17

1K 36 1
                                    

Leta hanya menidurkan badannya dengan menghadapkan wajahnya ke arah bantal. Tak terasa air mata jatuh begitu saja, gw harus kuat, gw harus bisa lebih kuat dari Elmer. Gw gak boleh gini terus. Gumam Leta menguatkan hatinya sambil mengusap seluruh kristal bening yang jatuh ke pipinya.

-

Dimana hari setelah Adrian melakukan cuci darah, hari-hari berjalan dengan lancar. Meski Elmer tak menunjukan respon untuk membuka netranya. Leta berujuk-ujuk menjadi dekat lagi dengan Adrian, dan sedikit demi sedikit rasa benci itu sirna dengan sendirinya.

Tak terasa sudah seminggu berlalu, Adrian sekarang menggantikan posisi Elmer yang biasanya menemani Leta duduk di bangku kelas, sekarang Adrian lah yang membantu menegarkannya.

Belakangan ini Leta sedang sibuk, dikarenakan perkumpulan osis, ia joined osis untuk menyibukan diri agar tak terlalu stress dengan keadaan Elmer. Tapi Leta tetap memperjuangan Elmer.

Dimana suatu ketika ponsel Adrian berdering, menampilkan papanya menelefon. Segera ia angkat.

"Bentar ya, gw angkat telefon dulu" kata Adrian meminta izin ke Leta yang sedang asik memakan snack di meja kelasnya, sebab jam kosong yang melanda kelas itu.

Dan hanya anggukan lah yang dapat menjawab izin Adrian. Segera Adrian keluar kelas untuk menjawab telefon dari papanya. Dan sekarang Adrian menjadi dekat dengan papanya.

"Yan halo?" Sapa papanya

"Ya kenapa pa?" Tanya Adrian

"Uhm itu, kamu kesini sekarang ya? Papa udah izinin kamu ke pa Anto"

"Kemana pa?"

"Rumah sakit lah"

"Lah siapa yang sakit, aku aja baik-baik aja"

"Elmer sadar, Yan!"

"Oh oke, aku ajak Leta ya"

"Eh jangan Yan"

"Kenapa pa?"

"Elmer bilang, dia cuma butuh kamu aja, untuk urasan Leta nanti, dan kamu jangan bilang kalo Elmer udah sadar ke Leta, okay?"

"Oke deh pa"

Sambungan itu pun terputus, lantas Adrian memasuki ruang kelasnya lagi. Dan bersiap-siap membereskan barangnya.

"Lo mau kemana?" Tanya Leta bingung

"Ada pertemuan bisnis papa Let, gw izin dulu ya" balas Adrian

"Uhm okay!"

Adrian langsung beranjak dari bangkunya, dan pergi meninggalkan kelas menuju parkiran. Ia mengendarai mobilnya dengan laju cepat, untuk segera ke rumah sakit dimana Elmer berada.

Seorang pemuda berjalan dengan tergesa-gesa menuju ruangan Elmer, dan setibanya di depan pintu ruang rawat itu. Hati Adrian sangat kacau, ia takut untuk bertemu dengan Elmer lagi.

Ceklek...

Bunyi pintu terbuka.

"Hey!" Sapa Adrian ke Elmer yang hanya di balas senyuman sama Elmer

HERZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang