[Chapter 7]

2.1K 151 5
                                    

Dingin ....

Itu yang dirasakan Jungkook saat matanya mulai mengerjap pelan mengambil kesadaran, mengingat-ingat kembali apa yang terjadi padanya terakhir kali.

Ah aku dipukuli dan tergeletak disini sendirian ....

Jungkook tidak bisa menahan ringisannya saat beberapa bagian tubuhnya kembali merasakan nyeri. Dirinya masih berada di tempat yang sama, tidak ada yang menolongnya sama sekali. Biasanya Jung ahjumma akan mengangkatnya dengan susah payah, membaringkannya di tempat tidur dan menyelimutinya. Tapi sekarang tidak, rasa heran dan cemas muncul di benaknya.

Dimana Jung ahjumma? Kenapa tidak menolongnya? Kenapa tidak ada ketika Jungkook membuka mata? Tidak ... tidak, jangan tinggalkan aku.

"J-jung ahjumma!" teriaknya dengan suara parau menahan sakit, terdengar begitu lemah tak bertenaga. Dengan susah payah Jungkook berdiri, berjalan tertatih-tatih mencari keberadaan sosok paruh baya yang selalu mempedulikannya.

"J-jung ahjumma, kau dimana?Jungkook mulai menitikkan air matanya, prasangka buruk mulai menyelimuti pemikirannya. Mungkin ayahnya sudah memecat Jung ahjumma dan tidak memperbolehkan wanita paruh baya itu menginjak rumah ini lagi, jika itu memang benar. Apa yang harus Jungkook lakukan? Di rumah penuh kebencian ini sendirian?

"Astaga Jungkook!" Pemuda itu seketika berbalik, Jung ahjumma dengan cepat mendekat ke arah tuan mudanya itu dengan wajah cemas luar biasa. Melihat keadaan Jungkook saat ini, sangat menyedihkan.

"Kookie ada apa? Kenapa dengan wajahmu? Ya Tuhan apa yang mereka lakukan padamu?" ucap Jung ahjumma sambil menahan tangis. Benar-benar tidak tega melihat keadaan Jungkook saat ini.

Jungkook mendekat ke arah wanita paruh baya itu, meneluknya erat sambil menumpahkan semuanya disana. "Ahjumma, kemana saja? Kenapa tidak menyelimuti kookie tadi malam? Kookie kedinginan, sakit."

Mendengar perkataan jungkook yang di iringi suara rintihan itu, Jung ahjumma menjadi tak kuasa menahan air matanya. Sangat menyakitkan, melihat Jungkook dengan rasa sakit yang selalu menderanya.

•••

"Dokter detak jantungnya mulai melemah!"

"Siapkan Defribrilator dengan kejutan energi rendah sekarang!"

"Ready?!"

"1 2 3 shot!"

"Lagi!"

"Shot!"

"Lagi!!"

"Tidak-tidak kumohon berhasil," gumam sang Dokter itu penuh rasa harap. Namun nampaknya tuhan berkehendak lain. Ia mengambil nyawa pasiennya, tangannya lemas saat suara nyaring dari monitor itu berbunyi. Menunjukkan garis lurus yang menandakan sudah tak ada lagi detak jantung, semuanya sudah berakhir.

"Suster, catat waktu kematiannya"

"Baiklah."

•••

"Dokter Jeon, kudengar pasienmu meninggal."

"Ah iya, beberapa menit yang lalu aku menanganinya."

"Sayang sekali, padahal dia gadis manis yang seharusnya mendapatkan kebahagiaan. Penyakit seperti apa yang di derita gadis malang itu?"

"Dia mengalami pendarahan serius di kepalanya," ucap Seokjin penuh rasa sesal.

"Sayang sekali, baiklah kalau begitu. Aku harus segera pergi, ada pasien yang harus ku periksa siang ini," ucap Dokter ber nama Kim Minseok itu sambil menepuk bahu Seokjin pelan, kemudian benar-benar pergi dari sana.

FOR MEMORIES | JjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang