[Chapter 12]

2.1K 184 27
                                    

Anak laki-laki itu bersembunyi dibalik dinding, matanya mengintip pemandangan yang selalu sukses membuatnya begitu penasaran.

Jungkook kecil mengintip bagaimana kakak kembarnya yang sedang menangis karena sang ayah telah memukul mereka berdua hanya karena sedang kesal. Dipukulnya berdua, tapi yang mendapat rengkuhan dan pelukan penenang hanya sang kakak. Jungkook tidak berani ke sana dan meminta hal yang serupa. Sebab, Jungkook tahu kedua kakak tertuanya itu tidak menyukainya. Jungkook jadi enggan meminta ini itu seperti yang Junghon lakukan.

Kadang Jungkook merasa sangat iri dengan kakak kembarnya, namun Kembarannya adalah malaikat pelindungnya. Junghon selalu menjaganya, menghindarkan dirinya dari luka. Dan ketika Jungkook sudah terlanjur terluka, maka Junghon lah yang akan menyembuhkan luka itu, dan merengkuhnya dengan penuh rasa sayang.

"Kook-ah, sedang apa?" Jungkook kecil terpenjat saat tiba-tiba sang kembaran muncul dari balik dinding tempat ia bersembunyi.

"Tidak apa-apa, hanya sedang menunggumu."

"Bagaimana keadaanmu? Pasti sakit, ayah lebih banyak memukulmu tadi." Junghon membolak-balik tubuh adiknya, menelisik dengan teliti bagaimana keadaan sang adik. Dan benar saja, bocah cilik itu menemukan beberapa luka di bagian tangan kaki Jungkook yang sudah berdarah.

"Aku benar, kau lebih terluka dariku," ucap Junghon sambil memeluk tubuh adiknya yang sama besarnya seperti dirinya. Mereka benar-benar terlihat sama, yang membedakan hanya tanda lahir yang dimiliki oleh Junghon. Anak itu memiliki tanda lahir di pangkal lehernya, sedangkan Jungkook tidak ada.

"Ayo, aku akan mengobati mu."

"Kau kan juga terluka."

"Tidak apa-apa, aku akan mengobati mu dulu."

"Peluk aku lagi, hyung." Pinta Jungkook dengan sendu, ia butuh pelukan. Walau bukan pelukan dari kedua kakak tertuanya yang selama ini ia idam-idamkan, setidaknya tubuhnya masih bisa merasakan sebuah pelukan hangat dari sosok pelindungnya. 

Tanpa berpikir lebih panjang, Junghon menuruti keinginan adiknya. Anak itu segera memeluk Jungkook dengan erat, mencoba menyalurkan hangat untuk sang adik.

"Hyung ... "

"Hm?"

"Aku mencium wangi lain di tubuhmu, apa ini wangi dari hyungdeul? Kau baru saja dipeluk mereka 'kan?" Ucapan Jungkook membuat Junghon merasa sakit, ia tahu betul bagaimana kedua kakak tertua mereka itu begitu membenci Jungkook. Sedangkan Jungkook begitu mengidam-idamkan kasih sayang dari mereka. Melihat Jungkook yang seperti ini, dia menjadi merasa tidak enak. Ia malu, seharusnya jika mereka membenci Jungkook, mereka harus membencinya pula. Begitu juga sebaliknya.

"Iya, ini wangi dari hyungdeul. Untuk sementara, kau rasakan pelukan mereka seperti ini dulu ya. Aku janji aku akan membuat hyungdeul juga memelukmu. Sama seperti mereka memelukku. Jangan sedih, aku akan berusaha untukmu."

Rasa pusing mendera kepalanya tatkala kesadaran itu mulai kembali muncul kepermukaan. Jeon Yoongi, yang mulai terbangun dari tidurnya dengan keadaan sudah terbaring di ranjang dengan nyaman, ditambah  kain kompresan yang melekat di dahinya.

"Kau sudah bangun?" Pria itu mengernyit pelan saat mendapati presensi sang kakak yang memasuki kamarnya sambil membawa nampan berisi sup pereda pengar dan beberapa obat.

"Aku kenapa?" ucapnya keheranan. Yoongi tidak ingat apa yang terjadi padanya semalam, hanya ingatan dirinya sedang minum-minum di Bar yang ia ingat. Ah, Jungkook juga. Yoongi ingat dia sempat melihat Jungkook sedang bekerja, dan anak itu sepertinya membantunya pulang.

FOR MEMORIES | JjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang