[Chapter 4]

2.3K 160 2
                                    

Yoongi tersenyum miring ketika melihat Jungkook yang kini sudah tersungkur dilantai dan tak sadarkan diri. Yoongi sama sekali tidak merasa bersalah. Justru dia merasa semua itu belum cukup.

"Astaga Jungkook!" Pekik Jung ahjumma panik saat melihat tuan muda kesayangannya kini tak sadarkan diri dilantai, wanita itu lantas segera menghampiri Jungkook dan memangku kepala pemuda itu.

"Jungkook ayo bangun, nak"

"Tuan muda, apa yang anda lakukan?"

Yoongi hanya tekekeh pelan, "Memberikan hal yang sudah sangat pantas didapatnya, kenapa? Kau marah anak kesayangan mu aku pukul?"

Jung ahjumma menggeleng tak percaya, air mata wanita paruh baya itu mulai luruh. Sedih melihat Jungkook yang sedang kesakitan dan kakaknya sendiri tidak mempedulikannya bahkan kakaknyalah yang menyebabkan pemuda bermata bulat itu tak sadarkan diri sekarang.

Merasa khswatir dengan keadaan Jungkook saat ini, Jung ahjummapun segera bergegas memapah tubuh Jungkook menuju pintu keluar. Ia berniat ingin membawa jungkook kerumah sakit, namun urung karena sosok kepala keluarga Jeon itu sekarang sedang berdiri di hadapannya.

"Mau kau bawa kemana anak pembawa sial itu?"

"T-tuan, saya ingin membawa tuan muda Jungkook ke rumah sakit karenaㅡ"

"Jangan sekali-kali kau membawanya kerumah sakit, biarkan saja anak itu kesakitan, dia pantas merasakannya. Bawa saja dia ke kamar!"  ucap Tuan Jeon penuh penekanan.

Jung ahjumma sudah terbiasa dengan hal seperti ini, melihat Jungkook yang sama sekali tidak dikasihani atau di beri kasih sayang oleh keluarganya sendiri. Tapi walaupun sudah terbiasa, rasa tidak menyangka itu masih setia wanita itu rasakan. Karena bagaimanapun juga Jungkook adalah putra bungsu keluarga Jeon, tapi kenapa mereka tidak mempunyai setitik kasih sayangpun pada pemuda tampan ini?

"Tapi tuanㅡ"

"Tidak ada tapi-tapian! Kau ingin aku pecat huh?! Masih untung kau kuperbolehkan bekerja disini sampai sekarang, melihat usiamu yang tak lagi muda dan pekerjaanmu juga yang lebih lambat!"

Jung ahjumma diam tak bisa berkutik lagi, majikannya itu benar. Lagipula jika ia dipecat maka bagaimana nasib Jungkook? Tidak, dia tak bisa meninggalkan pemuda kesayangannya itu sendirian ditengah-tengah orang kejam seperti mereka.

"B-baik tuan, saya minta maaf."

Tanpa berkata apapun lagi Tuan Jeon melangkah melewati Jung ahjumma dan Jungkook yang pingsan, pria peruh baya itu benar-benar terlihat tidak peduli sama sekali.

Sedangkan Yoongi. Pemuda itu ikut menyusul sang ayah yang sudah pergi meninggalkan ruangan tanpa rasa bersalah sedikitpun.

"Jungkook, kau harus kuat ya. Ahjumma akan selalu bersamamu."

•••


"Eng," lenguh pemuda itu pelan kala merasakan kepalanya lagi-lagi berdenyut nyeri.

Mata bulatnya menelisik keseluruh pojok ruangan, dan seperti yang ia duga ini adalah kamarnya.

Kadang, Jungkook berharap setiap kesakitannya hanyalah mimpi belaka. Terbangun di kamarnya dan semuanya memang hanyalah sebuah mimpi. Tapi sayangnya itu hanyalah sebuah harapan, nyatanya sakitnya ini memang dia rasakan, kebencian itu memang dia terima. Entah berapa kali jungkook mencoba menganggap semuanya hanyalah mimpi, tapi sebuah  kenyataan memang begitu keras hingga membuatnya bahkan masih merasakan rasa sakit dan kesedihannya ketika ia tertidur.

Menyedihkan ...

•••

    Jungkook langsung berlari setelah turun dari bus yang membawanya ke sekolah, ini sudah hampir terlambat dan gerbang sekolah akan ditutup. Tak biasanya dia kesiangan seperti ini, justru dialah siswa yang biasanya datang ke sekolah pagi-pagi buta. Tapi kali ini berbeda, ini semua karena kepalanya yang masih nyeri hingga membuatnya mau tidak mau tertidur lagi dan bangun kesiangan. Akibatnya dia tak bisa sarapan dan hampir terlambat karena menunggu bus lumayan lama, andai saja jungkook diantar oleh supir pribadi pasti pemuda itu tak akan berlari untuk menuju gerbang sekolah dengan keadaannya yang masih cukup lemah itu, sayangnya ayahnya tidak menyediakan fasilitas seperti itu untuk Jngkook, Jeon Jungwoo agaknya memang benar-benar membencinya. Pria paruh baya itu hanya membiayai pendidikan Jungkook namun tidak dengan biaya hidup, Jungwoo menyekolahkan Jungkook di sekolah elit lantaran karena rasa gengsi jika para orang-orang teman bisninsnya mengetahui jika si bungsu keluarga Jeon sekolah di sekolah untuk rakyat biasa. Ya, semua dilakukan untuk kepentingannya sendiri bukan untuk Jungkook.

Sedih, tapi harus bagaimana lagi? Jungkook masih bersyukur karena ayahnya masih mau menyekolahkannya, setidaknya sjungkook tidak harus bekerja sangat keras untuk membiayai pendidikannya juga.

 Mengingat soal pekerjaan, Jungkook ingat dirinya sudah mengambil cuti selama hampir satu minggu. Dan kemarin adalah hari terakhir cutinya. Itu berarti hari ini Jungkook harus mulai bekerja paruh waktu lagi, hari ini akan menjadi hari yang melelahkan.

•••

"Jimin-ah, bukankah jungkook itu lucu dan menggemaskan?" ucap Taehyung sambil menatap lurus kedepan dengan kekehan kecil yang lolos dari bibirnya. Melihat itupun Jimin menatap Taehyung dengan tatapan heran, ya walau Jimin akui jika Jungkook itu memang sangat menggemaskan terlebih lagi dengan gigi kelinci yang dimiliki pemuda itu, rasanya Jimin ingin mengetuk gigi itu berkali-kali karena sangking gemasnya.

"Iya, dia memang menggemaskan." jawab Jimin seadanya.

"Aku rasa aku menyukainya, jim."

"APA?! YAK KAU GILA HUH?!"

"Hei Park Jimin! Jangan berteriak ditelingaku!" Ucap taehyung sambil menatap jimin sengit.

"Ini semua karena kau! Kau gila ya? Kau ini tampan, banyak gadis yang menginginkanmu. Kenapa kau menyukai---"

"Apa yang kau pikirkan? Aku masih suka perempuan! Aku normal, dasar bodoh!"

"Lalu, apa maksudmu tadi," ucap Jimin jengah. Tolong ingatkan Jimin kalau Taehyung adalah sahabatnya.

"Aku menyukainya, aku ingin dia menjadi adikku. Aku ingin melindunginya Jim, sejak melihatnya aku rasa dia tidak baik-baik saja. Dia seperti ... menderita," ucapnya lirih.

"Aku juga merasakannya, wajah itu menunjukkan rasa sakit yang begitu ketara."

"Aku benarkan?! Kau juga melihatnya," ucap Taehyung sedikit heboh dan Jimin hanya mengangguk sebagai tanggapan.

Tidak bohong, Jimin juga merasakan hal yang dirasakan Taehyung. Entah kenapa dia merasa jungkook harus dilindungi, Jungkook yang menggemaskan namun menyimpan beribu rasa sakit. Jimin tidak tahu bagaimana dia bisa merasa seperti ini, apa mungkin ini karena dia juga pernah memiliki seorang adik? Jimin mempunyai seorang adik perempuan yang mungkin seumuran dengan Jungkook, adiknya yang menggemaskan dan sangat dia sayangi, Park Rana. Namun peristiwa naas menimpa adik kesayangannya, Rana meninggal karena kangker hati yang tumbuh didalam tubuhnya. Hal itu membuat Jimin sangat terpukul, dia kehilangan seseorang yang begitu berarti untuknya. Sekarang, rasa ingin melindungi seorang adik itu kembali Jimin rasakan ketika ia melihat Jungkook. Benar,  Jimin ingin melindungi pemuda itu. Jeon Jungkook yang baru dikenalnya kemarin.

[]

FOR MEMORIES | JjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang