Saint terus melirik gusar kearah Perth yang kini duduk di sampingnya. Sebenarnya tidak benar-benar duduk di sampingnya, karena sosok itu terlihat duduk jauh di pinggiran sofa sehingga menyisihkan satu tempat di tengah-tengah mereka.
"Apa yang harus ku katakan setelah ini?"
"Dia pasti sangat ketakutan pada ku saat ini..."
Telapak tangan Saint mulai saling meremas satu sama lain untuk menyembunyikan rasa cemas dan takut dalam dirinya. Sesekali dia mengulum bibir tebalnya. Merasa bingung apakah dia harus menjelaskan lebih dulu atau menunggu Perth untuk bertanya padanya. Tetapi sosok di sampingnya masih saja sibuk dengan keterdiamannya. Posisi mereka pun tak jauh berbeda, menunduk sambil meremas telapak tangan yang berkeringat karena takut. Bedanya Perth memang sedang merasa takut tapi pada sosok di sampingnya. Sedangkan Saint, takut pada kondisi dirinya kedepannya.
"Apa yang harus ku tanyakan? Shiya! Apa betuk dia hantu? Tapi kenapa aku bisa menyentuhnya selama ini? Akh! Aku merasa sedikit takut tapi... aku tidak merasa terganggu sedikit pun..." batin Perth, merasa semakin sengsara saat dia tidak bisa membuka kedua bibirnya untuk bersuara.
Namun, waktu akhirnya menjawab.
"S-saint/ Perth..."
Keduanya saling memanggil berbarengan. Membuat mereka menjadi saling menatap satu sama lain. Namun Perth ternyata lebih dulu memutuskan kontak mata diantara mereka dan Saint langsung tersenyum sedih saat menangkap adanya ketakutan yang tampak jelas di mata itu.
Saint pun memutuskan untuk memberanikan diri menjelaskan semuanya kearah Perth. Dia tidak peduli nanti Perth akan mengerti atau malah mengusirnya dari tempat ini sesegera mungkin. Karena dia sebenarnya membutuhkan bantuan di sini.
"Aku tidak tahu kenapa ini bisa terjadi padaku dan kenapa aku bisa seperti ini..." dia mulai membuka ceritanya masih dengan menatap Perth yang duduk dengan tegang di sampingnya.
"Aku terbangun dan sudah ada di kamar ini. Aku sangat bingung di awalnya, tapi Perth..." Saint sengaja menggantung ucapannya untuk memancing Perth agar menatapnya dan berhasil. Perth kini menatapnya dengan tatapan penasaran, walaupun tidak bisa dipungkiri rasa takut di sana tidak bisa disembunyikan. Jadi Saint menunjukkan sebuah senyuman sebelum melanjutkan ceritanya.
*Flashback on*
Saint membuka kedua matanya dengan tiba-tiba saat merasakan tubuhnya baru saja terhempas ke suatu tempat yang empuk di bawahnya. Oh ternyata kasur. Saint pun memutuskan untuk bangkit berdiri dan menatap sekitarnya. Dia langsung merasa familiar dengan tempat ini dan baru menyadari ini adalah kamar apartemen yang ditempatinya beberapa bulan yang lalu.
"Kemana semua barangku?" dia bertanya entah pada siapa saat tidak mendapati satu pun barangnya di ruangan ini. Saint bergerak cepat untuk memerikas lemari di sampingnya dan betul saja, seseorang sepertinya baru saja mengangkut barang miliknya. Tapi siapa?
Pemuda tinggi berkulit putih cerah ini memutuskan untuk keluar kamar dan bertanya pada tetangga di sampingnya. Karena teman sekamarnya pun sedang tidak ada di sini. Kalau pun dia ingin menghubungi sosok itu, dia tidak tahu ponselnya ada di mana sekarang.
"Aku yakin Mark di jam-jam seperti ini ada di kamarnya..." dia membatin setelah menutup pintu kamarnya perlahan. Melangkah pelan ke pintu yang ada di samping pintu kamarnya. Namun langkahnya terhenti saat mendapati pemuda sedikit lebih pendek dengan wajah cool nya baru saja keluar dari pintu yang ingin ditujunya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
2.[END] X (Because, Not Only You)«»PinSon
Storie d'amoreJika benar manusia memiliki kehidupan lain setelah kematian. Aku harap hal itu menjadi nyata. "Siapa kau? Kenapa kau ada di ruang ku?" Jika ada satu hari saja, aku dan dirimu memegang langit yang luas ini, maka aku tidak punya apa pun untuk ku sesa...