SiYoo: Regret (2)

230 23 6
                                    


"Kenapa kau menghampiriku? Bukannya kau takut padaku?"

"Aku bahkan tidak bisa mengerti dengan perasaanku sendiri. Namun aku ingin mencobanya karena aku tidak ingin kehilangan dirimu."

"Senyum mu itu terlalu indah. Aku iri dengan senyum mu yang menghangatkan banyak orang. Ngomong-ngomong terima kasih telah menemaniku selama ini."

"Yoo, jangan bertindak bodoh!"
.
.
.

Yoohyeon terbangun dari tidurnya dengan nafas tersengal-sengal. Mimpi. Kali ini dia memimpikan Siyeon dan justru membuatnya semakin tersiksa.

Yoohyeon lelah menangis. Dia ingin mengakhiri ini semua. Bukankah akan lebih baik untuk dirinya dan juga kawan-kawannya?

"Unnie, kau sudah bangun?" Gahyeon muncul di balik pintu dengan membawa baki berisi makanan dan segelas susu Yoohyeon menoleh dan mengangguk singkat.

"Ayo makan. Apa perlu Yeon suapin?" Gahyeon dengan nada polos bertanya pada Yoohyeon yang terlihat pucat.

"Aniyo. Aku tidak ingin merepotkan mochi kecil ini." Yoohyeon tersenyum tipis menanggapi ucapan Gahyeon.

"Yak, Yeon bukan mochi!" Gahyeon mempoutkan bibirnya kesal membuat Yoohyeon tertawa kecil. Mau tak mau Gahyeon ikut tertawa apalagi sudah lama dirinya tidak melihat unnienya tertawa lagi.

"Unnie ..."

"Hmmm?"

Gahyeon menatap Yoohyeon ragu. Dia menunduk kemudian meletakkan apa yang dia bawa tadi di atas nakas. Yoohyeon tersenyum tipis melihat Gahyeon yang tampak kebingungan.

"Gahyeon-ah, apa ada hal yang ingin kau tanyakan?" tanya Yoohyeon dengan lembut.

"Aniyo unnie. Aku lupa tadi ingin bilang apa pada unnie. Otak Yeon mendadak blank." jawab Gahyeon yang membuat Yoohyeon gemas.

"Baiklah. Unnie akan makan nanti. Apa kau mau menemani unnie di sini?"

Gahyeon mengangguk kemudian duduk di sebelah Yoohyeon "unnie, Yeon lama enggak lihat unnie senyum. Yeon kangen senyum nya Namu unnie."

Yoohyeon tersenyum tipis kemudian dia mengusak rambut Gahyeon gemas. Yoohyeon tak menjawab apapun membuat Gahyeon mengerti bahwa kehilangan orang tercinta ternyata akan seberat itu. Gadis berpipi bakpao itu sebelumnya tidak pernah merasakan kehilangan hingga membuat Gahyeon kebingungan, apakah kehilangan orang tercinta memang sangat menyakitkan.

Cklek!
Pintu terbuka tanpa izin membuat Hyeon sister itu menoleh secara bersamaan. Tampak Yoobin, teman satu jurusan Yoohyeon masuk ke kamarnya dan menatapnya begitu khawatir..

"Yoo, kupikir kau sedang makan?" Yoobin menghampiri Yoohyeon yang hanya tersenyum kecil.

"Jadi, kau mengkhawatirkan ku Bin?" tanya Yoohyeon membuat Yoobin setengah kesal.

"Yak, Yoo! Kau tak menjawab pertanyaan ku?"

"Ish unnie. Ada Yeon ini di sini. Jangan dikacangin dong. Kacang tuh mahal, unnie!" Gahyeon protes karena merasa kehadirannya diabaikan oleh dua sahabat karib itu. Sebenarnya bagi Gahyeon hal itu sudah biasa apalagi ketika dua sahabat itu mengobrol pasti Yoohyeon akan menggoda Yoobin yang lebih kalem. Tapi ini tidaklah menyenangkan jika terus diabaikan.

"Loh, Gahyeon kau di sini?" tanya Yoobin berniat mengusili gadis berkelebihan gizi itu.

"Aish Yoobin unnie. Aku aduin ke Bora unnie nih -_-"

"Yeon keluar. Yeon ga mau jadi kacang -_-" Dengan kesal, Gahyeon keluar dari kamar meninggalkan dua sahabat itu bersama.

Yoobin dengan tenang duduk di sebelah Yoohyeon yang kini mulai mengambil makanannya. Gadis kalem itu menghela nafas, seolah hendak menanyakan apa yang menjadi kekhawatirannya.

Dreamcatcher One ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang