Bagian 15

1.1K 133 113
                                    

Ada yang terkejut aku update sekarang?
Coba angkat kakinya ~^^~
Aku lagi senang sekali karena semalam Ujian Meja Hijau aku sukses dan lancar ^^
Jadi aku ingin berbagi kebahagian ini dengan kalian. Jadi aku sudah siapkan satu chapter, selamat menikmati na~
#S.E

(Saint, Phi tunggu kamu dapat gelar seperti ini juga na, S

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Saint, Phi tunggu kamu dapat gelar seperti ini juga na, S.E^^. Nama nya disembunyikan dulu ya ^^;;)
.

.

.

.

.
Sebenarnya permainan apa yang sedang ku mainkan saat ini. Peta umpet atau jujur dan tantangan? Kenapa semua rasanya seperti menghilang dan tak dapat ku temukan di mana pun. Kebahagiaan, cinta dan dirinya. Apa aku salah memilih? Kerasa tidak.

Jika aku benar memilih jujur, aku sudah mengakui betapa aku mencintainya dengan sungguh. Betapa aku tidak takut dikecam atau pun ditinggalkan oleh banyak orang jika dia selalu ada di sisi ku dengan cintanya. Yang ku takutkan hanyalah saat aku kehilangan dirinya dan cintanya. Aku sudah sejujur itu, tapi kenapa aku seakan-akan memilih 'tantangan'. Pilihan yang ada namun sudah kutolak, tapi kenapa harus terjadi padaku? Bahkan lebih menyakitkan dari apa yang ku bayangkan.

Aku tidak akan menantang balik siapa pun. Tidak juga menyalahkan siapa pun, jadi tolong lepaskan aku dari permainan gila ini. Siapa pun itu, kenapa sangat senang melihatku terluka seperti ini.

Jika kalian ingin mengambilnya, ambil saja! Tapi kumohon bawa aku juga. Biarkan kalian membawa ku juga bersamanya. Aku tidak akan takut, aku tidak akan juga meminta untuk kembali. Asalkan perasaan ini tidak seperti dipermainkan.

Apakah karena aku masih anak usia 18 tahun sehingga semua yang kulakukan seperti lelucon bagi kalian? Ini murni perasaan ku. Aku tidak bisa mengelak atau pun membendungnya untuk waktu yang lama. Jadi biarkan aku memilih jalanku.

Jalan ya? Sebenarnya saat ini aku sedang berjalan. Tapi aku tak bisa membaca satu pun petunjuk jalan hingga membuat ku merasa tersesat di tiap langkah kaki ku ini. Yang ku ingat adalah aku yang berlari dari rumah sakit saat mendapati diri ku tertidur di sebuah ruangan putih dengan ranjangnya yang menyiksa. Hingga akhirnya aku berakhir di jalan yang padat oleh manusia-manusia lainnya.

Satu langah. Dua langkah dan langkah selanjutnya semakin berat saat ku rasa semua berjalan cepat melewatiku, sedangkan aku hanya bisa menatap diri ku seperti terpaku di satu tempat saja. Apa yang harus ku lakukan? Hati ku ingin segera menemuinya tapi tubuh ku terasa siap jatuh kapan pun dia mau di kerasnya aspal jalan ini.

"A-aku pasti bisa..."

Aku mencoba menguatkan diri. Tidak membiarkan mata ku mengecoh tiap langkah ku. Semua demi dirinya.

Satu langkah. Dua langkah dan langkah seanjutnya mulai kupaksakan. Hati ku tidak bisa lagi menunggu. Mataku yang terus mengeluarkan air mata ingin secepatnya menatap dirinya. Tubuh ku yang bergetar di teriknya matahari siang ini, membasahi tubuhku dengan keringat dingin yang menyiksa. Namun aku ingin segera memeluk tubuhnya dengan erat. Membiarkan sensasi dingin tubuhnya menyeruak ke tiap pori-pori kulit ku.

2.[END] X (Because, Not Only You)«»PinSonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang