsul itu.

Dan dibalas gelengan kecil namun yakin dari Woojin
"aku tersakiti, tapi kau lah penyembuh ku"jawab Woojin, kemudian pemuda itu memutara tubuhnya menghadap Jihoon.

Pemuda mungil itu mengedip bingung, namun ia juga berdiri menghadap Woojin yang terus menatapnya
"Aku takkan pernah merasa sakit karenamu Jihoon, bahkan jika kau memilih yang lebih baik daripada aku, tentu saja aku akan mengalah selama itu kau yang bahagia. Tapi, jika kau menyuruh untuk tak menemuimu lagi, maka aku takkan sanggup. Kau tau kenapa?"ucap Woojin

"Kenapa?"tanya Jihoon kearah pemuda gingsul, membuat Woojin tersenyum melihatnya.

Woojin meraih rahang pemuda mungil dihadapannya itu,
Mengangkat wajah itu agar lebih jelas ia tatap, hingga dapat Jihoon lihat ketulusan ada di mata itu saat obsidian keduanya bertemu.



"Karena kau adalah alasan ku hidup"ucap Woojin, dan kedua belah bibir itu bertemu, mempersatukan hangat keduanya yang terdiam tanpa pergerakan.

Angin dingin kota Busan terus-menerus berhembus mengusak rambut keduanya, namun tak melepaskan ciuman itu yang membuat mereka melupakan segalanya.

Permasalah sebelumnya, dan hari esok, mereka lupakan untuk sejenak,
Untuk mereka.








Tbc

Mungkin, maybe, perhaps,
Chap selanjutnya udah End,
Dan yaaa itu masih mungkin.
Liat aja deh yah nanti.

Gimana nih, lumayan cepet dan banyak kan update nya? Hehe

Oiya,setelah ini tamat sih,
Aku ada niatan publish Book baru hehe, tapi yang pasti Book baru itu udah sampai End, karena aku mau bikin di Book baru itu kayak paling banyak 3 chapter doang gitu, dan setiap satu chapter isinya puanjangggg, atau gak sih ya cuman bikin satu chapter tapi udah ada orientasi-konflik-penyelesaian-ending apalah itu.
Kek cerpen gitu, tapi tunggu yah hehe.
Dan juga itu AllxWink oke,
Sedikit bocoran bakalan ada panwink chamwink nielwink hwangwink ongwink dannn seterusssnyaaaaa....

Tapi ituuuuu















NC 18+ (wajah bulan)



Votement juseyo
Kisseu😙

Lucky fans (2park)(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang