Dinner malam itu sangat berdampak pada hati yang gersang, seperti muncul kehidupan di sana. Namun lagi-lagi aku tersadar, bahwa aku tidak bisa menikmati kehidupan yang diturunkan hujan. Karena nyatanya hujan hanya turun sesaat, dan akan berlalu. Apalagi hujan itu hanya gerimis yang hanya melembabkan tanah, namun aku terlalu bahagia dengan tetesnya.
'Kamu harus sadar Rania. Dia tidak pernah memperlakukan mu istimewa. Semua yang dia lakukan hanya meminta bantuan mu untuk menyenangkan hati tunangannya. Ingat dia selalu berkata kau adalah sahabat terbaiknya.'
'Seperti patah hati saja, padahal belum memiliki.' ucap ku dalam hati kemudian hanya tersenyum getir.
"Semua harus aku perbaiki, terutama hati ini." ucapku berbicara dengan diri sendiri.
Aku berencana membawakan makan siang untuk Vino, ya sekalian makan siang bareng fikirku. Karena aku tidak mungkin pulang untuk memasak, aku hanya membeli masakan padang. Aku harus mengubah semua ini menjadi biasa saja. Sesampainya di rumah Vino aku menekan bel. Tidak lama Vino membuka pintu. Terlihat dia mengenakan kaos putih polos dan celana jeans selutut berwarna biru.
"Ran, ngapain ke sini?" Ucap Vino seperti bingung.
"Emangnya nunggu ada perlu baru boleh main ke rumah kamu?"
"Orang jelek jangan sering-sering marah, nanti tambah jelek." Ejek Vino.
"Ya udah aku pulang ne." Ancam ku dengan berpura-pura akan pergi. Namun dia tetap diam, aku menoleh kembali menghadapnya.
"Vi--no..." teriakku kesal.
Dia tertawa lepas.
Bukannya di suruh masuk malah di ejek. Ditahan kek biar aku gak pergi. Ne anak emang nyebelin."Iya..iya ayo masuk, maaf agak berantakan." Ucap Vino masih dengan senyum dan memberi ruang untuk ku masuk. Saat aku melewatinya dia mengacak rambutku. Perlakuannya membuat pipiku memerah.
Padahal aku udah biasa main kerumahnya, tapi kok rasanya canggung ya. Aku langsung menuju meja makan dan meletakkan makanan di atas meja. Vino menghampiriku
"Bawa apaan?" Ucapnya sambil mengintip isi plastik yang aku bawa.
"Makanan, udah makan siang belum?" Tanya ku yang berlalu ke dapur untuk mengambil piring dan sendok.
"Belum. Kelihatannya enak ne." Ucapnya mencium makanan itu.
Tiba-tiba bel rumahnya berbunyi. Aku melihat Vino ke depan untuk membuka pintu. Tak berapa lama dia kembali dengan seseorang. Tepatnya wanita, Vino melingkarkan tangannya di pinggang wanita tersebut. Tiba-tiba ada rasa ngilu di ulu hati melihat pemandangan itu.
'Sadar Ran. Kamu hanya benalu di hubungan mereka. Mereka sebentar lagi akan menikah. Apa yang kau inginkan. Selalu di sisi Vino akan selalu menyakitkan hatimu.' Ucap batinku.
"Siapa Vin?" Ucap lembut wanita itu.
Aku merasa tidak ada apa-apanya di banding wanita itu. Untuk suara saja aku sudah kalah, apalagi fisik. Pantaslah Vino sangat memujanya. Dia memang perempuan sempurna.
"Perkenalkan sayang, sahabatku." Ucap Vino yang masih tetap menatap wanitanya. Sunguh sakit aku melihat kemesraan di depan ku ini.
"Rania" ucapku sambil mengulurkan tangan.
"Vanesa" ucapnya membalas uluran tangan ku.
"Tidak lama lagi kami akan menikah." Ucap Vino yang memang sedari tadi tidak melepaskan pandangannya dari wajah wanitanya itu. Malah dia semakin mendekatkan tubuh wanita itu ketubuhnya. Dengan melingkarkan kedua tangannya, kemudian mengecup lembut pipinya. Melihat hal itu aku membuang pandangan, menahan sesak di hati. Mataku sudah terasa panas.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA sang MANTAN ✔ (TAMAT) ✔
RomanceMengisahkan seorang wanita yang berusaha lepas dari kisah cinta masa lalu. Menata hidup tanpa hadirnya seseorang yang akan memberikan perhatian. Saat dia mampu mengubah hidupnya, sosok masa lalu kembali hadir membawa cinta yang pernah mati. Di saat...