Terpejamnya mata itu membuat hati Adrian tenang, setidaknya Leta sudah bisa di kontrol. Tanpa lama, Adrian melangkahkan kakinya dengan pelan dan hati-hati agar sang empunya tak terusik tidurnya.
Dengan sedikit langkah yang gontai Adrian kembali dengan kesadarannya, karena ada sesuatu yang bergetar dari saku celananya. Ponsel itu menunjukan notif dari sang papa, sebenarnya Adrian malas untuk membalas pesan itu tapi tiba-tiba ia teringat dengan perkataan Elmer.
'mau gimana pun juga itu bokap lo Yan! seburuk apapun itu dia tetaplah bokap lo. karena bagaimana pun juga dia masih satu tali darah sama lo. Anggep aja kaya gini pelukan bokap lo mungkin gak bisa memeluk lo seerat dan sehangat pelukan nyokap lo karena dia takut kalau menyakitin lo dan takut terlalu mencintai lo sampe dia gak akan sanggup untuk ngelepasin lo, tapi dia gak akan pernah ragu untuk ngejaga lo tanpa pernah mikirin itu. Pada intinya sosok yang lo benci itu pasti pernah nangis cuma untuk lo, dan pada faktanya dia masih mau ngedampingin lo'
Entah perkataan itu tiba-tiba terngiang dikepala Adrian, Elmer selalu berusaha menutupi seluruh luka dengan apik hingga jarang orang mengetahui pahitnya kehidupannya.
Pesan singkat yang ditulis sang papa membuat bibir itu tertarik sedikit keatas dan menampilkan senyuman pada mata indahnya.
" Cepetan ke rumah! papa punya kabar baik untuk kamu sama Leta "
Tanpa rasa ingin membalas pesan itu, ia malah dibuat lari ke luar untuk segera membelah macetnya perkotaan. Sekarang yang ada dipikaran Adrian adalah Elmer, ini pasti menyangkutnya karena papa nya bilang ini berita baik untuk dirinya dan Leta.
kabar baik apa? apa kabar tentang El? atau apa?.Entah lah seluruh pikiran ini mungkin hanya abu-abu. Dengan cepat gw langsung siap-siap menuju rumah untuk mendengar kabar apa yang papa bilang baik untuk gw sama Leta.
Rumah minimalis putih itu terlihat dilintas oleh anak muda dengan jalan gontai, siapa lagi kalau bukan Adrian. Dengan sangat malas, Adrian mendorong daun pintu yang gagah itu. Dibalik pintu itu sudah terlihat ada seorang yang sangat menyambut dirinya, tanpa aba-aba Bastian atau yang kerap kita ketahui sebagai papanya langsung memeluk tubuh sang putra dengan erat. Walaupun ada air mata yang jatuh dari pelupuk mata sang papa tapi itu dapat disimbolkan kalau itu air mata kabahagiaan.
Dengan raut wajah suram dan tak tahu apa yang terjadi Adrian sedikit melepaskan pelukan sang papa perlahan lalu menunjukan wajah pias bertanya. Karena sang papa sangat tanggap apa yang dimaksud dengan raut wajah sang putra Bastian langsung membuka suara dengan apa yang terjadi.
"kamu pasti punya pertanyaan kan?" kalimat tanya itu memecahkan keheningan yang ada di dalam ruangan itu.
"what's going on?"
"this is miracle. Kamu bisa sembuh, and Leta bisa lihat kamu lagi. besok kita akan cek untuk persiapan operasinya"
" what? is it for real? " tak tahu mengapa tapi bibir ku menariknya ke atas memberi simbol tersenyum.
"Jadi kita udh nemu donor yang cocok pah?" Lanjutku, dengan perasaan yang bercampur aduk.
Mungkin malam ini akan menjadi malam yang panjang. Entah mengapa sepertinya besok aku harus memberikan kabar baik ini, dan gw harus ngasih tau El tentang hal ini. Apa malam ini gw telfon El aja ya untuk kabar baik kaya gini, setelah gw pikir-pikir lagi memang harus malem ini juga.
Tak lama kemudian dering ponsel itu terhubung rasanya tak sabaran mendengar suara El lagi. Tak butuh menunggu lama, sambungan itu terhubung.
"Hey! What's up bro! Kangen parah gw sama lo!!" Sapa ku.
"Eh Adrian ya? Ini tante sayang. El barusan udah tidur. Maklum jam disini sama disana kan beda" sapa gw ternyata di balas oleh tante Rita, ada perasaan kecewa but karena gw mendengar tante Rita baik-baik aja membuat gw tenang karena El pasti baik-baik aja.
KAMU SEDANG MEMBACA
HERZ
Teen Fiction{Sebelum baca lebih baik follow ya guys🥰} menghilangkan seluruh emosi, aktivitas, pertemanan? apa itu hidup? dengan seluruh kesempurnaan yang dimiliki, mengapa harus menghilangkan kebahagiannya?. Elmer Collins cowok perfect blasteran US-Indo yang m...