#13 ~ Flashback (2)

445 85 23
                                    

London, 16 Februari (read: chapter 7)

Waktu tempuh menggunakan kereta dari London menuju Swiss sekitar 8 jam lamanya. Kereta yang berangkat dari statsiun St. Pancras Platform 10 pergi tepat pukul 23.30 GMT dengan perhitungan sampai di Zurich sekitar pukul 9 pagi waktu Zurich. Kereta akan berhenti sejenak di Statsiun Gare De Nord, Paris untuk menjemput penumpang kemudian transit sekitar 1 jam di statsiun Gare De Lyon. Saat ini jam tanganku menunjukan pukul 1.30 dini hari, itu berarti kereta baru menempuh sekitar 2 jam perjalanan.

Perlahan kucium puncak kepala dan menghirup dalam-dalam aroma berry pada rambut wanita yang tengah tidur dalam dekapanku. Wanita dipelukanku ini tampaknya tertidur dengan sangat nyenyak, suara dengkuran halus itu jadi buktinya. Tanganku sudah mulai kebas karena terus menerus menahan berat tubuh Wendy –kekasihku. Pelan-pelan ku lepas tanganku yang sejak 2 jam lalu merangkulnya dalam pelukku, memasangkan bantal leher pada leher kecilnya itu, dan menyenderkan kepalanya pada kaca jendela kereta. Setelah ku pastikan posisinya dalam keadaan nyaman, aku pun pergi menuju toilet.

Setibanya di dalam toilet aku segera mengeluarkan ponselku yang mungkin sejak siang tadi tidak kusentuh sama sekali. Diatas layar ponselku menunjukan terdapat 5 pesan masuk dan 2 panggilan tak terjawab. Ternyata bersenang-senang dengan Wendy mampu membuatku melupakan suatu hal penting yang seharusnya ku lakukan siang atau sore tadi.

"Hallo?" sebuah suara yang tak asing terdengar dari sambungan telfonku. Aku tersenyum, sepertinya dia tidak marah.

"Hi, Kath.  Maafkan aku tidak mengangkat telfon darimu"

"Hai, Richard. Tak apa-apa. Ngomong-ngomong, apakah kau menikmati perjalananmu?" nada suaranya terdengar tenang.

" tentu saja" Jawabku dengan nada suara tenang.

"Baiklah,sampai bertemu ditanggal 20. Aku tak sabar bertemu denganmu !"

"aku juga, Kath. Sampai jumpa"  ku matikan sambungan telfon dan segera kembali ke tempat duduk ku, takut jika Wendy terbangun dan mencari keberadaanku.

*

Zurich, 20 Februari

Ku buka mataku perlahan dan melihat keadaan sekitar yang gelap. Wendy masih tertidur tepat disampingku, tangan kecilnya tetap menggenggam tanganku dengan erat. Perlahan aku mencoba untuk bangun, namun tiba-tiba rasa nyeri menyerang pergelangan kakiku.

Ah, Benar. Kakiku terkilir ketika mencoba menyelamatkan Wendy yang terjatuh saat bermain ski siang tadi. Kejadian siang tadi pasti membuatnya sangat ketakutan, tak pernah sekalipun ku lihat wajahnya sepanik tadi. Ku lirikkan kepalaku supaya bisa memandangnya dengan nyaman, tanganku membelai wajahnya tanpa perintah. Kenapa dia terlihat cantik sekali? Tangannya juga terasa sangat hangat, pas digenggamanku. Apa aku jatuh cinta dengannya?

Astaga! Park Chanyeol! Apa yang sedang kau pikirkan? Jatuh cinta dengan wanita sempurna seperti Wendy itu mustahil. Setelah semua yang ku lakukan padanya, aku tentu tak pantas untuk mencintainya. Bahkan bisa ada disampingnya detik ini pun aku seharusnya tak boleh.

Perlahan ku lepas dengan enggan genggaman tangan hangatnya pada tanganku, lalu bangun dari kasur dengan susah payah karena keadaan kakiku yang masih terasa sakit tiap kali melangkah. Wendy tampak bergerak, tangannya seolah mencari-cari keberadaanku. Aku langsung diam, mencoba tak membuat suara sedikitpun. Ku lihat Wendy sudah diam, sudah berada dalam posisi nyamannya. Kembali ku lanjutkan langkahku untuk pergi keluar, menuju tempat yang seharusnya sudah ku datangi sejak 2 jam lalu.

*

Taxi berwarna kuning yang ku tumpangi berhenti disebuah rumah berlantai 2 yang halaman depannya dipenuhi oleh bunga-bunga cantik berwarna pink. Dinding rumah itu terbuat dari kayu berwarna coklat dan sebagian dicat putih. Dari kejauhan dapat ku lihat perapian yang sedang menyala. Diantara perapian itu terdapat seorang wanita berambut keabuan sebahu sedang berdiri membelakangi posisiku. Agak tergesa ku langkahkan kakiku untuk bisa masuk, menghiraukan rasa sakit kakiku.

I Don't Love you [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang