"Aakh sakit! Pelan-pelan saja bisa tidak?!" Ringis Namjoon saat Jimin mengoleskan salep pada ujung bibirnya yang biru akibat lagi-lagi pemuda itu berkelahi dengan orang yang selalu menganggunya selama beberapa tahun terakhir ini, sebut saja Namjoon dan para teman-temannya ini memang suka berkelahi. Terlihat seperti berandal di sekolah namun kenyataannya tidak seperti itu juga. Mereka hanya akan berkelahi untuk membela diri sendiri dan membela sahabatnya yang sedang diganggu, selebihnya mereka seperti murid lainya. Berprestasi, bergaul, suka bercanda, dan saling menolong.
"Memang benar-benar jackson sialan! Apa sebenarnya masalahnya denganmu huh?" ucap Hoseok kesal sambil menendang bangku di sampingnya dengan sedikit keras, bahkan Jungkook yang sedari tadi hanya diam menonton segala aktivitas kakak-kakak yang baru di kenalnya itu seketika terlonjak kaget.
"Hyung, jangan merusak properti markas kita! Lihat, kau membuat jungkook terkejut." ucap Taehyung seraya melempari Hoseok dengan snack yang sedang ia makan. Kesal tentu saja, Taehyung hanya tidak mau Jungkook merasa tidak nyaman jika sedang bersamanya dan teman-temannya.
Pokoknya Jungkook harus betah berteman dengannya dan dengan yang lain.
"Jungkook, maaf. Aku tadi sangat kesal." mendengar permintaan maaf dari Hoseok, Jungkook hanya mengerjap pelan. Kedua mata bulatnya terlihat begitu menggemaskan ketika sedang mengerjap dengan wajah polos tak mengerti apapun. Percaya saja, semua orang di dalam ruangan itu sedang menahan diri untuk tidak mencubit pipi pemuda itu.
"T-tidak apa hyung, tidak perlu meminta maaf," ucap Jungkook agak canggung. Wajar saja, Jungkook masih belum terlalu familiar dengan para teman-teman barunya walaupun hatinya sudah bergejolak senang saat para kakaknya itu memperlakukannya dengan sangat baik. Selama seharian ini Jungkook benar-benar di perlakukan seperti seorang adik, Jungkook pun sebenarnya heran bagaimana bisa mereka semua memperlakukannya seperti itu padahal mereka baru kenal kemarin, dan kemarin terlalu singkat untuk bisa seakrab ini.
Jungkook takut namun rasa senangnya terlalu mendominasi. Jungkook takut, takut jika kebaikan ini hanya sementara, mungkin lama kelamaan mereka akan sama seperti beberapa temannya dulu tapi segala kebaikan Taehyung dan teman-temannya terlihat begitu tulus. Membuat Jungkook senang walaupun dirinya tahu ada sedikit rasa iba yang mereka taruh untuknya.
Dari sana jungkook mulai bertanya-tanya, apakah dia terlihat semenyedihkan itu? Bahkan saat pertama kali bertemu? Menyedihkan sekali, namun Jungkook tidak bisa menyangkal. Hidupnya memang menyedihkan.
Kepedihan hatinya yang ia pendam sedalam mungkin dari pandangan orang, siapa yang menyangka jika Taehyung dan teman-temannya itu menyadarinya. Memperlakukannya dengan baik, dan menjaganya dengan tulus. Rasanya Jungkook ingin menangis, terpikir kembali dengan kedua kakaknya yang sebenarnya. Apa jika Jungkook sangat terluka dan menyedihkan, sekarat, hampir mati. Apa mereka akan memberikan kasih sayangnya? Perlukah semua itu? Tidak-tidak! Sekalipun itu diperlukan, lebih baik Jungkook tidak mendapatkan kasih sayang mereka sama sekali dari pada dikasihani. Lebih baik Jungkook mati dengan tanpa menerima kasih sayang mereka sekalipun dari pada menerima kebaikan mereka dengan atas dasar rasa iba."Jungkook! Hey!"
"Ah iya?"
"Kenapa melamun? Sepertinya kau juga menangis, kenapa?" tanya Jimin sambil mengusap punggung Jungkook pelan.
"T-tidak apa-apa Jimin hyung, aku hanya mengantuk. Iya, aku hanya mengantuk." Jungkook menyunggingkan senyuman lebarnya hingga kedua gigi kelinci itu kembali terlihat, sangat manis dan menggemaskan. Ingat, hanya terlihat. Kalian mungkin tahu bagaimana rasanya tersenyum lebar saat ingin menutupi sebuah kesedihan besar, sangat berat, sakit. Namun Jungkook sudah terbiasa.
Jimin menatap Jungkook intens, menatap kedua mata Jungkook dalam. Melihat kejujuran disana, dan yang Jimin dapatkan bukanlah kejujuran. Rasa sakit terlihat jelas disana.
Jimin menghela napas ...
"Jungkook, aku tahu kau belum terlalu mengenal kami. Kami juga belum terlalu mengenalmu, tapi percayalah. Aku, kami semua tahu kesedihanmu. Ada kalanya kau memang benar-benar tersenyum, ada kalanya kami melihatmu tersenyum untuk menutupi perasaanmu yang sebenarnya ... apapun itu, kuharap kita semua bisa menjadi sahabat yang baik. Ah tidak-tidak, maksudku keluarga yang baik. Kami semua adalah keluarga, kau juga sudah kami anggap adik kami sendiri. Aku tak memaksamu tapi, jika kau tidak bisa menahannya, kau membutuhkan seseorang. Panggil kami, mengeluh pada kami. Tak hanya satu, tapi ada empat hyung yang akan menenangkanmu. Yang akan melindungimu, yang akan selalu menjagamu. Aku tak berbohong, kami tulus Jungkook. Ku harap kau mau menerima kami."
Rasanya seperti ada denyutan keras di dada Jungkook, tenggorokannya seketika tercekat. Matanya memerah, hatinya, perasaannya bergejolak. Ucapan Jimin begitu tepat sasaran, sangat mengena pada hatinya. Mendengar perkataan setulus itu membuat Jungkook merasa sedikit lega. Lega karena dia merasa akhirnya ada yang bisa mengerti dirinya sedalam ini, sangat mengerti perasaannya. Entah Jimin ini cenayang atau apa, tapi Jungkook takjub, Jungkook senang.
Namun perasaan yang selalu mengganjalnya itu kembali mengganggunya.
Bisakah, bisakah dia mempercayai semua ini?
Apakah bisa dia memastikan ini adalah sebuah ketulusan?Menatap satu per satu mata mereka. Namjoon, Hoseok, Taehyung, dan Jimin. Tidak ada kebohongan disana, ketulusan. Hanya itu, mereka tulus ingin menjadi sandaran Jungkook. Benarkah? Benarkah mereka bersedia menyediakan bahu mereka untuknya?
"A-aku tidak tahu harus berkata apa, tapi percayalah. Aku merasa senang, terima kasih kalian mau menolongku," ucap jungkook susah payah menahan isak tangisnya. Jungkook merutuki dirinya sendiri, bagaimana bisa dia terlihat begitu payah di depan teman-temannya? Sangat memalukan, tak pernah seperti ini sebelumnya.
"Tidak perlu berterima kasih, kami senang bisa menolongmu. Kami senang bisa melindungimu, apapun itu, bisakah kau mempercayai kami? Kami akan selalu ada di sampingmu. Kau adik kami, mulai sekarang secara resmi kau adalah anggota baru keluarga kami." Namjoon tersenyum lebar sehingga cekungan di sisi pipinya terbentuk dengan manis, semuanya ikut tersenyum. Satu per satu dari mereka mulai mendekat ke arah di mana Jungkook duduk. Mulai dari Taehyung yang merengkuh Jungkook, berlanjut ke Jimin dan seterusnya hingga Jungkook tenggelam di dalam rengkuhan hangat itu. Sangat manis, ini adalah memori manis yang akan Jungkook simpan baik-baik dari antara memori pahitnya. Jungkook berharap memori manis ini akan membesar, memunculkan hal-hal manis lainnya sehingga dia bisa melupakan semua kenangan pahitnya.
Ia berharap rangkulan hangat ini juga akan dia dapatkan dari Yoongi dan Seokjin, walaupun hanya sekali. Walau itu saat dirinya akan mati, tidak apa. Setidaknya ia bisa merasakan itu sekali seumur hidupnya.
.
.[]
![](https://img.wattpad.com/cover/196748421-288-k527966.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
FOR MEMORIES | Jjk
Fanfic[Brothership/Friendship] "I'm happy in my sadness." Jjk Beritahu kami, apa ada kata lain yang melebihi dari kata menyesal? "Aku sangat menyesal telah melukainya." ___________ start110919 Enjoy the stories~ -Rayeon💜