11

1.2K 53 0
                                    

Pagi ini Elmer datang menjemput Leta tanpa direncanakan. Ketakutan Elmer sangat kuat, untuk menjaga Leta dari jangkauan Adrian.

Mobil putih itu melaju ke perumahan yang sederhana tapi nampak asri. Turunlah kaki jenjang itu di rumah Leta.

"Eh Mer, tumben jemput Leta lo?" Tanya Ezza

"Gw da denger semua ceritanya bang, gw mau jaga dia" jawab Elmer tegas

"Gw percaya sama lo" ucap Ezza

Leta keluar dari balik pintu menampilkan badan mungilnya yang hanya setinggi pundak Elmer.

"Kok Elmer di sini?" Tanya Leta bingung

"Jemput lo!"

"Asik"

Mereka berjalan menghampiri mobil putih itu, dan duduk dalam tenang dengan sedikit perbincangan walau hanya Leta yang berbicara, karena mahalnya kata-kata Elmer.

Mobil putih itu telah tiba di depan sekolahan.

"Ayo turun!" Ajak Leta semangat

Baru saja mereka turun, terlihat batang hidung yang membuat mood Leta dan Elmer turun seketika menjadi buruk. Siapa lagi kalau bukan Adrian, smirk miliknya dapat mengintimidasi hati Leta.

Tanpa pikir panjang, Leta mengumpat di balik tubuh Elmer. Dirinya terlihat sekali gemetar, teringat dengan apa yang telah Adrian berikan goresan yang tak dapat hilang di ingatannya.

"Ayo!" Ajak Elmer sambil menggandeng tangan Leta yang sangat gemetar.

Bukannya masuk ke kelas, Adrian pergi ke rooftop yang akan menjadi spot favoritnya. Kali ini ia sedang tidak mood untuk membahas Leta. Ia sedang pusing memikirkan seluk beluk keluarganya.

Diambilnya benda pipih dari saku kantongnya. Untuk ukuran cowok yang bisa di bilang most wanted di sekolah lamanya notifikasi ponselnya termasuk paling banyak.

Entah dari para penggemarnya atau pun keluarganya yang benar-benar gak jelas. Tepat minggu nanti ia akan bertemu adik dari ayahnya yang selama ini ia tak pernah tahu itu siapa.

Hatinya terus berkata ia ingin seorang saudara untuk melimpahkan kesedihan dan kepenatan hatinya. Tapi apa boleh buat, ayahnya telah melepas nama keluarga besarnya demi seorang wanita yang telah meninggalkannya. Walaupun ia tahu ia lahir dari rahim wanita terlarang itu.

"Arghh" gerutunya kesal sambil mengacak rambut coklat legam ikalnya.

Notifikasi menunjukan hari dimana ia akan bertemu sepupu, tante, om yang sangat ia nantikan. Gerogi, panik, malu, takut, bahagia, sedih, semua membuat hati ia bercampur dari satu.

Sekolah berjalan seperti biasa tapi Adrian tetap tidak tampak masuk untuk mengikuti jam pelajaran.

"Let, are you okay? You look so panic?" Tanya Elmer

"Hmm, gk kok. Cuma takut aja kok Adrian gak masuk-masuk ya?"

"Mungkin bolos, yaudah kita pulang aja ya, gw capek banget. Takut drop gw"

"Yaudah"

Di mobil entah mengapa Elmer ingin sekali memberitahukan sesuatu ke Leta.

"Hmm gw mau cerita Let!" Ajak Elmer

"Yaudah, cerita aja, lagian gw gak pernah denger lo cerita"

"Minggu nanti gw ketemu kakak dari bokap gw yang udah pernah meninggalkan nama keluarga besar gw"

"Oh bagus dong"

"Gw takut"

"Takut kenapa coba? You'll have a cousins, and maybe he/she could take care of you"

"Gw takut kalo dia gak nerima dengan segala kekurangan gw. Gw takut dia nyesel balik ke keluarga ini"

*minggu*

"El! Kamu udah siap belum, entar kakak papa nungguin kan gak lucu" teriak Bram memengakkan telinga Elmer

"Sabar pa, aku udah mau turun nih" di tangga Elmer sedikit memegang dada kirinya, ia tahu jika tubuhnya sedang tidak baik-baik saja. Tapi ia harus lawan

"Kamu kenapa? Hati-hati ya sayang!" Sahut Rita melihat Elmer yang merutuki perihnya dadanya daat ini.

"Mas, mending Elmer gak usah ikut? Dia kayanya gak fit gitu" tanya Rita ke Bram

"Ih mama, aku kan mau ketemu sepupu aku, masa gak ikut sih"

"Kamu yakin?" Tanya Bram

"I'm fine pa"

Mobil itu terus berlaju ke arah restoran yang telah di reservasi mereka. Ternyata setelah sampai, keluarga Bram lah yang pertama sampai, kakanya itu belum tiba.

"Untung kita duluan ya kan?" Kata Bram

"Iya mas" jawab Rita

Sambil senggang menunggu kaka Bram datang, Elmer masih adik dengang ponselnya ( chatan dengan Leta ) samali tibalah seseorang yang sangat Bram rindukan.

"Mer!" Panggil Bram untuk melihat seorang pamannya, dan tentu sepupunya.

"Lo!" Sahut cowo itu sangat tak percaya

"Ha.." kata aneh yang keluar dalam mulut Elmer

"Kenapa harus lo yang jadi sepupu gw?" Tanya cowo itu

"Jaga omongan mu Adrian!" Bentak Bastian seraya ayah dari Adrian dna juga kaka dari Bram

"Argh..arg" entah mengapa rintihan pilu itu keluar dari bibir tipis Elmer, ia sangat kesakitan sekarang. Pasokan oksigen yang harusnya dapat ia hirup menipis. Lebih tepatnya ia bisa dibilang jika ia sedang mendapatkan Asthma attack atau bisa di bilang serangan jantung.

Tanpa basa-basi Bram langsung membopong Elmer dan meletakkan ke kursi mobil, ia tahu jika anaknya sedang dalam masa terburuknya.

Elmer perlahan menutup netra indahnya dengan kelopak mata yang tak kalah indah. Ia pingsan

*rumah sakit*

Tubuh kurus itu terlihat memasuki ruang UGD, khawatir, panik itu lah yang melanda hati seorang Rita dan Bram. Tampak seorang yang wajahnya tak jauh beda dengan Bram berlari menghampiri Bram.

"Eh, sorry ya, gara-gara anak gw, Elmer jadi kaya gini." Ucap Bastian sangat menyesal.

"Elmer Bas, dia pasti baik-baik aja kan?" Tanya Bram ragu dengan gemetar

"Iya Elmer pasti akan baik-baik aja, maaf banget untuk Adrian ya, gw gak tau kalau Adrian akan seperti itu"

"Iyaa Bas"

Disana lah Elmer berbaring, menggunakan alat penopang hidupnya. Mata yang tertutup, kulit pucat, dan tenang.

*rumah Bastian*

Di lemparnya pintu terbuka menampakkan kekesalan yang luar biasa. Bastian berjalan memasuki rumahnya, diiringi oleh anaknya yaitu Adrian.

Dengan wajah yang nampak kesal Bastian mulai mengeluarkan omelannya kepada sang anak.

"Kamu itu! Diajarin sopan santun gak sih! Inget! Itu saudara kamu!" Omel Bastian "syukur-syukur papa kasih tahu siapa saudara kamu! Andai kamu gak lahir dari cewe sialan itu! Ah capek papa" lanjut Bastian.

"Siapa suru papa bikin aku ada? Hah!" Lawannya

"Berani kamu! Inget semua fasilitas itu dibawah naungan papa! Mau papa cabut! Inget mulai besok kita akan mulai tinggal di samping rumah Bram! Jadi kamu harus akur sama Elmer, tanpa pengecualian!" Tutur itu membuat Adrian entah mengapa kesal.

Adrian berlari ke kamarnya dan mendobrak kamarnya dengan kesal. Entah apa hal yang dipikirnya saat itu hanya rasa bersalah dan kesal.


Tbc

HERZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang