Vote and commend
.
.
.
Jaemin menghentikan langkahnya karna seseorang yang sering membuat ulah tiba-tiba berdiri di depanya, menunjukan wajah datar entah apa maksudnya, sebenarnya Jaemin masih enggan berurusan denganya, tapi ia terlalu gengsi dengan titelnya yang sekarang.
" mau apa" tanya Jaemin sembari memutar bola matanya.
Cowok di depanya terkekeh " ku dengar kau melukai Jisung lagi"
Tawa Jaemin akhirnya menggema, siapa sangka Jeno akan mempermasalahkan hal seperti ini " itu masalah ku bukan masalah mu" jawabnya cuek, kakinya hendak melangkah namun tangan Jaemin lebih dulu ditarik.
" masalahnya masalah ku juga"
Jaemin menepis tangan Jeno kasar " ku bilang bukan urusan mu bodoh"
Kali ini Jeno melepaskan Jaemin, tapi dia tidak akan segan jika Jaemin berbuat lebih dari itu. Tapi bukan ini yang menjadi akar permasalahan, entah Jaemin sudah menyadari itu atau belum tapi Jeno akan mencegah lebih dulu.
Sementara Jaemin mendengus kasar, pasti si tikus ngadu panjang kali lebar, awas saja nanti kalau ketemu, harus di kasih pelajaran.
"Jaemin!"
Yang namanya dipanggil langsung menoleh, wajah abu-abunya mendadak cerah setelah mengetahui siapa yang memanggilnya.
Keduanya kembali bertemu setelah bel pulang berkumandang, memilih Rof toop sebagai tempat bertemu, Jaemin sudah tidak sabar dengan hasil yang didapat Haechan sementara Haechan sudah tidak sabar mendapat uang dari hasil kerja kerasnya.
" jadi si anak baru itu namanya Renjun, dia pindahan dari SMa X, aku gak tau dimana letaknya, dia masuk kelas 11 Mipa 3, setiap hari Rabu kamis biasanya doi suka ngasih makan ikan di taman XY, dia tinggal di komplek perumahan si Jeno, setiap pagi dia berangkat bareng Jeno, pokoknya mereka deket banget lah, dia-" Haechan menghentikan ucapanya setelah Jaemin menyela.
" gak ada yang lain apa, kenapa Jeno jeno Jeno, mau pecah nih telinga"
Haechan mendengus " faktanya emang kaya gitu bambang, siapa sih doi, kayaknya berarti banget sampe nyuruh-nyuruh segala"
" gak usah banyak omong, sampai ada yang tau, awas aja" ancam Jaemin menampilkan wajah serius.
Haechan menanggapi serius pula " mana bayaran"
Pemuda ini mendengus " nih, pokoknya mati kalau sampai bocor"
.
.
Seorang Na Jaemin akan berubah menjadi orang lain ketika di rumah, sangat penurut dan ramah terhadap tetangga, sikap otoriternya tidak berlaku di rumah, ia berusaha menjadi pemuda yang baik hati walaupun mamanya tau kelakuan lain anaknya di sekolah.
" ambilkan Jahitan di rumah tante Ana" pinta mama.
Jaemin yang semula focus dengan ponsel terpaksa menanggalkan ponselnya, menatap malas wajah mama, habisnya Jaemin baru aja sampai rumah.
Wanita itu mengerucutkan bibirnya, Jaemin merotasikan matanya " uang jajan"
Irene tersenyum ketika anaknya menyanggupi walaupun harus kehilangan 20.000 sebagai imbalan.
Jaemin mengayuh sepedanya, melewati gang-gang perumahan, sapaan mengalir deras ketika Jaemin melewati orang-orang disana, Jaemin sangat popular pokoknya.
Sampai akhirnya ia sampai di jalan raya, terus mengayuh sepeda kuat-kuat, akhirnya dia berhenti di depan rumah tantenya, setelah 30 menit akhirnya Jaemin bisa keluar dari rumah itu, tantenya sempat membuatkan teh, mau tidak mau Jaemin harus meminumnya.
Jaemin menuntun sepedanya, baru beberapa langkah lalu menoleh pada langit yang mulai menghitam, perasaan Jaemin tidak baik-baik saja, ada rasa khawatir akan turun hujan, membuatnya buru-buru mengayuh sepedanya lagi, kayuh sekencang-kencangnya sampai ia lupa dimana harus berbelok.
Rintik-rintik mulai turun, Jaemin masih menerobos gerimis sambil berputar-putar mencari jalan, sebenarnya ia bisa kembali ke tempat pertama, sayangnya sudah terlalu jauh, Jaemin yakin ada jalan untuk sampai ke jalan raya, tapi Nihil.
Akhirnya ia memarkirkan sepedanya di depan sebuah rumah yang mungkin sudah tidak terpakai, hujan semakin deras disertai Guntur yang menyambar. Terpaksa Jaemin menunggu sembari duduk di bangku lapuk, entah akan memakan waktu berapa lama.
Suara clap clap genangan air yang terinjak membuat Jaemin membuka kelopak mata, sepertinya ada orang di dekatnya, Jaemin maju selangkah kemudian menoleh ke sumber suara beberapa detik itu.
Yang bisa ia lihat hanya punggungnya, semuanya terjadi begitu saja saat orang itu tiba-tiba menoleh kearahnya, keduanya bungkam dengan manik mata yang masih mengunci satu sama lain.
" Renjun"
.
.
7 tahun yang lalu.
Kali ini payung Renjun yang menghilang dari tempatnya biasa menyimpan, ia mencari kepenjuru ruangan, kali saja ada yang menyembunyikanya di suatu tempat, tapi tidak ada tanda-tanda keberadaan payung miliknya, hujan diluar masih deras, tapi Renjun takut di kelas sendirian secara bersamaan dia juga takut kehujanan.
Mau tidak mau Renjun menerobos lebatnya hujan, tapi ia memutuskan berteduh di depan ruko yang tertutup, pandanganya tertuju pada anak-anak yang asik berjalan pulang sambil memainkan gagang payung, rasanya Renjun juga ingin melakukan hal yang sama.
Sampai ia menyadari sesuatu, anak laki-laki di ujung jalan berbicara entah apa kepada anak lelaki satunya, kemudian anak laki-laki bernama Jaemin berlari kearahnya tergesa-gesa.
Tapi focus Renjun tetap pada anak lelaki di ujung sana yang mulai berjalan pergi, Renjun tau betul payung itu miliknya, mungkin hanya kebetulan sama, tapi Renjun yakin itu miliknya.
Pandanganya beralih pada anak laki-laki di sebelahnya yang sedang mengusap bajunya.
" apa liat liat " ucapnya lalu menoleh.
Renjun menunduk, ingin rasanya menanyakan perihal payung yang tadi sempat Renjun lihat, tapi melihat Jaemin seperti itu membuatnya mengurungkan niat, nyalinya selalu menghilang saat bertatapan dengan Jaemin, sorot matanya yang tajam membuat Jantung Renjun seperti tertembak dalam sekali tatap.
Jaemin menggigit bibir bawahnya, sebenarnya dia malas terus disana, mengingat ada Renjun, baginya sosok Renjun itu seperti makhluk mengerikan yang harus dijauhi.
Anak laki-laki ini menjauh saat tiba-tiba Renjun mendekatinya, anak itu tersenyum polos bahkan sampai menyembunyikan kedua bola matanya, senyumnya sangat hangat menjalar pada bagian tertentu yang ada di tubuh Jaemin.
" ayo kita berteman" tawarnya sembari menunjukan jari kelingkingnya.
Tawa Jaemin meledak, tangan kananya menepis tangan Renjun kasar.
" mimpi sekali"
Tubuh Renjun di dorong kasar sampai terjerembab ke lantai, sementara si pelaku rela menerobos hujan demi menghindarinya, siapa dia berani sekali.
To Be Continue.
.
.
.
Kasih komentar dan bintang juga dong. Author juga pengen baca masukan dari kalian tentang cerita ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/196540818-288-k132548.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Because [JaemRen]✅
FanficComplete // bxb Yang Jaemin lakukan di masa lalu itu sangat menyakitkan, menciptakan trauma tersendiri untuk Renjun. Membuat anak laki-laki itu tidak bisa memaafkan Jaemin begitu saja. Ini tentang Usaha Jaemin untuk mendapatkan maaf dari Renjun #15...