BAB 8 - Tulang Rusuk

634 40 1
                                    

Setelah pulang kerja, aku kembali ke rumah untuk membersihkan diri. Hari ini aku berniat untuk pergi ke rumah Mas Firman menjenguk Syifa. Gadis kecil nan cantik dan menggemaskan itu berhasil membuat aku selalu merindukannya. Dengan mengenakan kemeja berwarna cream bermotif bunga-bunga dan di padukan dengan rok berwarna kuning selutut, aku memutuskan untuk langsung ke rumah Mas Firman.

 Dengan mengenakan kemeja berwarna cream bermotif bunga-bunga dan di padukan dengan rok berwarna kuning selutut, aku memutuskan untuk langsung ke rumah Mas Firman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesampainya di rumah Mas Firman aku langsung memencet bel rumahnya. Namun bukan Mas Firman yang membuka pintu, melainkan seorang ART yang sudah aku kenal.

"Masuk non Rania. Tuan ada di dalam." Sapa wanita yang sudah berumur tersebut.

"Maksih ya Bi." Ucapku masuk dan duduk di sofa. Walaupun aku sering main ke sini, aku masih malas untuk terlalu lancang. Walaupun Mas Firman memberikan aku kebebasan. Namun aku enggan membiasakan diri. Aku mendengar langkah kaki mendekat kearah ku.

"Udah lama." Sapa Mas Firman. Aku menoleh kearahnya dan tersenyum.

"Baru kok mas. Bagaimana keadaan Syifa?"
Belum sempat Mas Firman menjawab, Syifa sudah berlari menghampiri dan langsung memeluk ku.

"Tante, Syifa kangen." Ucap Syifa manja dipelukanku.

"Tante juga kangen kamu sayang. Maaf ya tante baru bisa jenguk." Ucapku kemudian mencium pipinya.

"Syifa udah sembuh kok tante. Syifa senang tante kesini lagi."

Waktu ku hampir aku habiskan untuk berbicara dengan syifa. Mendengarkan anak itu berceloteh dan bercerita lebih tepatnya. Mas Firman hanya mengamati kami dan sesekali tersenyum melihat ku. Hingga akhirnya Syifa tertidur karena memang kondisinya belum senbuh betul.

"Makan dulu yuk." Ajak Mas Firman. Aku hanya diam, sebenarnya aku ingin menolak.

"Anggap saja sebagai ganti makan siang yang tertunda." Ucapnya dengan senyum manisnya.

"Ini udah malam mas."

"Kalau nunggu siang, keburu di duluin orang."

Inimah nyinggung, kena banget ke hati. Berarti dia memang tahu kalau aku pergi dengan Vino. Aku memang salah, terima aja kalau orangnya marah.

"Maaf." Ucapku kemudian menggigit bibir bawahku.

"Kalau mau di maafin, sun aku dulu."

"Ih genit banget sih. Minta sun aja sama tembok."

"Di sini ada cewek cantik masak mintanya ama tembok. Mana ada perlawanan." Ucapnya dengan tertawa.

"Dasar duda mesum. Tapi, tumben mujinya gitu, itu jujur gak mujinya?"

"Jujur dong Ran. Kamu itu memang cantik."

"Eemmb.... Dulu aja gak pernah muji. Pasti selalu bilang aku udah hitam, jelek, hidup lagi. Sampai di bilang aku pakai pelet biar kamu suka ma aku."

"Iya maaf, aku gak bermaksud menghina ciptaan Tuhan yang paling sempurna."
Ah wanita,baru di gombalin kayak gitu aja ne hati udah berbunga-bunga.

CINTA sang MANTAN ✔ (TAMAT) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang