Leta yang berjalan sambil menundukan kepalanya ke arah cafe, untuk menutupi mata sembabnya.
"Ey, ngapain kamu nunduk gitu liat abang dong" ucap Ezza sambil menyanggah tangan di dagu Leta
"Kamu kenapa? Kok nangis sih? Coba cerita." Lanjut Ezza
"Bang...."
"Ehm?"
"Elmer kaya papa bang"
"Maksud kamu gimana sih? Ngomong yang bener coba"
"Elmer ternyata nyembunyiin semuanya bang, hiks.. Leta takut Elmer ninggalin aku bang, aku denger semuanya"
"Umm, tenang ya sayang. Elmer gak akan ninggalin kamu kok, buktinya Elmer kuat sampe sekarang dia masih bertahan kan, kamu jangan pikirin yang enggak-enggak okay, mending kamu pulang terus tenangin diri kamu dulu ya."
"Iya bang"
Tepat seminggu, setelah kejadian kemarin yang sempat memberi luka di hati Leta, dan tepat seminggu juga Elmer tidak masuk sekolah.
Leta yang terus mencoba menghubungi Elmer untuk mendapatkan kabarnya, tapi percuma hasilnya nihil. Leta tidak berani untuk mencoba me rumah Elmer, ia takut akan di usir telak saat Elmer melihat wajahnya.
Disisi lain,
Tepat seminggu juga, Elmer tidak keluar kamar. Ia mengunci dirinya di dalam kamar tersebut, mama dan papa nya sangat khawatir karena, Elmer tidak meminum obatnya dalam seminggu. Suara erangan dari Elmer pun sering terdengar.
Rasa khawatir sang orang tua sudah berlipat-lipat, papa Elmer sudah berusaha membuka pintunya dengan kunci cadangan tapi dari dalam kunci itu telah menggantung. Dengan cara lain akan Bram lakukan, seperti hari ini. Sudah cukup Rita selalu menangis saat mendengar anaknya meronta-ronta kesakitan.
Kali ini Bram akan mencoba untuk mendobrak pintu putih kokoh itu.
Duk... duk... brakk..
Pintu itu terbuka dan terlihat anak semata wayangnya yang tengah tergeletak di bawah lantai, dengan sigap Bram membopong Elmer dan langsung mebawanya ke mobil untuk di bawa ke rumah sakit. Selama perjalanan, Rita berusaha menguhubungi Vero untuk memberitahu keadaan anaknya.
Terdengar dorongan brankas rumah sakit dengan sangat cepat.
Beberapa jam berlalu, dan Elmer tetap memejamkan matanya, membiarkan jiwanya bermain di alam bawah sadarnya.
Disini lah sekarang Elmer, kembali ke tempat yang tidak pernah ia suka, ventilator telah menempel di mulutnya. Yang jelas untuk menunjangnya hidup. Tak lupa juga elektroda pun menempel lekat di dada bidang tapi kurus itu.
Ya, Elmer sekarang di ICU. Entah kapan nitra abu-abu itu membuka, sang mama terus mendampinginya dengan mengelus tangan putih nan halus itu. Tak disangka-sangka jari lentiknya itu bergerak.
"Ver! El sadar" teriak Rita sambil berlari keluar ruangan ICU
"Oke gw periksa dulu. Lu tunggu di sini, El pasti kuat. Lu tau itu" tutur Vero menenangkan Rita
Nitra itu kembali bersinar tapi nampak sayu, Elmer sadar. Setelah beberapa pemeriksaan Elmer dipindahkan ke ruang rawat.
Tentu, banyak ocehan yang akan dikeluarkan Rita dan Bram untuk menasehati Elmer. Mereka bingung, mengapa Elmer sedikit berubah, seperti sedikit membantah, lupa minum obat, makan tak sehat. Itu lah yang membuat Rita dan Bram khawatir.
Matahari pulang, datang lah bulan yang menerangi kegelapan. Ventilator yang menancap di mulut Elmer telah terlepas dari sore, sekarang hanya menampilkan infus yang terpadang di tangan kurusnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HERZ
Teen Fiction{Sebelum baca lebih baik follow ya guys🥰} menghilangkan seluruh emosi, aktivitas, pertemanan? apa itu hidup? dengan seluruh kesempurnaan yang dimiliki, mengapa harus menghilangkan kebahagiannya?. Elmer Collins cowok perfect blasteran US-Indo yang m...