Without You?

230 26 12
                                    


Seorang gadis dengan langkah tergesa berlari melewati lorong yang panjang. Dia tak memedulikan nafasnya yang mulai habis. Pikirannya kini hanya tertuju pada satu orang.

Gadis itu membuka pintu dengan kasar dan menatap tak percaya dengan pemandangan di depannya. Apakah ini benar kenyataan? Atau ini hanya ilusi nya semata? Jika iya tolong bangunkan dia sekarang.

"JIU-YA!" Gadis itu berlari pada sosok yang bersimbah darah di depannya.

"Sua-ssi ..." Sosok yang terkapar tak berdaya itu tersenyum lemah melihat gadis itu ada di hadapannya.

"KENAPA?" Gadis bernama Sua itu menangis sambil menggelengkan tak percaya "KENAPA KAU MELAKUKAN INI? KAU BERJANJI PADAKU UNTUK DI SINI! KATAKAN JIU-YA! KATAKAN PADAKU!"

"Mianhae Sua-ssi ... aku ... uhuk uhuk." Jiu terbatuk hingga mengeluarkan darah dari mulutnya membuat Sua semakin panik dan menangis lebih keras.

"Jiu-ya, kau tidak bisa meninggalkan ku. Jika kau melakukan ini padaku lebih baik kita pergi bersama."

"Sua-ssi, tolong ... jangan lakukan itu. Kau ... urgh ... harus hidup ...dan mengawasi anak itu."

"Bagaimana bisa aku hidup tanpamu Jiu-ya? Katakan bagaimana caranya?"

Jiu memegang pucuk kepala Sua "kau gadis yang kuat Sua-ssi. Kau ... bisa melakukannya."

"Jiu-ya kau bodoh." Sua menangis kemudian dia meletakkan kepala Jiu di paha nya "Kau gadis paling bodoh yang aku kenal. Dan aku membenci mu tapi juga mencintaimu."

Jiu tersenyum "gomawo Sua-ssi. Aku ... juga mencintaimu."

Sua menggenggam tangan Jiu dengan penuh rasa sayang. Dia mengelus pipi kekasihnya dengan lembut. Tangan Jiu perlahan terulur mengusap air mata Sua.

"Uljima. Jika kau menangis aku ... urgh ..." Jiu memegangi perutnya yang terasa begitu menyakitkan. Dia merasa nyawanya di ujung tanduk.

Dia memang sengaja melakukan semua ini bahkan mengorbankan segalanya hanya untuk menebus semua rasa bersalahnya saat ini.

Jiu merasa sedih sekaligus lega. Sedih karena dirinya akan berpisah dengan Sua. Lega karena merasa dosanya telah ditebus meski harus mengorbankan nyawanya sendiri.

Kau sama seperti ayahmu. Tak pernah merasa ragu dalam melakukan sesuatu. Aku bangga padamu

"Jiu-ya tunggulah aku di sana. Setelah amanatmu selesai, aku akan menyusulmu. Aku berjanji padamu, hmm?" Sua mengeratkan genggamannya sambil tersenyum meski pedih yang dia rasakan..

Jiu-ya kau pasti merasa lega saat ini bukan
Aku tak menyangka jika kau memilih mengorbankan semuanya termasuk nyawamu sendiri
Jika anak itu tahu alasanmu, apakah dia akan menyesalinya?

"Sua-ya ah bolehkan ...... aku memanggilmu seperti itu?" Jiu tersenyum

Sua mengangguk dengan cepat "gomawo. Aku sudah lama menginginkan panggilan itu."

"Aku pergi ne? Tolong ... uhuk uhuk jaga anak itu ... meski ... uhuk uhuk dari jauh. Pastikan ... kau berada di sisinya ketika ... dia terjatuh."

"Ne, karena ini adalah amanatmu aku akan melakukannya."

Jiu kembali tersenyum " annyeong Sua-ya. Neomu ... saranghae"

Sua berusaha keras menahan tangisnya meskipun akhirnya keluar begitu keras. Sua memeluk erat kekasihnya. Tak peduli pakaiannya akan bersimbah darah. Kini kekasihnya sudah meninggal. Meskipun sedih, dia bersyukur dirinya ada di saat-saat terakhir Jiu.

Jiu-ya aku sangat mencintaimu. Tolong tunggu aku di sana dan kita akan bersama kembali seperti dulu

.
.
.

Setelah memakamkan Jiu, dengan berat hati Sua pergi meninggalkan istana besar itu.

Sua memandangi istana itu perlahan. Mengingat kembali kenangan yang sudah dia alami selama di sini.

Termasuk

Bertemu Jiu

Mungkin itu adalah hal terindah yang bisa dia kenang saat ini.

Sua dengan mantap berjalan meninggalkan istana indah yang kini terlihat begitu kacau.

Aku akan kembali ketika saatnya tiba

.
.
.






Aku lagi kobam sama Jibo malah bkin ff begini
Tolong jangan timpuk aku ya TT

Dreamcatcher One ShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang