Siyoo: Regret

322 25 32
                                    


Jadi fanfic ini aku bikin berdasarkan video trailer Siyoo punya Cofedoraa dengan judul yang sama dan aku udah ijin sama yang punya video dan dibolehin ambil idenya buat dijadikan fanfic
Memang ga bakal panjang sih kubikin simple aja di sini dan bakal aku bagi menjadi 2 part
Semoga kalian suka~

*****

Menurutmu kenapa penyesalan itu datang di akhir?
Bagaimana jika seandainya aku meminta pada Tuhan bahwa lebih baik aku yang pergi dibandingkan dia yang pergi?
Bukankah aku yg pantas mendapatkannya?
Hidup bahkan bukan menjadi kata berarti lagi dalam hidupku

Kriiiiiiiingggg!!!
Jam beker dengan sangat keras berbunyi. Seorang gadis dengan rambut silvernya setengah terbangun berusaha mematikan jam bekernya namun ...

"KIM YOOHYEON KAU PIKIR INI JAM BERAPA HAH?" Seorang gadis bersurai ungu mendobrak pintu kamar itu dan gadis itu mengomel.

Mau tak mau gadis berambut silver itu bangun dan melihat siapa yang dengan beraninya mengganggu tidur indahnya.

"Ck Bora unnie. Aku baru ingin mematikan bekerku dan kau sudah masuk ke kamarku." Gadis itu dengan kesal mematikan alarmnya yang terus berbunyi.

"Aku tidak akan kemari jika alarm mu itu tidak menggangguku Yoohyeon-ah. Kau pikir berapa kali alarm mu berbunyi?" Gadis bersurai ungu itu tidak ingin disalahkan.

"Unnie, pergilah. Aku ingin tidur lagi." Gadis bernama Yoohyeon itu menarik kembali selimutnya. Si gadis berambut ungu, Bora dengan kesal keluar dari kamar namun dia sempat bertanya sebelum benar-benar keluar kamar.

"Yoohyeon-ah, alarm mu ini. Kenapa kau menyalakannya di jam ini? Aku berpikir satu hal ..."

"Kau pasti tahu unnie apa yang biasa kulakukan di jam ini." Yoohyeon menjawab dengan cuek.
Bora terlihat terkejut "yak Yoohyeon-ah berhenti melakukan semua ini. Jangan menyiksa dirimu. Ini sudah tiga tahun berlalu. Bagaimana jika ..."

"Oh ada keributan apa ini?" Seorang gadis tinggi masuk ke kamar Yoohyeon. Yoohyeon berdecak kesal karena dia sekarang diganggu 2 unnienya.

"Minji unnie, tolong bawa kembali Bora unnie. Aku lelah."

"Yak kau kenapa mengusirku? Aku bahkan belum selesai bicara." Bora protes karena kini gadis tinggi bernama Minji itu mengajaknya keluar.

"Jja Bora-ya, jangan mengganggu Yoohyeon arra. Kita masih ada kelas siang nanti. Ayo kita tidur lagi."

Bora memilih mengalah. Yoohyeon terlalu keras kepala untuk mendengar kata-kata yang seharusnya dia ingin katakan pada gadis bersurai silver itu. Dia akan selalu kukuh pada pendapatnya jika memang itu benar. Bora hanya tidak ingin dongsaengnya terus hanyut dalam kesedihannya.

*****

"Di mana Yoohyeon?"

"Kau mencari Yoohyeon? Apa kau sudah mengecek kamar?"

"Eobseo."

Ruang tengah yang tadi pagi begitu sunyi kini ramai dengan para gadis yang tengah sibuk dengan kegiatan masing-masing. Minji dan Bora sedang sibuk memasak sementara Yoohyeon menghilang ketika Yoobin, teman sekelasnya mencarinya.

"Kupikir dia berangkat lebih pagi." Seorang gadis berwajah Chinese, Handong mengungkapkan pendapatnya.

Yoobin duduk di sebelah gadis itu sambil merapikan buku yang harus dia bawa untuk kelas pagi ini.

"Mungkinkah? Aku khawatir padanya. Dia belum jauh berubah sejak kejadian itu." jelas Yoobin.

"Yeon masih sering liat Yoohyeon unnie menangis di kamar." Gadis berpipi bakpao, Gahyeon ikut menambahkan.

Dreamcatcher One ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang