.
.
Seperti penggalan lirik lagu entah tahun berapa, semakin ku kejar semakin kau menjauh, tak pernah letih ku mengejarmu seperti itulah gambaran seorang Jaemin, mengejar Renjun untuk mendapat kata maaf.
Jaemin duduk di koridor sembari meremas ponsel ditangan, menunggu balasan dari orang yang sudah sangat lama tidak pernah ia temui lagi.
Besok kita harus bertemu, ku tunggu di tempat biasa
Jaemin bernafas lega setelah mendapat balasan yang cukup memuaskan itu, ia melempar pandangan jauh ke langit biru, hanya beberapa saat, kemudian bangkit berdiri ketika bel pulang berbunyi, jam kosong di jam terakhir sebenarnya sangat menjengkelkan, kenapa tidak boleh pulang lebih awal dari pada nganggur seperti ini.
“ Jaemin semangat!” seru Chenle, anak itu sedang melangkah menjauhi Jaemin yang masih terbungkam di tempat, dia baru ingat hari ini harus ke tempat magang, jadi dia harus bertemu Jeno lagi.!
Namun ada satu tempat yang ingin Jaemin datangi, remaja ini pergi ke parkiran untuk mengambil sepeda, mengayuhnya cepat cepat, dia hanya ingin segera bertemu Renjun di tempat itu, tidak apa-apa walaupun hanya sebentar, yang penting ia bisa melihat Renjun.
Dari kejauhan Jaemin bisa melihat Renjun sedang menabur makanan ikan ke kolam, punggungnya bergerak seirama dengan kegiatanya, setelah itu Renjun terlihat bungkam bersandar pilar. Melamunkan hal yang tidak seharusnya.
Sementara Jaemin, dia mulai menuntun sepedanya menghapus jarak antara mereka.
Renjun menoleh saat ia mendengar suara rantai sepeda yang mendekat, seketika ia menegakan tubuhnya melihat siapa yang datang, tapi tetap saja Renjun enggan menyambutnya.
“ sekarang aku baru tau kamu sering datang kemari” kata Jaemin, tapi pandanganya tertuju pada objek lain, bibirnya menunjukan senyum tipis “ kalau kamu sendiri kamu bisa mengajakku”
Renjun memutar tubuhnya, kini hanya punggung yang bisa Jaemin lihat “ aku bisa sendirian”
“ tapi, aku tidak ingin melihat mu sendiri” tutur Jaemin bernada tegas
Renjun ingin menoleh, dia ingin melihat wajah Jaemin ketika mengatakan itu, dia ingin tau apakah ada ketulusan di sana atau hanya pura-pura, ia takut Jaemin yang sekarang sama saja dengan Jaemin yang dulu, lagian kenapa pula ia harus bertemu lagi.
“ Jaemin” panggilnya
Yang dipanggil semakin dalam menatap punggung itu.
“ kumohon jauhi aku, aku bukan Renjun yang dulu, yang bisa kamu perlakukan semena-mena, aku juga bukan Renjun lemah yang takut bola, sekarang sudah berbeda Jaemin, kita bukan anak-anak lagi” ucapnya pelan, tapi penuh ketegasan di sana.
Jaemin mencengkram stang sepedanya kuat “ karna itu tolong maafkan aku, biarkan aku menebus semua kesalahan ku pada mu Renjun, aku mengakui jika aku sering menjahilimu, aku pernah mengambil beberapa barang milikmu, tapi untuk sepeda aku tidak berniat melukaimu dengan itu”
Renjun terdiam
“ aku lupa dan aku tidak ada niatan melukaimu, aku_aku lupa kalau rem sepedaku sudah putus bahkan aku sudah meninggalkan benda itu di parkiran selama 3 hari” lanjutnya
“ sudah lah, itu sudah lama sekali, jadi pergi lah, pergi karna aku tidak ingin melihat mu lagi”
Renjun
Jaemin tertunduk “ apakah tidak ada satu kesempatan pun untukku, aku sungguh-sungguh ingin membalasnya Renjun”
“ Pergi Jaemin! Pergi” teriak Renjun lagi

KAMU SEDANG MEMBACA
Just Because [JaemRen]✅
FanfictionComplete // bxb Yang Jaemin lakukan di masa lalu itu sangat menyakitkan, menciptakan trauma tersendiri untuk Renjun. Membuat anak laki-laki itu tidak bisa memaafkan Jaemin begitu saja. Ini tentang Usaha Jaemin untuk mendapatkan maaf dari Renjun #15...