Disinilah Namjoon berdiri sekarang, diruang rawat Taehyung yang tak begitu jauh dari ruangan Jungkook. Dengan mantap akhirnya ia memutuskan kemari setelah bermenit-menit ia hanya berdiri diam, merenung untuk menenangkan dirinya yang rasanya lebih dari sekedar kacau.
"Jim, bagaimana keadaan taehyung?" ucap Namjoon seraya mendekat ke ranjang pesakitan Taehyung, menatap sendu Taehyung yang masih terbaring tak sadarkan diri. Begitu sesak rasanya, melihat sosok yang sudah ia anggap adik selama bertahun-tahun terluka seperti ini.
Masih hening, Jimin masih menutup mulutnya, sedangkan Namjoon juga masih diam menatap Taehyung dengan lamat. Hingga suara gesekan pintu terbuka menginterupsi sepi yang hampir memenuhi keduanya, sosok Aerin baru saja keluar dari toilet dengan wajah basah. Wanita itu pun sedikit terkejut dengan kedatangan Namjoon. "Namjoon? Sudah lama di sini, nak?"
"Tidak, aku baru saja datang," ucap Namjoon sambil tersenyum simpul.
"Bagaimana dengan keadaan Jungkook? Dia baik-baik saja?" Namjoon pun tersenyum getir, "keadaannya buruk, ma ... Bagaimana keadaan Taehyung sendiri?" Belum sempat Aerin menjawab pertanyaan Namjoon, tiba-tiba Jimin menginterupsi dan mengajak Namjoon untuk bicara berdua saja di luar. Hendak bertanya pun tidak bisa, akhirnya Namjoon menurut saat Jimin meraih tangannya untuk membawanya keluar dari ruangan. Meninggalkan Aerin yang masih berdiri dengan wajah sendu karena teringat keadaan anaknya yang hampir tidak baik-baik saja.
"Ada apa, Jim? Bagaimana keadaan Taehyung? Dia baik-baik saja 'kan? Lukanya tidak begitu parah 'kan?" Jimin menghembuskan napas panjang, mencoba menenangkan dirinya sebelum memberi tahu hal terburuk yang ia ketahui mengenai sahabat terdekatnya tersebut.
"Taehyung mendapat pukulan di perutnya hingga mengalami cedera tumpul yang menyerang organ hatinya. Jika Taehyung mengalami hal yang sama lagi, ia mungkin akan mengalami hal yang lebih buruk," ucap Jimin dengan raut kesedihan yang sangat terlihat. Wajar, sejak kecil ia bersahabat dengan Taehyung ia tak pernah melihat pemuda itu dengan keadaan menyedihkan kecuali saat alerginya itu kambuh.
Enggan terlalu sibuk dengan pikirannya mengenai Taehyung, Jimin pun beralih menepuk bahu Namjoon yang terlihat sedang diam melamun. Entah ini sudah keberapa kalinya Namjoon terdiam.
"Hyung, apa ada yang terjadi? Kau bilang tadi keadaan Jungkook buruk, apa keadaannya begitu parah?" ucapnya cemas. Namjoon yang kembali tersadar hanya menatap Jimin dalam diam, berat sekali rasanya jika harus mengucapkan hal yang membuat hatinya tergores setiap mengingat keadaan sang adik. Mengucapkan bahwasannya Jungkook tidak baik-baik saja, pemuda itu terluka. Bahkan sudah berdiri di ambang kematiannya.
"Hyung, kenapa diam?"
"Jim, Jungkook sangat sakit sekarang. Dia sekarat Jim. Dia mungkin bisa bangun nanti, tapi kita semua tidak tahu kapan mata itu akan kembali tertutup atau terbuka."
"A-apa maksudmu? Katakan dengan jelas!" ucap Jimin dengan nada tinggi sambil meremat kedua bahu Namjoon. Ia berharap yang ia dengar ini tidak benar.
"Jungkook sudah sakit sejak lama, dan kejadian ini membuat keadaannya semakin parah. Dia tidak boleh terluka lagi Jim, jika ia kembali terluka maka ia harus segera di operasi."
"Memangnya kenapa kalau di operasi? Bukankah itu bagus? Jungkook akan baik-baik saja setelah di operasi 'kan?!"
Namjoon pun menggeleng lemah, "tidak. Hanya ada dua pilihan dari hasil operasi nanti. Jungkook kehilangan seluruh ingatannya, atau dia akan meninggal." Jimin semakin mengeratkan cengkramannya, rahangnya mengeras menahan emosi. Ia sedih, ia terluka, namun juga tidak terima dengan apa yang Namjoon katakan.
"Jangan bicara sembarangan, hyung!"
"Aku tidak bicara sembarangan! Ini benar-benar yang sedang tejadi. Menurutmu apa? Kau kira aku tidak merasa terpukul? Aku sangat hancur, Jimin!"
KAMU SEDANG MEMBACA
FOR MEMORIES | Jjk
Fanfic[Brothership/Friendship] "I'm happy in my sadness." Jjk Beritahu kami, apa ada kata lain yang melebihi dari kata menyesal? "Aku sangat menyesal telah melukainya." ___________ start110919 Enjoy the stories~ -Rayeon💜