BAB 17 - Tegar

640 45 5
                                    

Mobil Mas Firman berhenti tepat di depan rumah Bella. Aku memilih untuk tetap berada di dalam mobil, tidak ikut menjemput Syifa di dalam. Tidak berapa lama Mas Firman keluar dengan Syifa disisinya dan juga menampilkan mantan istri Mas Firman. Wanita itu bergelayut manja dibahu Mas Firman. Menampilkan sosok keluarga bahagia. Ya, memang mereka sangat serasi. Bodohnya aku, masih saja membiarkan cinta yang sudah usai kembali bersemi. Saat Mas Firman pamit akan pergi, Bella memeluk Mas Firman dan memberikan kecupan singkat di pipi pria itu. Terlihat wajah Mas Firman tegang, sesaat kemudian senyum manis menghiasi wajah tampannya. Bella sedikit menunduk untuk mencium anak gadisnya.
Kini mereka berjalan menuju mobil. Saat pintu mobil dibuka, Syifa menghambur memelukku.

"Tante, Rania."

"Cantiknya, Tante. Tante kangen banget sama, Syifa." Masih memeluk tubuh mungil dengan paras cantik dan imut.

"Syifa, juga kangen banget sama Tante. Papa gak bilang kalau ada tante jemput Syifa!" Dengan bibir sedikit dimajukan, membuat diri ini semakin geram untuk mencubit pipi yang seperti gula-gula.

"Kejutan! Syifa, senang gak?"

"Seneng banget, Pa. Syifa, pengen main sama Tante Rania, selama-lamanya." Syifa kembali memeluk tubuh ini dengan erat, seperti takut untuk berpisah.

"Kalau gitu, gimana kalau Tante Rania tinggal sama papa dan Syifa?"
Spontan aku menoleh menatap Mas Firman dengan geram.

"Mas, kamu apa-apaan sih. Syifa, masih kecil belum tahu apa-apa." Aku protes dengan ucapan Mas Firman. Tidak seharusnya dia melibatkan Syifa. Kalau seperti ini, sama saja tidak bisa menyelesaikan masalah. Bagaimana caranya mengatakan semua ini padamu, Mas.

"Lambat laun dia harus tahu dan mengerti, Ran."

"Tapi aku belum memberikan jawaban untuk mu, Mas." Aku berusaha menahan emosiku sekuat mungkin.

"Tante sama papa kok bertengkar?"

"Gak kok sayang, papa dan tante Rania gak bertengkar. Orang dewasa kalau ngomong suka gitu, kayak lagi marah. Tapi sebenarnya kami sedang bercanda. Iyakan, Papa Firman?"

"Iya sayang. Ini papa lagi bercanda." Ucap Mas Firman yang langsung mengelus lembut rambut anak gadisnya.

"Tapi, Mama dan Papa dulu juga sering bercanda seperti itu. Lalu Mama punya runah sendiri dan gak tinggal sama Papa."

Seketika air muka Mas Firman berubah menjadi tegang. Gerahamnya mengeras, mungkin ada sesuatu yang bergejolak di hatinya. Kenapa anak sekecil ini sudah melihat pertengkaran orangtuanya. Tak sadarkah apa yang sudah mereka lakukan untuk masa depan Syifa. Kamu benar-benar egois, Mas.

"Nanti, kalau Syifa udah besar seperti Mama Bella. Syifa akan paham kalau orang dewasa bercandanya suka gak lucu."

"Iya, Tante. Syifa suka takut lihat Mama sama Papa bercanda. Tapi Tante Rania beneran mau tinggal sama Syifa dan Papa?" saat mulut ini siap mengeluarkan kata-kata. Dengan cepat Mas Firman mendahului ucapanku.

"Kalau Tante Rania, jadi mama Syifa, Syifa mau gak?"
Sontak mata ku melotot menatap Mas Firman. Ini sungguh gak lucu. Mas Firman keterlaluan.

"Mama bilang, Syifa gak boleh punya Mama lagi selain mama Bella. Mama baru nanti galak sama, Syifa."

"Tapi Tante Rania, baik. Tante Rania juga sayang sama Syifa. Syifa juga seneng main sama Tante Rania 'kan?"
Terlihat wajah imut dan cantik itu penuh tanda tanya. Anak sekecil itu tidak akan mudah menerima orang lain di dalam hidupnya untuk menkadi ibu ke-dua baginya.

"Mas, udah cukup. Ini udah gak lucu." Aku masih terus berusaha menahan emosi dan menekan suara agar tidak meninggi. Bagaimanapun kami tidak boleh terlihat bertengkar di hadapan Syifa, dia terlalu kecil untuk melihat pertengkaran. Sudah cukup dulu orangtuanya meracuni hari indah anak ini.
Aku mengalihkan perhatian Syifa dengan bercerita.

CINTA sang MANTAN ✔ (TAMAT) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang