Park Chanyeol's Eyes~
Jika boleh jujur, aku tak mengerti dengan perasaanku pada Wendy. Aku menyukainya, tentu saja. siapa yang tidak menyukainya? Kurasa orang yang baru mengenalnya pun akan langsung jatuh cinta pada perilaku sopan dan ramahnya. Dia mudah tertawa, dan otomatis akan membuat orang disekitarnya pun ikut tertawa. Dia sangat pintar memasak, kuakui itu. Bahkan jika dia memiliki waktu senggang, dia senang memasak berbagai jenis makanan untuk aku bawa bekerja atau sekedar mengisi kulkasku yang sering kosong. Dia juga senang tiap kali aku membawakannya magnet kulkas yang ku beli dari berbagai negara yang ku kunjungi. Dia bilang dia ingin memulai untuk mengoleksi magnet kulkas yang bentuk dan warna nya unik. Selama kurang lebih 4 bulan ini, aku baru membelikannya 7 hingga 9 magnet kulkas dari berbagai negara yang ku kunjungi. Namun favoritnya adalah magnet kulkas yang kubawa dari Swiss 2 bulan lalu. Dia suka negara Swiss, disana cenderung bersalju dan ternyata dia sangat suka dengan salju. Tapi dia benci hujan, karena pekerjaan ayahnya. Menurut sudut pandangku sebagai pilot, sebenarnya hujan tidak menjadi masalah bagiku untuk menerbangkan pesawat. Selain hujan, ada banyak faktor alam lainnya yang justru lebih berbahaya dibandingkan hujan. Namun aku tak mengerti mengapa dia sangat benci hujan.
"Chanyeol Hyung?" tiba-tiba lamunanku buyar ketika mendengar Sehun memanggil namaku. Lelaki itu menatapku heran ketika ia baru saja meneguk kopi favoritnya.
"ada apa?" tanyaku pada Sehun, namun lelaki itu hanya balas menggelengkan kepalanya pelan.
"tak apa. Kau hanya tampak sedikit berbeda" jawabnya. Aku tersenyum kikuk untuk membalas pengakuannya. Aku juga merasakan itu, otak dan hatiku menyadari hal itu lebih dulu.
"sedang jatuh cinta, eoh?" aku hanya tertawa kecil mendengarnya. Jujur aku tak tau. Apa jatuh cinta seperti ini rasanya? Aku tak ingat, 5 tahun lalu adalah kali terakhir aku merasakan jatuh cinta. Sisanya aku tak terlalu perduli, aku terlalu fokus pada pekerjaan dan mencoba menggapai karir setinggi yang kubisa.
"Entahlah Oh Sehun. Aku tak tau apakah saat ini aku termasuk orang yang sedang jatuh cinta atau tidak.." Sehun menatapku serius, ia melipat kedua tangannya di depan dada.
"pada anak Kapten Son?" aku mengangguk pelan.
"bertahun-tahun lalu aku pernah jatuh cinta kemudian patah hati. Aku ditinggalkan hanya karena mantan kekasihku tak tahan denganku yang tak selalu bisa disampingnya karena tuntutan pekerjaanku. Padahal dia sendiri seorang dokter yang hampir 20 jam menghabiskan waktunya dirumah sakit.." aku melanjutkan. Tiba-tiba memori otak ku seolah bernostalgia ketika aku berpacaran dengan wanita asing yang berasal dari New York ketika aku tinggal dan bekerja disana.
"dan setelah itu kau tak pernah mencoba untuk berkencan?" aku mengangguk menanggapi pertanyaan Sehun.
"itu sebabnya kau tak tau perasaanmu terhadap Wendy?" aku kembali mengangguk.
"selama 4 bulan terakhir aku selalu berusaha untuk ada disampingnya, menemaninya seharian di rumah ketika ia harus mengejar deadline, atau sekedar memasak makan siang di Apartemenku. Aku merasa kali ini aku sudah mulai mencoba memperbaiki kesalahanku. Berdasarkan pengalaman tentunya" jelasku. Sehun kembali meneguk kopi yang terlihat sudah mulai habis tersebut.
"bisa jadi itu jatuh cinta, hyung. Kau sedang mencoba memperbaiki kesalahanmu dan memberikan yang terbaik selama kau bisa." Aku mengangguk setuju. Ya bisa jadi aku memang jatuh cinta pada Wendy. Namun sayangnya masih ada satu hal yang mengganjal di hati dan pikiranku.
"aku masih merasa bersalah terhadapnya, Sehun-ah..." Sehun menghela nafas panjang. Dia tau jika aku masih memendam dan terkesan menutupi fakta bahwa kecelakaan yang dialami Kapten Son adalah suatu kesalahan. Itu adalah penerbanganku yang tiba-tiba saja diubah tanpa alasan. Dan aku merasa tak bisa berkata jujur pada Wendy perihal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Don't Love you [COMPLETE]
RomanceAku tak mencintaimu, begitupun kau padaku. Namun akhirnya kenyataan menamparku, justru aku yang terlalu mencintaimu.