Permainan biola terdengar apik dia mainkan, melodi sedih menghiasi alunan indah permainan biola itu, air mata tentu pasti akan menetes jika mendengarnya.
Tetapi, tidak dengan Rosé.
Dia memainkan melodi itu dengan raut sedih namun, tidak mengeluarkan air mata sedikit pun. Air matanya telah kering seiring kematian kedua orangtuanya yang mengenaskan sepuluh tahun yang lalu, orangtuanya tewas akibat di bunuh tepat di hadapannya. Sejak itu, ia jarang bicara bahkan ia tidak berteman dengan siapapun. Karena dia sangat dijaga ketat oleh seluruh pelayannya, kini. Usianya sudah menginjak dua puluh satu tahun sebentar lagi ia akan resmi menjadi pewaris Rosaline Group. Tepatnya tiga bulan lagi ia akan berulang tahun.
Tiga bulan ini tentu di hari-hari penting, telah banyak orang yang berusaha untuk membunuhnya. Bukan tidak mungkin untuk seorang pewaris berada dalam suatu bahaya, selama ini pembantu senior dirumahnya lah yang menjaganya. Yaitu Lee Ahjussi. Lee Ahjussi sudah lama menjadi kepala pembantu di rumah tersebut, ia sudah seperti Kakek bagi Rosé.
Lee Ahjussi juga sangat hutang budi kepada orang tua Rosé, oleh sebab itu beliau menjaga Rosé sangat protektif.
Hingga kini apabila Rosé mencapai usia dua puluh satu tahun, karena sudah dewasa Lee Ahjussi akan segera memutuskan pensiun, walaupun di usianya rentannya ini ia tetap bertahan untuk menjaga Rosé. Permainan biola itu terhenti karena Lee Ahjussi mengetuk pintu kamarnya.
"Silahkan masuk," ucap Rosé lembut.
"Nona, ada kabar buruk."
"Ya? Apa itu?" Raut muka Rosé bingung mendengar ucapan Lee Ahjussi.
"Paman anda, Park Hae jin ...."
.
.
.
.
.
.
.
."Di kabarkan menghilang."
•Help me, kill me•
Ya. Bahaya selalu mengiringinya tapi dia sendiri begitu berbahaya. Raut mata tajamnya sangat mengerikan. Ia tidak akan segan untuk membunuh mangsanya dengan begitu kejam.
Ya. Ialah Jeon Jungkook. Pembunuh bayaran namun, juga berdarah psikopat. Kini. Ia sedang duduk di hadapan seorang pria paruh baya yang tengah sekarat. Keadaan nya begitu mengerikan, kedua kaki 'nya di potong memakai kapak kemudian kuku-kuku tangan nya dicabut membuat rasa sakit yang luar biasa.
"Kumohon jangan bunuh aku, mengapa kau melakukan hal sekeji ini?"
Rupanya korban masih bisa berbicara dengan Jungkook.
"Ini sebuah penghiburan untuk ku, jika saja kau tampan aku tak akan sekeji ini. Sayang sekali ... kau pria tua."
"Kau Iblis!!"
"Aissh!! Kau menyebalkan sekali ... Ahh, bagaimana jika aku memotong lidah mu saja agar kau diam?"
Korban tersebut meronta kesakitan saat lidahnya di potong, Bukannya merasa bersalah Jungkook malah tertawa terbahak-bahak melihat mangsanya menderita. Tanpa merasa jijik Jungkook menjilat darah amis di pisau itu, seorang psikopat itu memang mengerikan.
"Mau mendengar Radio?" tanya Jungkook, sembari menghapus air matanya akibat terlalu banyak tertawa.
Segera Jungkook menyalakan Radio dan mendengar kabar berita bahwa seorang anggota parlemen berumur lima puluh tahun, bernama Park Hae Jin dikabarkan menghilang sejak enam jam yang lalu. Tentu saja hilang karena Jungkook yang membawanya kesini. Setelah memeriksa bahwa jasad Park Hae Jin tidak bernyawa lagi Jungkook mengambil sisir rambut kemudian menyisir rapi rambut jasad itu. Itulah yang ia lakukan setiap kali ia akan mulai memutilasi mayat tersebut. Alasannya? Agar mayat itu tampan ketika di pajang di rumahnya, hanya kepala tentunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Help Me, Kill Me [Rosekook]✔
Fanfiction[Roséanne Park] Tolong aku, bunuhlah aku. Dunia ini kejam, aku tidak mau lagi tinggal di dalamnya. Setidaknya memejamkan mata dalam waktu yang lama dan sangat lama itu dapat membantuku mengatasi luka yang aku sama sekali tidak tahu kapan berakhir. [...