Pemuda itu masih tidak menyangka dengan apa yang dilihatnya sekarang, matanya tak berhenti untuk mencuri pandang ke arah presensi yang tengah memeriksanya. Yang tengah mengobatinya.
Ia masih tidak percaya. Kakaknya Jeon Seokjin yang selama ini selalu menatap tajam padanya, kakaknya yang selalu menolak sambutannya, kakaknya yang selalu enggan menolongnya ketika sedang kesakitan usai di pukuli. Sekarang, kakaknya itulah yang sedang memeriksanya, memeriksa keadaannya untuk yang pertama kalinya. Jungkook senang tentu saja, hatinya seolah sedang ditaburi beribu rasa hangat. Kendati dirinya tahu kalau Seokjin hanya sedang menjalankan tugasnya sebagai seorang Dokter. Yang itu berarti, perlakuan Seokjin saat ini tidak murni karena keinginan hatinya. Dengan kata lain, tidak tulus. Atau kasarnya hanya terpaksa.
Tapi biarkan saja. Biarkan Jungkook melupakan fakta itu untuk saat ini. Ia hanya ingin mengindahkan rasa senangnya, tanpa mau menengok sederet fakta yang membuatnya tersenyum miris.
"Hyung, bagaimana keadaan Jungkook?" ucap Taehyung masih dengan raut cemasnya.
Seokjin tersenyum simpul, "tenang saja. Dia sudah aku tangani, tinggal pastikan kalau dia rutin minum obat dan istirahat yang cukup."
Taehyung menghela napas lega, pemuda itu mengalihkan atensinya ke arah Jungkook yang sedang terbaring. "Kau dengar? Kau harus minum obat dan istirahat yang cukup! Awas kalau kau melewatkan obatmu nanti. Aku akan mengawasi mu."
Sebenarnya Seokjin sudah begitu banyak menumpuk pertanyaan. Bagaimana bisa Jungkook di sini? Dan kenapa keluarga Taehyung begitu memperhatikan anak itu. Entah kenapa ia jadi sepeduli ini dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai si bungsu. Sejak Yoongi mengatakan fakta bahwa Jungkook pulang lebih lambat dari teman-temannya adalah karena bekerja di sebuah Bar, ditambah dengan keluhan Jungkook yang begitu menyayat relungnya kemarin, ia merasa ada sengatan aneh dihatinya setiap melihat Jungkook. Setiap melihat wajah polos yang selama ini selalu ia sangkal keberadaanya, yang selalu ia benarkan kesalahanya yang bahkan masih belum pasti kebenarannya.
"Hyung, terima kasih sudah mengobati adikku." ucap Taehyung membuyarkan pikiran Seokjin.
"A-apa?" tanya Seokjin tidak mengerti.
"Terima kasih sudah datang dan mengobati Jungkook, adikku. Dia adikku, hyung." Taehyung tersenyum lebar saat memperkenalkan Jungkook sebagai adiknya di hadapan Seokjin yang merasa terkejut dan tidak mengerti dengan apa maksud dari perkataan Taehyung barusan. Jungkook, adiknya?
"Di-dia adikmu? Bagaimana bisa, kenapa hyung tidak pernah melihatnya?"
"Ceritanya panjang, pokoknya dia sudah aku anggap sebagai adikku sendiri."
Melihat interaksi antara Seokjin dan Taehyung yang terdengar akrab satu sama lain, membuat Jungkook menunduk. Berusaha menyembunyikan senyuman getirnya. Bagaimana bisa kakaknya begitu akrab dengan orang lain, sedangkan dengannya saja begitu acuh. Jungkook tidak bisa merasa marah, sebab Taehyung adalah kakaknya juga. Seperti Dejavu, perasaan serupa juga pernah ia rasakan saat masih kecil. Tepat ketika Junghon masih hidup, ketika kakak pelindungnya masih ada di sisinya.
•••
Tiga pemuda itu sedang duduk santai di sofa sambil menonton televisi dengan tenang. Langit sudah kembali menjadi cerah karena hari sudah berganti. Hari ini adalah hari Minggu, yang artinya mereka tidak perlu masuk sekolah hari ini. Tadi pagi sebenarnya Jungkook ingin segera pulang ke rumahnya, namun Taehyung tidak mengizinkannya. Ditambah dengan Jimin yang datang tanpa diduga, pemuda itu ikut menahan Jungkook untuk pulang setelah Taehyung menceritakan semuanya kepada pemuda itu. Jadilah seperti ini, mereka berdua (Taehyung dan Jimin) memutuskan untuk menemani Jungkook sampai keadaanya cukup pulih dan kemudian mengantarkan Jungkook pulang ke rumahnya setelah itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
FOR MEMORIES | Jjk
Fanfiction[Brothership/Friendship] "I'm happy in my sadness." Jjk Beritahu kami, apa ada kata lain yang melebihi dari kata menyesal? "Aku sangat menyesal telah melukainya." ___________ start110919 Enjoy the stories~ -Rayeon💜